Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Pacar?

Gue tersadar dari lamunan gue begitu bunyi bel kembali terdengar karena cewek di balik pintu itu kembali menekannya. Kata sayang dia ucapkan tadi sempat membuat gue terdiam memikirkan siapa cewek ini sebenarnya. Dia cantik, dan juga sepertinya dia sangat dekat dengan Lukas sampai memanggilnya dengan sebutan seperti itu.

Nggak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan, gue pun langsung membuka pintu tersebut dan kini gue bisa melihat penampilan cewek tersebut dari atas sampai bawah. Dan kesan pertama gue saat melihatnya adalah WOW! Dia bener-bener cantik layaknya model-model yang sering gue liat di Instagram. Tingginya yang menunjang, membuat gue terlihat pendek dan kini gue harus sedikit mendongak untuk menatapnya. Sumpah, jadi pendek sekarang menjadi salah satu ke keselan gue setelah sebelumnya gue selalu nggak pede dengan keburikan gue.

"E...siapa ya?" tanya gue pelan dan terkesan ragu.

Dia tersenyum manis yang mana hal itu membuatnya terlihat lebih cantik saat melengkungkan kedua sudut bibirnya. Gue speechless dan dengan cepat mengalihkan pandangan gue darinya. Sambil menggaruk kepala, gue pun kembali berujar.

"Lukasnya lagi nggak ada di rumah. Dia baru aja pergi beberapa menit yang lalu." ucap gue tanpa menatapnya.

"Lagi keluar ya? Sayang banget, padahal dia udah janji buat ngenalin seseorang yang katanya spesial. Apa dia cuma coba bohong biar gue nggak bisa tidur lagi bareng dia?" ujarnya yang nggak gue tau dia itu lagi ngomong sama gue atau bergumam pada dirinya sendiri.

Namun satu hal yang gue tangkap dari ucapannya, dan itu membuat gue berharap lebih untuk hak yang di ucapkannya menjadi nyata.

Apa yang di maksud Lukas orang yang spesial itu gue? Tapi kenapa cewek ini curiga kalo itu cuma buat alasan biar dia nggak tidur lagi sama nih orang?

Menyadari hal yang baru saja gue pikirkan, gue pun langsung membesarkan mata gue dan menatap cewek itu yang terlihat kebingungan sambil menatap sekitar.

Jadi cewek ini adalah partner sex-nya Lukas? Gue nggak salah denger kan tadi? Dia bilang kalo Lukas beralasan agar nggak tidur bareng lagi sama dia. Tapi kalo emang benar, lalu bagaimana dengan cewek yang kepergok sama gue waktu di toilet itu? Apa Lukas memiliki banyak wanita dan suka berhubungan badan dengan wanita lainnya sebelum akhirnya dia menolong gue?

"Ada apa?" suara cewek itu yang membuat gue berkedip beberapa kali sambil mengalihkan pandangan darinya.

"I-itu... Lo siapanya Lukas ya?" tanya gue akhirnya.

"Oh, gue cuma partner Alpha-Omeganya dia kok. Lo tau lah yang begituan." ujarnya, gue mengangguk mengerti walaupun saat mendengarnya hati gue terasa sakit namun nggak terlalu seperti yang gue rasakan saat mendengar kabar nenek waktu itu.

"Nah, lo sendiri siapa? Kok ada di apartemennya Lukas? Setau gue dia tinggal sendiri deh selama gue ngelakuin sama dia disini." ujarnya dan kali ini ucapannya menambah rasa sakit yang gue rasakan.

Jadi mereka sering melakukannya disini ya? Pantas saja waktu gue ngalamin heat waktu itu dia bilang lagi nggak ada persediaan pengaman untuk menuntaskan masa heat gue. Mungkin dia sudah menggunakan semua pengamannya atau mungkin tiap malam dia melakukannya sehingga dia kehabisan stok.

Hahh.... Entah kenapa hal itu membuat sesuatu dalam diri gue emosi memikirkannya.

"Hello...?" ucap cewek itu sambil melambaikan tangannya di depan muka gue. Gue yang menyadari kalo gue udah ngelamun, segera tersenyum kikuk dan menyuruhnya masuk. Nggak ada salahnya kan? Toh dia juga udah sering kesini.

"Jadi, lo siapanya Lukas? Nggak mungkin kan lo partnernya juga, karena setau gue, Lukas anti sama cowok omega." ujarnya setelah duduk di atas sofa.

"Kok lo bisa tau gue omega?" tanya gue penasaran.

Dia mengangkat satu alisnya menatap gue,

"Baumu sangat manis tercium saat pertama tadi kita bertatapan. Tentu saja gue langsung tau kalo lo omega. Emangnya lo nggak bisa merasakan hal kayak gitu? Saat pertama tadi, apa lo mencium aroma omega gue?" tanyanya dan langsung gue jawab dengan gelengan.

"Oh, gue paham. Lo baru mengetahui jati diri lo baru-baru ini kan? Makanya lo belum terbiasa dan belum bisa membedakan aroma yang lo rasakan saat bertemu orang lain." ujarnya, yang gue akui kalo perkiraannya benar-benar hebat.

Gue sekali lagi mengangguk untuk menjawab kebenaran atas apa yang dia ucapkan. Setelah itu gue mengumpulkan semua keberanian gue untuk menanyakan satu hal yang membuat gue penasaran.

"E...apa lo udah lama menjadi partnernya Lukas?" tanya gue.

"Lumayan. Tapi akhir-akhir ini dia udah jarang minta gue untuk melakukannya lagi. Dan pas ketemu dia malah bilang kalo ada orang yang spesial yang udah dia temukan, terus dia janji bakal ngenalin ke gue. Tapi sampe detik ini dia belum ngenalin ke gue tuh. Makanya gue kesini pengen nanya langsung sekaligus pengen liat kayak gimana wujud orang spesial yang dia maksud. Apa dia seorang Omega, Beta, atau mungkin Alpha?" ujarnya menjelaskan.

Saat gue mendengarkan setiap kata yang di ucapkan, gue udah bisa pastikan, kali mereka memang murni hanya partner saja tanpa ada perasaan yang harus mereka ketahui kejelasannya. Gue bersyukur, tapi gue juga nggak langsung menerima fakta yang baru gue ketahui ini.

"Gitu ya. Sayang sekali, gue juga nggak tau apa-apa soal itu. Gue disini cuma disuruh jaga rumahnya saat dia nggak ada disini, dan selain itu, tugas gue adalah membersihkan apartemen ini. Tapi gue bukan pembantu, gue cuma temen yang berbalas budi karena lagi di tolong sama dia." jelas gue yang terpaksa harus berbohong agar dia nggak bertanya lebih jauh tentang apa hubungan gue sama Lukas, walaupun gue sendiri nggak yakin apa status gue saat ini.

Cewek itu ngangguk-ngangguk paham. Setelahnya dia berdiri dan menyerahkan ponselnya ke arah gue.

"Kasih gue nomor lo, biar gue bisa tau apa dan siapa orang spesial dia maksud. Tenang aja, bakal ada imbalan setiap informasi yang lo kasih ke gue." ujarnya dan menjawab kebingungan di benak gue saat dia menyerahkan ponselnya.

Gue yang nggak mengerti apa maksudnya, cuma bisa meraih ponsel itu dan menekan nomor gue sambil menyimpannya di sana. Setelah itu gue mengembalikan ponsel miliknya.

"Ok, deh. Ntar gue miss-call supaya lo tau nomor gue ya. Gue mau balik dulu, masih banyak kerjaan yang menunggu gue." ujarnya dan gue cuma mengangguk mengiyakan.

Setelah itu, dia pun beranjak dari ruang tamu dan berjalan mendekat ke arah pintu keluar. Lalu tanpa berpamitan ataupun mengucapkan sesuatu, cewek itu langsung keluar setelah membuka pintu dan menghilang saat pintu tersebut kembali tertutup.

Sedangkan gue hanya menghembuskan napas dan menyenderkan punggung gue yang sempat merenggang tadi. Pikiran gue nggak jernih tadi sekarang sadar, kalo kehadiran cewek itu bisa mengancam masa depan gue dengan Lukas. Tapi apa yang bisa gue harapkan? Lukas nggak pernah sekalipun ngungkapin perasaannya yang sebenarnya ke gue. Dia cuma bilang akan menikahi gue dan memenuhi perjanjian dengan para petinggi itu. Jadi apa boleh untuk gue?

Bunyi bel yang kembali terdengar membuat gue sadar akan pikiran gue yang melayang kemana-mana. Gue pikir cewek itu balik lagi karena mungkin ada sesuatu yang dia lupakan. Tapi saat gue melihat monitor, senyum gue langsung mengembang melihat wajah yang sangat gue kangen selama ini. Tanpa berpikir panjang pun gue langsung membuka pintu tersebut dan langsung menghamburkan diri gue kepelukan Nenek yang membalas pelukan gue erat.

Pelukan itu terjadi beberapa menit dengan ingus yang bisa gue rasakan keluar dari hidung gue karena gue sempat menangis beberapa saat di pelukan Nenek tadi. Dan saat gue melepaskan pelukan itu, gue sadar kalo nenek nggak sendirian. Di belakangnya berdiri seorang cowok dengan tinggi yang tentu saja lebih tinggi dari gue menatap gue dengan senyum hangat dan wajah yang benar-benar terlihat tampan.

Gue jadi berpikiran, kalo kehidupan gue di penuhi dengan cowok-cowok ganteng kayak begini. Gimana bisa hal seperti ini terus terjadi sama gue? Apa karena gue seorang gay, makanya gue selalu di pertemukan sama cowok ganteng seperti dia dan Luka?

Entahlah gue nggak tau, tapi yang jelas saat ini rasa sedih yang sempat menimpa gue beberapa menit yang lalu langsung menghilang begitu melihat senyuman Nenek di depan gue yang sangat indah untuk gue pandang. Dan satu hal yang gue yakini saat ini, kalo hanya Neneklah satu-satunya orang yang hanya bisa menghilangkan segala rasa sakit yang gue rasakan.

Itulah kenapa, gue nggak mau kehilangan beliau lagi apapun yang terjadi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel