#####Bab 5
Kembali pada Marvel yang sedari tadi mengejar Reno yang melangkah lebih cepat daripada seperti sebelumnya. Dengan langkah lebar, Marvel berhasil mendekati Reno dan menepuk bahu Reno dengan keras, kemudian merangkul pundak sahabatnya di sela perjalanan mereka menuju ke kelas.
"Pacarin aja itu si Arin. Gue gemesh lihat kalian berdua, dekat tanpa ada hubungan yang spesial njirr."celetuk Marvel.
"Adek abang yang berstatus zonk, nggak bakal bikin lo betah, Ren!"timpal Sean.
"Ck, nyokap gue udah menganggap dia anak njirr!"sahut Reno yang berdecak menanggapi komentar para sahabatnya.
"Lagian masih kecil, bokapnya juga galak, tuh anak di takuti mulu sama bokapnya soal pergaulan bebas yang nggak bener. Makanya, sampai sekarang dia nggak berani naik taksi sendiri."
"Mumpung nyokap lo sudah anggap dia anak sendiri, jadiin mantulah. Minta dijodohin gitu, polos banget dia, Ren. Sayang kalau sampai di polosin orang lain yang berkelakuan bejat, Ren."Kenzo memanasi Reno yang tengah berpikir santai.
Reno mengabaikan ucapan para sahabatnya. Berjalan lurus dengan satu tangan tersimpan di kantong celana. Namun, ekor matanya diam dan pelan mengarah kesana. Pada seorang gadis yang tertawa ceria saat bertemu teman-temannya. Membuat sudut bibirnya terangkat naik.
"Dia buat masa depan."celetuk Reno santai.
"Kalau di pacari sekarang, nanti dia mengalami hal suram."imbuh Reno di sela berjalan.
"Ck, elah. Kayak lo menodai kesuciannya gitu?"tanya Marvel dengan tatapan sinis.
Sedangkan Reno hanya mengangkat bahu, ia torehkan kepalanya sekilas. Dan saat gadis itu tak tampak lagi di matanya, ia fokuskan pandangan ke depan.
"Yang terbaik selalu disimpan di akhir. Tiap ngeliat dia, gue ngerasa harus sukses dulu, dia seberharga itu buat gue ajak susah sama gue."
Reno telah merancang masa depannya, dan gadis polos tadi, sudah ia masukkan kedalam list berlalu cita-cita masa depan yang indah bersamanya.
Hanya saja, Reno tidak pernah memperkirakan bahwa masa depan yang telah ia rancang di kepalanya bisa berubah menjadi kacau. Hingga membuatnya merasa mati langkah untuk memperbaiki segalanya.
Hari yang ditunggu seluruh mahasiswa universitas gading raya telah tiba. Tak ada Yang kebetulan, semua jelas adalah takdir tuhan. Berikut dengan selembar undangan di tangannya yang membuatnya resmi gemetaran. Seraya menelan ludah, ia melarikan tatapan ke segala arah yang tak menentu. Berusaha tetap awas, saat topeng yang menjadi tamengnya ia lepas sejenak demi memastikan bahwa undangan tersebut benar-benar nyata apa adanya.
Mrs. Angela, bukan nama Lana yang tertera di sana. Mrs. Angela adalah sebuah nama samaran yang memang mereka gunakan selama event berlangsung seminggu ini. Dan malam ini adalah puncak dari acara ulang tahun yang bertema klub malam bertabur bintang. Dimana dirinya dinyatakan sebagai salah satu pemenang berperan sebagai Angela. Lana tak terlalu mahir memikirkan sebuah nama. Jadi, ia asal mengarang saja. Itu pun karena teringat pada permainan Talking Tom and Friends yang sering dimainkan oleh keponakannya di rumah.
Dan sekarang dirinya adalah Mrs. Angela. Yang tengah menanti pasangan kencannya. Topeng Keemasan dengan rumbai bulu merak, telah kembali ia sematkan. Berdiri gugup di lobi hotel bintang tiga yang telah di booking oleh panitia kampusnya. Lana mulai kembali menelan ludah, seraya memastikan gaun malamnya yang sederhana tak tampak memalukan.
Undangan yang tadi berada di tangannya, telah ia serahkan pada panitia yang menunggu di lobi. Sembari mempertahankan dirinya, dua orang kating yang ia ingat berada di fakultas hukum, mengambil nomor id mejanya. Lalu mengangkat nomor tersebut, hingga angka tiga yang saat ini yang teracung di udara. Sukses kembali membuat Lana didera panggung tanpa kesudahan.
"Wow… angela, pasangan kencan lo udah datang."seru penjaga pintu seraya bersiul.
"Nomor tiga ya, enjoy your party angela."tambahnya seraya membuka line berwarna merah dengan siulan yang masih terdengar mengejek.
"Balik badan Angela!"
Lana tak ingin hari ini terjadi, atau justru sebaliknya ia yang tak siap dengan semua ini. Namun, karena sudah diperhatikan sedemikian rupa, mau tak mau ia harus melakukannya. Tentu saja, masih dengan kegugupan yang serupa sebelumnya, hingga membuat lututnya lemas tak berdaya.
"Hai Angela?"sapa seorang laki-laki impian yang berdiri tepat di hadapannya. "Tuhan… rasanya hamba ingin tenggelam diri ini ke lautan luas,, tolong hamba tuhan…"jerit lirih dalam hati yang membuncah dan berbunga begitu Indah.
"Kenalin, gue Niko. Terserah lo mau anggap gue Nikolas Saputra atau Niko yang lain. Senyaman kamu saja"ucap Reno dengan nama samaran niko yang membuat Lana menahan nafas mendengarnya.
"Salaman? Atau mau kecupan di tangan?"
Seketika, Lana melebarkan mata. Lalu, tanpa dikomando pria dalam balutan jas hitam tanpa dasi dengan kemeja sewarna dengan jas itu pun, segera meraih tangan Lana memberinya sejumput senyum kecil sebelum mendapatkan satu kecupan ringan di punggung tangannya yang dingin akibat kegugupan.
Sedangkan posisi Lana saat ini terdiam dengan mencerna secara perlahan apa yang sebenarnya terjadi beberapa menit sebelumnya."Tuhan… apa yang terjadi beberapa saat lalu, aku tidak siap dengan semua ini,, arrgghhh!!!"jerit hati Lana sambil terus memperhatikan situasi yang saat ini benar diluar kenali. Bahkan untuk berbicara sepatah katapun rasa lidahnya seperti kelu tak bertenaga.
Demi tuhan, jantung didalam sana sedang jumpalitan sekarang. Detak sungguh menggebu, sementara tubuhnya nyaris seluruh sendinya lemas tak bertenaga. Bahkan Lana masih tidak percaya dengan apa yang ia alami. Ia bisa bersama dengan pria impian dalam mimpi yang menjadi kenyataan. "Ya ampun… ini beneran Morenoku? Ya ini benar Reno 'kan? Moreno, anak dari pengusaha terkenal itu, kan" jerit hati Lana sembari terus bertanya dalam hati kecilnya yang bersenandung ria.
"Tenang aja, tiga jam kedepan, gue jadi milik lo sepenuhnya."Kata pria itu dengan wajah jenaka.
"Jadi lo bisa berbuat apa aja ke gue."pria itu mengedipkan mata di balik topengnya.
"Rileks, Angela. Malam ini, gue punya lo, dan Lo bisa pake gue sesuka hati lo."imbuh pria itu yang kembali mencium punggung tangan Lana dengan lembut.
Sumpah! Demi tuhan. rasanya saat ini Lana ingin pingsan. Lebih tepatnya, ketika Niko alias Reno mengapit pinggang ramping Lana dan membawanya masuk kedalam ballroom dengan lampu temaram.
Beberapa saat kemudian, sepasang dream partner sudah masuk di ballroom dan duduk berdekatan, tetapi pegangan tangan Lana masih ada di genggaman tangan niko alias Reno.
"Ahh satu lagi angela!"Ucap Reno sambil mendekatkan wajahnya tepat di samping wajah Lana yang sudah terdiam mematung.
"Lo wangi sekali sayang,"imbuh Reno dengan berbisik lembut. Lalu, mendaratkan kembali kecupan kecil di daun telinga Lana yang sudah memerah bak kepiting rebus.
