Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Perjanjian

Gue pikir saat para suruhan petinggi itu bilang menemukan gue, berarti gue akan di bawa dan mungkin bakal di tahan seperti keluarga gue yang lainnya. Tapi ternyata hal itu nggak terjadi, karena, selain gue yang di bawa ke dalam mobil yang mereka kendarai. Lukas pun juga ikut mereka dengan alasan kalo dia turut andil dalam menyembunyikan keberadaan gue. Walaupun udah gue suruh dan bahkan para pesuruh pun nggak memasaknya untuk ikut, Lukas tetap bersih keras untuk berusaha ikut gue masuk ke dalam mobil.

Gue nggak tau apa yang dia pikirin, dan nggak ada waktu untuk gue menanyakannya. Jadi dengan diam gue cuma memperhatikan Lukas yang kini terpejam di samping gue dan meninggalkan gue sendiri terjaga bersama para pesuruh yang ada tepat di depan gue.

Nggak ada percakapan sama sekali selama perjalanan. Semua terlihat serius, termasuk gue yang deg-degan sedari tadi karena merasa takut bercampur dengan rasa penasaran yang menggebu. Ini juga kesalahan gue sebenernya, gue udah bego ngelepasin jaket yang Lukas pinjemin ke gue. Tapi udahlah, toh itu udah terjadi nggak bisa di ulang lagi. Yang penting sekarang adalah mempersiapkan diri gue untuk berhadapan langsung dengan para petinggi yang walaupun gue nggak tau apa itu mereka.

Sesuatu yang lumayan berat menindih pundak gue dan membuat gue dengan otomatis menoleh ke samping kiri gue untuk melihat kepala Lukas yang bersandar di bahu gue. Gue sebenernya ingin langsung mendorong kepala itu, tapi setelah gue pikir apa yang udah dia perbuat untuk membantu gue. Itu dengan cepat membuat gue sadar, kalo gue udah banyak berhutang budi padanya.

Jadi dengan pikiran seperti itu gue pun membiarkan kepalanya tetap di sana hingga akhirnya malah gue ikut bersandar di kepalanya dan memejamkan mata gue karena merasa lelah, walaupun saat ini hari baru menunjukan langit cerah siang hari.

* * *

Entah sudah berapa lama gue terpejam hingga akhirnya gue bisa merasakan kalo mobil udah nggak berjalan lagi dengan suara gertakan yang jelas sekali kalo itu adalah suara Lukas di samping gue.

"Gue bilang sebentar lagi. Tunggu dia bangun, sialan." suaranya.

Mendengar itu, gue pun perlahan membuka mata gue dan mendapati diri gue yang ternyata tengah bersandar di bahu Lukas yang bagaimana bisa terasa nyaman sedari tadi. Tapi bukan itu masalahnya, karena seinget gue, yang sandaran di bahu itu adalah Lukas. Dan gue bersandar di kepalanya. Tapi ini..... Ah sudahlah.

Gue mengangkat kepala gue dari bahu itu dan menatap Lukas yang terlihat sedikit terkejut karena mungkin dia merasa kalo gue bangun dengan tiba-tiba.

"Nggak apa. Kita bisa pergi sekarang. Gue udah bangun, kok. Dari tadi malah." ujar gue sedikit berbohong.

Lukas cuma menatap dengan kedua alisnya yang naik ke atas. Setelah itu dia berujar oke, dan kemudian membuka pintu mobil lalu keluar dari sana. Gue pun melakukan hal yang sama dan langsung berjalan cepat menghampiri Lukas yang udah siap dengan badannya yang tinggi besar. Gue merasa kalo dia udah siap untuk melindungi gue apapun yang terjadi. Tapi entahlah, mungkin itu cuma perasaan gue aja.

"Cuma dia yang boleh masuk ke dalam." ucap salah satu dari mereka.

Gue yang mendengar itupun mengangguk setuju.

"Oke." ujar gue lalu bersiap untuk maju ke depan untuk mengikuti keempat orang yang ada di depan kami. Namun tubuh gue segera di tahan oleh Lukas yang memegang kerah baju gue dari belakang yang mana hal itu membuat gue termundur kebelakang dan akhirnya kembali ke tempat gue sebelumnya, yaitu di samping Lukas.

"Nggak bisa. Gue harus ikut." ujarnya sambil dengan tangannya yang udah berpindah ke tangan gue dan menggenggamnya erat.

"Berhentilah ikut campur dengan urusan ini anak muda. Perjalananmu masih panjang, sedangkan temanmu itu sudah tidak lama lagi. Jangan sia-siakan waktumu yang berharga. Lebih baik kamu pulang, dan mengerjakan PRmu untuk besok." ucap salah satu dari mereka yang terlihat lebih tua dengan jenggot putih di dagunya.

Gue menoleh dan menatap Lukas dengan sedikit mendongak.

"Dia bener, Luk. Jangan sia-siain waktu lo cuma buat gue yang bukan siapa-siapa bagi elo. Ini urusan gue, dan nggak seharusnya lo terlibat ke dalamnya." ucap yang juga berusaha untuk membuatnya berubah pikiran dan segera pergi dari sini. Walaupun dalam hati gue nggak menginginkan hal itu.

"Ini nggak menyia-nyiakan waktu gue sama sekali. Dan urusan lo mulai sekarang adalah urusan gue juga. Karena nggak tau kenapa, gue nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama elo. Dan apapun itu, gue bakal berusaha semampu gue untuk membuat lo aman dan terlindungi. Jadi, jangan minta gue untuk pergi. Karena mulai saat ini, gue akan selalu di sisi lo apapun yang terjadi." ucapnya dengan sedikit meremas tangan gue yang di genggamannya.

Gue sendiri yang mendengar semua kalimat yang barusan dia katakan merasa berdebar dengan muka yang terasa panas. Hati gue pun terasa begitu tenang dan entah kemana rasa takut yang sempat gue rasakan tadi. Kata-katanya membuat gue tersentuh, sehingga tanpa sadar gue membalas genggaman tangannya di bawah sana. Setelah itu gue tersenyum hangat menatapnya.

"Oh, baiklah. Sepertinya kalian mempunyai ikatan khusus yang sulit untuk di pisahkan. Dan sepertinya kalian juga memilih untuk meninggalkan dunia ini bersama." ucap Bapak itu yang akhirnya berbalik dan berjalan menjauh bersama ketiga orang lainnya. Tanpa menunggu waktu yang lama, gue dan Lukas pun mengikuti mereka dari belakang dengan kedua tangan yang masih saling bertautan.

Suasana di dalam ruangan ini sangat berbeda dengan penampakan yang ada di depan. Jika di luar tadi hanya terlihat seperti gedung tua biasa. Tapi di dalam begitu jelas berbeda penampilannya dengan beberapa ornamen-ornamen yang terlihat mewah dan beberapa lukisan yang menempel dinding. Cat yang terdapat di berbagai sisi pun sangat indah, begitu mencolok dengan beberapa kilauan yang terlihat saat gue melihatnya.

Awal perjalan masuk emang terlihat sempit, apalagi terdapat beberapa gang yang kami lewati hanya untuk sampai ke tempat tengah-tengah gedung ini yang mana ternyata begitu luas dengan pernak-pernik perhiasan yang saling beradu silau di berbagai sudut. Lampu yang ada di bagian tengah pun terlihat begitu mewah dengan ukuran yang sangat besar. Seketika pikiran gue pun terbawa, dan berpikir kalo saat ini gue memasuki istana seperti dongeng-dongeng yang selaku di ceritakan. Karena ini begitu mewah dan terkesan sangat tidak nyata.

Namun semua itu buyar ketika sebuah suara berat menyeramkan menyapa gendang telinga gue dan dengan cepat membuat gue mencari keberadaan suara tersebut yang ternyata terletak di ujung depan dengan beberapa kursi besar seperti layaknya kursi kaisar jaman dahulu.

Perasaan takut kembali muncul begitu jarak gue semakin dekat ke arahnya yang mana ternyata di sana ada 4 kursi lainnya yang terletak di samping kursi besar tersebut. Dan disana terlihat sosok yang tidak jauh berbeda dengan seorang pria yang duduk di singgasana itu. Pria itu tersenyum lebar menatap gue yang mana hal itu sangat menakutkan untuk gue lihat, gue pun langsung menunduk untuk menghindari kontak mata dengannya.

"Wah tidak kusangka, anak dari keluarga terhormat ikut serta dalam urusan ini. Apa ini, apa kalian terikat?" ujar pria itu dengan suara yang bener-bener bikin bulu kuduk gue merinding.

"Ya. Aku terikat dengannya. Kalian tidak bisa mengambilnya dari ku!" ucap Lukas dengan berani dan itu membuat gue perlahan melirik ke arahnya yang mana hanya mengeluarkan ekspresi datar menatap mereka yang berwajah mengerikan.

"Dia bohong. Aku tidak merasakan ikatan apapun di antara mereka, Yang Mulia." ujar seorang pria yang duduk tepat di samping kanan pria yang di tengah.

Gue yang penasaran pun akhirnya kembali memberanikan diri untuk mendongak dan menatap mereka satu persatu yang berakhir dengan berkontak mata dengan pria yang paling tengah. Dan satu kesimpulan gue, dia adalah pemimpin dari semua ini.

"Begitukah saudara ku? Mereka tidak ada ikatan apapun? Lalu, kenapa anak ini bisa bersama anak berdarah manusia satu ini? Apa yang terjadi?" ucap pria itu lagi.

Lukas terdiam sambil mengeratkan genggamannya pada tangan gue. Sedangkan gue juga cuma bisa diam tanpa tau harus melakukan apa. Ini terlalu menakutkan untuk gue. Apalagi dunia ini sangat awam bagi gue yang baru mengetahui jati diri gue yang sebenarnya.

"Apa kamu kesini dengan harapan bisa membebaskannya?" tanya pria itu.

"Ya. Aku berharap bisa membebaskannya!" balas Lukas, dan langsung mendapat tawaan dari beberapa orang di ruangan ini. Mendengarnya pun membuat gue kesal.

"Apa kamu tidak ada pembelaan apapun Omega manusia?" ujar pria itu yang membuat gue sedikit terkejut karena akhirnya dia menotice gue yang sedari tadi nggak berani bersuara.

"S-saya hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi nantinya." ucap gue dan langsung menundukkan kepala gue. Suara tawaan pun kembali terdengar hanya dengan gue yang mengucapkan kalimat itu. Tentu saja itu perkataan yang bodoh yang sangat bertolak belakang dengan Lukas yang berusaha untuk membebaskan gue dari buruan mereka.

"Tidak. Aku tidak akan menyerahkan kepada kalian yang tidak berhak atas apapun dengan dirinya. Aku akan membebaskannya, dan aku berjanji untuk membuatnya tidak mengancam keberadaan para petinggi seperti kalian!" ucap Lukas dengan percaya diri, bahkan dia dengan berani menunjukkan para petinggi itu menggunakan telunjuknya.

"Benarkah? Bagaimana caramu melakukannya?" tanya pria itu yang masih dengan suara menyeramkan yang sama.

"Aku akan menikahinya! Dan aku akan merubah darah manusianya menjadi darah keturunan werewolf seutuhnya!" ucap Lukas lantang.

Gue awalnya nggak mengerti maksud dari ucapannya. Namun setelah selang beberapa detik, gue terdiam mematung sambil menatap Lukas yang juga menatap gue dengan senyum tipis di bibirnya.

Tunggu....dia tadi bilang apa? Menikahi? Dia bakal nikahin gue!?? Hah!?

"Kamu bisa melakukannya?" tanya pria itu yang masih saja meragu dan membuat Lukas mengalihkan pandangannya dari gue.

"Ya. Aku seorang Alpha, dan itu hal yang mudah. Hanya perlu melakukannya setiap hari dan dia akan berubah seiring berjalannya waktu. Jika kalian masih ragu, kalian bisa mengawasi kami." ujarnya dan membuat sang pria mengeluarkan kekehannya.

"Oh itu tidak perlu. Aku percaya padamu. Kamu hanya perlu mengirimkan buktinya kalau kalian sudah menikah nanti. Tapi ada satu hal yang harus kamu ingat. Pastikan jika kalian memiliki anak, anak kalian tidak berdarah manusia. Mengerti?" ucap pria itu dan membuat gue maupun Lukas melongo mendengarnya.

Apa ini? Semudah itu? Sekarang gue udah bebas cuma karena perjanjian Lukas yang bakal nikahin gue aja? Wtf. Tapi bagaimanapun gue bersyukur, karena ini berjalan dengan nggak adanya pertumpahan darah.

"Jadi kalian membebaskan dia? Maksudku kami?" ujar Lukas. Sang pria pun mengangguk dua kali.

"Bagaimana dengan Nenek dan kedua orangtuaku?" tanya gue setelah teringat dengan tujuan gue yang sebenarnya.

Pria itu mengeluarkan ekspresi seperti mengatakan kalau dia melupakan hal itu sebelum gue bertanya.

"Untuk itu mereka juga bebas. Tapi hanya Nenekmu saja, karena kedua orangtuamu sudah tiada. Mereka berdua sudah terikat, jadi saat Ayahmu kami eksekusi tentu saja Ibumu akan mati, karena seorang werewolf yang sudah terikat tidak bisa hidup tanpa seseorang yang sudah mereka ikat. Tapi tetap, kamu tidak boleh menemui nenekmu." jelas pria itu.

"Kenapa?" tanya gue langsung.

"Nenekmu berbahaya. Dia mungkin berniat balas dendam nantinya dengan cara menggunakanmu. Oleh sebab itu, kamu tidak di perbolehkan bertemu dengannya sebelum kamu menikah dan sudah menjadi keturunan kami seutuhnya." jelasnya lagi dan kali ini gue paham.

Gue diam sambil menunggu hal yang akan terjadi selanjutnya.

"Apa yang kalian tunggu? Kalian sudah boleh pergi sekarang. Yang penting kalian ingat apa perjanjian dan apa yang sudah aku katakan tadi." ucap pria itu.

Mendengarnya, gue maupun Lukas tanpa pikir panjang langsung berbalik dan berjalan menjauh dari sana dengan Lukas yang memeluk gue dari samping. Merasakan hal itu, gue pun kembali merasakan nyaman yang baru kali ini gue rasakan selama gue hidup. Sementara otak gue saat ini tengah berpikir cepat untuk mengerti apa yang baru saja terjadi.

Menikahi huh? Dengan Lukas??

Mungkinkah?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel