#####Bab 4
Akan tetapi, Adell masih tetap menatap Lana dengan tatapan intimidasi. Beberapa saat kemudian, Adel mengalihkan perhatian ke arah yang lain, karena ia tidak menemukan hal yang mencurigakan yang di sembunyikan oleh sang sahabat.
"Ya sudah gue cabut dulu."Ucap Adell sambil melangkah pergi.
"Yoi, Del!"jawab Lana seadanya.
Setelah Adell pergi, kemudian Lana ikut turun ke lantai dasar untuk mencari berita lain tentang perayaan ulang tahun universitas tahun ini. Tak berselang lama, Lana sampai di lantai dasar yang kerumuni seluruh mahasiswa universitas gading raya yang melihat update jadwal perayaan dimulai.
Dengan saling berdesakan, Lana berhasil mengambil lembar kertas yang berisi tentang persyaratan untuk mengikuti event club malam universitas gading raya. Kemudian Lana menepi pinggiran taman untuk melihat apa isi kertas mading ini.
Di sudut ruangan lain, Ada beberapa mahasiswa lain dari universitas yang sama sudah siap dengan alat mereka masing-masing untuk mendata siapa yang saja yang sudah mendaftar dalam event malam club tahun ini.
"Bray!"
"Yuhuuu."
"Ehh gue mau tanya. Kita jadi nggak tumbalkan Geng aerox dalam event ini guys?"
"Ya, harus dong! Sesekali mereka harus ikut jangan bisanya menghindar."
"Benar banget. Biar mereka ikut merasakan bosku"
"Yo!"Ucap chiko pada yoga.
"Kalian udah siap semua 'kan?"
"Sudah, dong."
Saat pria berbadan gemuk-Ilham tengah menyusun rencana. Tak lama, ada satu cewek dari mereka yang baru hadir untuk melancarkan aksi Ilham kali ini.
"Aku hadir. Pasti lo tanya soal seleksi event, benar, nggak?"
"Lo kayak cenayang, bisa tahu apa isi pikiran gue, ya?"
"Ya kita 'kan bestie, jadi gue tahu dong apa isi kelapamu sekarang."
"Tian?, Rozi?"
"Yoi, bro!"
"Sekarang lanjut tugas kalian berdua paham!"
"Siaplah. Pokok terima beres."
"Dan gue minta benar-benar diseleksi para ladies yang berminat Ikut dengan nama samaran yang sesuai!"
"Siap laksanakan perintah."
Sesuai dengan perintah, Tian, dan Rozi atau senior universitas gading raya menyeleksi para peserta yang ikut perayaan event club malam universitas. Kembali pada Lana, yang sekarang mengisi Daftar formulir yang tertera pada email yang ada di selembaran kertas. Setelah semuanya lengkap, Lana langsung mendaftar diri perwakilan dari fakultas hukum.
Tak lama, Lana sudah selesai mendaftar diri untuk mengikuti event tersebut. Lalu, ia pergi menuju ke kelasnya untuk mencari informasi mengenai tentang materi beberapa jam yang lalu. Tetapi, pada saat ia ingin masuk ke dalam kelas penglihatan menangkap seorang laki-laki yang selalu ia kagum dalam diam yaitu Reno dan ketiga temannya
Di parkiran sekolah yang berdekatan dengan ruang fakultas hukum. Saat ini, Reno tengah menertawakan yang dilontarkan oleh sean dengan tawa menggebu. Beberapa kali, ia tendang lutut temannya itu agar berhenti mengucapkan kalimat sampah yang berpotensi menggelitik perut. Nongkrong di tempat parkir atau di manapun mereka berada memang tidak terlalu menyenangkan, tetapi mereka berusaha membuat nyaman.
Entah, itu di parkiran roda dua, atau saat sedang membawa mobil mereka akan berkumpul di dekat mobil mereka yang biasanya terparkir berdekatan.
"Sumpah itu anak naik motor tahun berapa sih.?" Kenzo menunjuk secara spontan pada pengendara motor yang menurutnya sudah terlalu tua.
"Gila! Hari cerah kayak gini masih Ada yang pakai motor butut merek parka dong"sambung Marvel tak kalah geli.
Inilah kesenangan yang mereka dapat dari berkumpul di tempat parkir. Mencela penampilan orang lain tanpa repot menyembunyikan tawa. Sebutan mereka kurang ajar karena memang begitulah adanya. Tapi, anehnya tak ada yang marah secara langsung di hadapan mereka. Yang mengumpat di belakang mereka tentu banyak. Bahkan sangat banyak, tetapi mereka tetap tidak peduli.
"Ngomong-ngomong, nama kita masuk listnya dream partner"celetuk Sean sembari menekuri ponsel.
"Kenapa sih ada acara nggak penting gini? Mana sudah jadi tradisi lagi!"cetus Marvel
"Yang gue nggak habis pikir, tuh website katanya terlarang. Tapi, kenapa gampang banget di akses?"imbuh Kenzo ikut kesal.
"Terlarang buat para dosen dan segala jabatan yang nggak asyik di kampus. Tapi, buat mahasiswa bebas."sahut Sean yang tidak terlalu peduli sekalipun namanya juga masuk dalam list dream partner. Toh, dirinya tak akan sendiri.
"Nikmati aja acaranya nanti. Kita cuman bawa badan doang. Habis itu dapat enak."kekeh Marvel sambil menaik turunkan alisnya.
"Dan herannya, masih banyak cewek bego yang mau repot ikut acara beginian."Kenzo masih tak menyukai acara yang memasukkan dirinya sebagai target yang layak dilelang demi kencan satu malam.
Reno menepuk paha Kenzo dengan keras membuat temannya mengumpat dan ia hanya bertingkah masa bodoh saja. Sambil menyingkirkan hoodie yang menutupi kepala. Ia melompat turun ketika ekor matanya mulai mengenali sosok gadis yang berjalan mendekat.
"Kayak yang Marvel bilang tadi, nikmati aja acaranya. Abis itu kan kita dapat enak,"cengir Reno sembari melakukan tos dengan Marvel.
Lalu, perhatian Reno benar-benar teralihkan. Ia menunggu gadis itu mendekat. Tangannya sudah di simpan di dalam saku. Pendar geli tentu saja tak mampu ia sembunyikan lagi begitu melihat wajah masam tersebut cemberut ke arahnya.
"Apa lo hah?"sentak gadis itu ketika jarak di antara mereka benar-benar dekat.
"Abang nggak usah senyum sendiri begitu!"
"Siapa yang senyum? Gue lagi ibadah!"sahut Reno santai.
"Emang ibadah apaan?"
"Lo masih nggak tahu ya, kalau senyum itu ibadah."
"Ihh abang apaan sih? Nyebelin!"gadis itu memukuli Reno dengan keras tak peduli kegiatannya tersebut menjadi tontonan banyak orang yang lewat. Termasuk, Lana yang sedari mata tajamnya tak lepas melihat gadis yang seumuran dengannya yang sedang asyik mengobrol dengan sang idola dalam mimpinya.
"Kenapa ninggalin aku sih bang? Kan udah dibilang dari kemarin kalau aku ada kelas pagi, perginya bareng abang!"
"Masa?"
"Iss… nyebelin banget sih!"
"Bang Marvel nggak Nyebelin lo, Rin. Besok dijemput abang Marvel, aja, ya?"rayuan Marvel yang berjalan dengan lancar.
"Bang marvel janji bakal bikin asyik kok, Rin!"
Reno hanya memutar bola mata malas mendengar ocehan Marvel. Ia tarik Arin mendekat, sebelum kemudian ia meraih tas dan mengeluarkan sesuatu dari dalam.
"Dari Mami baru balik tadi subuh."Arin melemparkan sebuah kotak kecil berwarna hitam yang dihias dengan ikatan pita kuning itu kepada gadis tadi.
"Langsung telepon mami nanti"
"Wah, makasih! Iya nanti di kelas aku telepon. Abang pulang tungguin aku, ya? Tadi aku naik taksi karena ayah sudah pergi."
"Wah, tumben berani berangkat sendiri?"
"Kan, ibu ikut nganter sampai kampus, abang."
Seketika, Reno menepuk keningnya sambil menggeleng kepala tidak percaya. Lalu, ia menyuruh Arin pergi agar segera masuk ke dalam kelasnya.
"Yuk bray, kita masuk ke dalam ruangan."ajak Reno pada teman-temannya. Tak lama, para sahabatnya mengikuti dari belakang. Terutama marvel yang sedari tadi ingin mengatakan sesuatu pada Reno agar tidak mengsiakan kesempatan. Sementara Lana melihat pria dalam impian yang mulai menjauh dan mengikuti kelas pagi masing-masing.
