Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####Bab 6

Berawal dari banner yang tak sengaja ia baca di website kampus, Lana tak tahu tekad macam apa yang membuatnya nekat mendaftarkan diri. Dari lembaran kertas yang ia sodorkan langsung dengan niat baik hingga mendapatkan perlakuan tak mengenakkan dari ketua most wanted universitas, hingga ia terus browsing di internet dan ketemulah Lana dengan link pendaftaran event ulang tahun universitas yang bertema club malam yang saat ini sedang ia lakukan seorang diri.

Event universitas adalah sebuah acara tahunan yang diadakan oleh tiap mahasiswa, yang sudah memasuki semester empat sampai semester enam dengan dalih menjalin keakraban. Mungkin, diawal terbentuknya memang seperti itulah tujuannya. Namun, ketika sampai beberapa tahun belakangan, acara keakraban itu berubah menjadi ajang kencan satu malam dengan para most wanted populer campus.

Ada tiga tahapan seleksi yang di lakukan oleh pihak panitia. Selain IPK harus di atas 2,2 pendaftar pun harus menyerahkan surat keterangan kesehatan dokter dari kampus. Dengan kriteria minimum yang jelas mereka inginkan adalah good looking, bahasa halus dari kalimat" Ngaca dulu mendaftar."

Dan entah dari kesialan, atau memang seperti inilah jalannya untuk berani menatap Reno dari dekat. Lana mendaftar dirinya, itupun sudah seminggu setelah pengumuman di tayangkan. Ia sempat berpikir bahwa, ia tak akan pernah di terima karena jumlah kuota yang sangat terbatas. Tetapi siapa sangka peminat acara tersebut di fakultasnya sangat sedikit jumlahnya, lalu dirinya pun lolos.

Seraya melampirkan IPK terakhirnya, Lana juga melampirkan surat keterangan dari dokter kampus yang menyatakan bahwa dirinya sehat dan tak mengidap penyakit apapun. Dan di surat itu pula tertera mengenai ciri fisik, berapa bobot tubuh juga tinggi badan yang ikut di ukur serta. Tidak boleh melampirkan foto, karena tujuan acaranya adalah bersenang-senang dalam waktu semalam. Sebab setelah malam berakhir, panitia tidak akan bertanggung jawab atas apapun yang terjadi para peserta beserta partnernya.

Entah mereka melanjutkan berkenalan dengan nama sesungguhnya ataupun sebaliknya yang dimana mereka akhirnya berkelahi karena satu kesalahpahaman. Yang jelas, panitia hanya menyediakan tiga jam untuk saling bercengkrama. Lebih dari jam yang di tentukan panitia, semua di luar tanggung jawab mereka. Lalu, setelah itu dari sepuluh pendaftar akan di seleksi lagi menjadi orang dari tiap masing fakultas.

Hingga seleksi tahap kedua berlangsung, barulah panitia bertatap muka tetapi itupun tidak di perbolehkan memakai nama asli. Dan, harus menutup wajahnya dengan topeng. Mereka berkata akan menjadi kejutan bagi para pemenang untuk bertemu dengan mimpinya. Dan entah kenapa, Lana menyukai konsep menyembunyikan identitas itu. Ada semacam ujian tertulis yang Lana yakin hanya sebagai formalitas semata.

Lalu, hasil dari ujian tersebut, akan tersingkir tiga orang. Tersisa kandidat dua orang yang akan melaju ke babak final. Dan disanalah, dua orang yang tersisa diperbolehkan memiliki dream partnernya. Sebenarnya, tidak sebelas memilih, para panitia telah menyiapkan beberapa nama. Lalu, siapa yang dapat memenangkan challenge terakhirlah yang dapat memiliki tiga jam di akhir pekan bersama dengan pasangan impian.

Wow... siapa sangka, Lana justru lolos tanpa ada satupun teman di jurusannya yang tahu ia mengikuti acara konyol ini. Iya, memang benar adanya. Konyol untuk anak jurusannya. Namun, mendebarkan dari mahasiswa cupu seperti dirinya. Dan mungkin sebagian besar mahasiswa di kampus ini. Bagaimana tidak, iming-imingnya adalah memiliki para pangeran kampus walau hanya tiga jam saja.

Lalu, disinilah Lana sekarang. Duduk di tengah toolbar dengan suasana remang sekaligus bising menyulap ballroom layaknya dance floor seperti yang ada di dalam club malam. Lana harus berusaha menjaga awasnya supaya tak tergelincir dan terjerembab di ruangan minim penerangan ini. Terlebih lagi, ia harus memastikan Reno tetap ada di dekatnya. Karena selama tiga jam kedepan, pria itu miliknya. Dan, ia tidak ingin rugi dengan kehilangan pria itu sebelum waktu yang telah ditentukan habis.

"Lo mau minum apa?"

Lana mengerjap. Bukan karena kaget suara Reno yang terasa sangat keras demi mengimbangi alunan musik yang menggema tak mengenakan di telinga. Justru, karena pria itu nyatanya tak duduk disampingnya melainkan berdiri di belakang seraya menyentuh lembut bahunya yang terbuka."Oh please ini adalah baju sewaan yang ia pinjam demi satu malam ini."jerit hati Lana yang bertolak belakang dengan kondisinya saat ini tengah di ujung tanduk.

"Angela! Lo mau pesen apa?"

Lana tidak tahu harus menjawab apa, jadi ia hanya menggelengkan kepala.

"Lo aja yang pesanan gih!"sahut Lana setengah berteriak. Di Balik topengnya, Reno tampak mengangguk.

Lana berpikir, siksaannya hanya sampai disini saja. Namun, rupanya Reno benar-benar tidak melepaskan sentuhan di bahunya. Ia menjadi merasa menyesal telah mengikat tinggi rambutnya dan membiarkan kulit bahu serta lehernya terpampang jelas seperti saat ini. Sebab, sepertinya Lana memang senang bermain di area itu yang membuat Lana otomatis merinding. Dan bodohnya, ia tidak bisa melarang laki-laki itu.

"Lo biasa minum nggak?"kali ini bukan teriakan keras. Reno sengaja merendahkan bibir mensejajarkannya dengan telinga. Pria itu berbisik lembut.

"Mau gue samain sama kayak gue atau lo minta beda?"

Lana sempat menegang, namun ia kuasa diri dengan mencoba berdeham dua kali.

"Sa-samain aja?"suara cicit Lana berharap suaranya masih mampu terdengar.

"Oke!"Reno memesan minuman tanpa merubah sedikit pun posisinya. Reno tetap berada di belakang gadis itu. Menjatuhkan sebelah tangannya pada bahu yang mulus dan lembut, sambil sesekali mengelusnya.

Hal kecil yang tentunya berefek besar bagi kesehatan jantung. Membuat gadis itu terus menahan nafas.

Sumpah ia pernah membayangkan bisa sedekat ini dengan Reno. Bertahun-tahun menjadi pengagum rahasia, Lana hanya berani menatapnya dari jauh. Entah Reno mengenalnya atau tidak, tapi Lana telah mengenal Reno sejak mereka berseragam putih abu-abu. Bersekolah di tempat yang sama, siapa mengira menjadi mahasiswa di kampus yang serupa juga.

"Lo kenapa?"tanya Reno tetapi Lana hanya menggelengkan kepala.

"Oh, itu minuman kita."

Lalu, Reno kembali menabrak punggungnya. Membuat Lana tercekat, merasakan pasukan kupu-kupu bertebaran di perutnya.

"Ini punya lo!"

"Ma-Makasih."Lana menerimanya bersamaan dengan Reno yang pindah ke kursi yang berada di sebelah.

Membuat dada Lana yang tadi terhimpit gugup, tetapi pelan-pelan mendesah lega. Sambil diam-diam, ia terus mengamati pesona laki-laki itu dari samping.

"Lo biasa minum begini?"tanya Reno dan seketika Lana menggeleng.

"Nggak terlalu."Kata Lana sedikit bohong.

Padahal jelas-jelas ia tidak sedikitpun meminumnya. Saat melihat Reno yang menyesap minuman tersebut dengan santai. Lana pun memberanikan diri melakukan hal sepura. Ia terbatuk ketika minuman itu terasa menyegat.

Kemudian, ia coba lagi karena Reno memandangnya dengan alis yang terangkat. Meraup minuman dengan tegukan besar, Lana tidak tahu jika rasanya begitu menegangkan.

"Kok minuman gue, aneh!"

"Aneh gimana?"

"Nggak enak!"

Lantas, Reno terkekeh. Kemudian, ia sodorkan minumannya pada gadis itu.

"Lo mau coba punya gue?"

"Ehh, nggak usah!"

"It's okey, coba aja siapa tahu punya gue rasanya nggak aneh."

Dan disaat itulah sesuatu yang salah segera terjadi. Mengumpulkan sisa kesadarannya yang sudah berada di ambang batas. Lana mendongak ke atas. Lalu, diantara keremangan ini, ia menemukan sepasang Black hole yang seakan menyerapnya jauh keluar inti bumi. Menerbangkannya menuju galaksi, Lana tak percaya bahwa hanya dengan memandangnya saja ia bisa tersesat begini.

"Angela lo mau apa?"suara bisik Reno yang terdengar begitu memabukkan.

"Angela?"

"Gu-gue..."

"Lo pusing?"

Bariton rendahnya yang berat membuat tengkuk Lana meremang. Terpaan nafas hangatnya, masih membuat Lana tercengang. Walaupun terhalang topeng perak penanda sang dream partner, Lana bisa melihat bulu mata panjang yang menaungi kelopak mata pria itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel