Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab| 8

Brendy duduk di sebuah kursi memegang sebotol minuman ia letih karena sejauh ini tidak ada lowongan pekerjaan.

Tiba-tiba ada temanya yang masih aktif bekerja di sebuah cafe berjalan mendekati Brendy.

"Brendy," lari kecil Rechel menghampiri Brendy.

Rechel adalah teman wanita Brendy di cafe, hubungan mereka sangat baik, selama Brendy di cafe Rechel tidak mengetahui apa yang menimpa Brendy, yang membuat Brendy tidak ingin ke tempat itu lagi.

"Kau dari mana saja Brendy?" Helaan nafas di seburkan dengan kasar di depan wajah Brendy.

"Iya aku sibuk," jawab Brendy.

"Tapi sudah 1 Minggu kau tidak bekerja.... oh Brendy kau tau aku jadi agak kesepian," nada Rechel sedih.

"Kau kapan bekerja lagi?" Tanya Rechel.

"Tidak Rechel, tidak, Aku tidak kembali ke cafe itu," Brendy menatap Rechel yang sudah menjadi teman kerja hampir 3 tahun.

"Kenapa? Dan itu map? Isinya apa?" Rechel Melirik ke arah map yang tergeletak di samping Brendy dan ada sebotol minuman.

Brendy melihat Rechel seperti anak bayi rewel tapi jauh di lubuk hatinya ia menyukai semua sifat Rechel.

"Itu surat lamaran pekerjaanku Rachel, aku akan mencari pekerjaan baru," Brendy mencoba tersenyum palsu di hadapan Rechel.

"Tapi kenapa? Apa kau membuat kesalahan?" Rachel terus menanyakan pertanyaan dan pertanyaan untuk mencari jawaban.

Brendy terdiam

"Tidak Rachel aku tidak berbuat kesalahan aku diperkosa... Rachel ini menyakitkan sungguh sakit Rachel," teriak Brendy di dalam hati.

1..

2..

3..

Rachel mengibaskan tangan, melihat ekspresi Brendy diam.

"Haeeyyy...." Ucap Rechel Sembari memukul pundak Brendy.

"Ahw," Brendy menoleh pada Rachel.

"Sudah dulu Rachel aku ada urusan," Brendy pergi membawa map nya dan meninggal kan Rachel disana.

Brendy tidak menggubris teriakan Rechel yang terus memanggil namanya.

Brendy merasa bahwa cara satu-satunya saat ini adalah kabur menghindari pertanyaan Rachel yang super boros itu.

***************

Ale duduk di meja kursi kantor, kedua kaki Ale di letakan di atas meja, tangan Ale memegang bulpoin dan memutarnya dengan tangan kanan sesekali mengigit nya.

Ale memejamkan mata, mengingat kejadian itu dimana ia mencekram lengan Brendy, leher, menampar pipinya, menjambak rambut Brendy, dan menyetubuhinya tanpa manusiawi.

Ia sungguh menyesal dengan semua itu, setiap detik tidak ada kata maaf untuk dirinya.

"Aaaaahh," Ale mengebrak meja.

Ia frustasi ia merasa dirinya bodoh total dengan semua yang terjadi.

Tok... tok...tok....

"Masuklah," Ale mengizinkan tamu masuk.

Terlihat dua orang pria sedang memasuki ruangan Ale, Ale sudah menjadi kan kedua orang itu kepercayaan nya dalam arti tangan kanan.

Lalu mereka duduk di depan Ale.

"Boss," ucap kedua nya berbarengan yaitu Vicky dan Kennedy.

"Apa yang kalian bawa untukku? Cepat katakan?" Nada Ale menghentak.

"Boss wanita itu yatim piatu," ucap Vicky.

"Iyah benar boss wanita itu yatim piatu dari informasi yang kita selidiki," Kennedy memperjelas.

"Apaaa?" Ale terkejut.

"Iyah bossz" ucap mereka berbarengan.

Ale menggelengkan kepalanya dan menunduk, menjambak rambutnya sendiri.

"Oh Tuhan betapa berdosa nya diri ini Tuhan tolong katakan padaku hukuman apa yang pantas untukku?" Ricau Ale pelan.

Bergetar, lemas menjadi satu di dalam semua kesedihan Ale Zandro.

"Ken....Vick," panggil Ale.

"Ya boss," jawab mereka serentak.

"Apakah kalian ada rencana agar aku bisa bertemu dengan dia?aku sudah punya nomor wanita itu, tapi aku tak tau bagaimana cara menghadapi nya," Ale memaparkan semua rencana malam nanti.

"Begini saja boss, bagaimana kalau anda membeli topeng lalu memakai, ya pura-pura menjadi badut di hadapan wanita itu, dengan begitu ia tidak akan takut saat melihatmu," Ken berucap dengan hati-hati.

Ale berdiri dan memukul 1x dadanya.

"Haaeeeeeeyyyyy, lihatlah aku, aku ini lelaki, dimana jiwa pemberani ku? Bersembunyi? Seperti bayi saja," Ale tidak terima dengan usul Ken.

Ale duduk kembali dan kini memandangi Vicky.

"Dan kau apa rencana mu Vick?" Ale menatap ke Vicky.

Vicky takut salah dengan semua usul dirinya sendiri, dengan sekuat tenaga Vick angkat bicara.

"Ya, kita datangi saja boss secara langsung,"

"Hmm.. begitu..." Ucap Ale mengetuk meja dengan jari.

"Baiklah kalian boleh pergi."

Dengan cepat kedua nya pergi meninggalkan ruangan itu.

"Lihat lah ini Brendy, aku akan membuktikan padamu, aku akan menebus semua kesalahanku, aku berjanji, itu adalah janjiku," Tak sengaja Ale menjatuhkan setetes air bening dari matanya.

Di sisi lain....

Di ruang kantor Adra.

Kata-kata ibunya tadi pagi sungguh berputar di otak Adra, ia secara langsung menyuruh Brendy membawa di hadapan nya untuk menikahkan dengan salah satu putra nya.

Lalu apakah itu persaingan?

"Kenapa penghalang cintaku adikku sendiri?" Ucap Adra Tidak fokus dengan berkas yang ada di meja.

*************************

Malam pukul 19:00

Dari kejauhan pria tampan sedang memperhatikan sosok gadis yang tengah menunggu seseorang sesekali gadis itu melihat handphone yang ia genggam.

Gadis itu adalah Brendy Miru dan lelaki itu tentu Ale Zandro.

"Boss," panggil Kennedy.

"Ssyyuutttt....diam," Ale memberi kode dengan sebuah tangan.

Drt..drt...drt.. ponsel Ale berbunyi.

"Adra kau dimana?

Aku sudah sampai"

Brendy

"Disini," ucap lirih lelaki itu berjalan mendekati Brendy.

Mata Brendy terbelalak perasaan takut itu seketika terbesit di otaknya ia melihat lelaki itu, lelaki bejat, sungguh bajingan, tubuh Brendy lemas bagai karet, badannya bergetar hebat seperti setruman listrik Beratus Watt.

"Kauuuuuu?" tangannya menunjuk ke arah lelaki itu dengan sekuat tenaga namun terlihat lantang.

Brendy memundurkan sampai ia tidak bisa mundur, karena ada dinding di belakang.

"Tenanglah aku disini tidak akan menyakiti mu," Ale menenangkan Brendy yang terlihat histeris.

"Jangan melangkah lagi," bentak Brendy.

Ale tidak melangkah ia menuruti itu, ia bisa melihat betapa sakitnya... betapa perasaan takut dan benci menjalar jadi satu lalu di satukan menjadi tatapan di mata Brendy.

Brendy menangis meneteskan air mata, terisak hati nya sakit sungguh sangat sakit bagai di tusuk dengan seribu jarum.

"Hiks..hiks..uhuk..uhu..hu.." rintihan demi rintihan dari Brendy.

"Brendy aku ingin minta maaf atas semua perlakuan ku, aku akan menggantikan setiap air mata mu yg jatuh itu dengan kebahagiaan," Ale maku selangkah lagi mencoba mendekati Brendy.

"Jangan dekati aku!!!" Teriak Brendy diiringi air mata.

"Aku mohon maafkan aku," ucap Ale dengan nada penyesalan.

Ale merasa iba dengan penderitaan yang dirasakan Brendy, sungguh kejam yang telah ia lakukan.

Brendy teringat lagi dimana ia di tampar, di setubuhi dengan cara kasar dan sangat menyakitkan semua nya muncul secara tiba-tiba.

"Aku... aku ingin menebus semua kesalahanku... aku akan membayar setiap tetes air mata yang kau jatuhkan itu... kumohon maafkan aku dan, izinkan aku membuatmu bahagia," Ale mengatakan semua itu dengan tulus di dalam lubuk hati.

"Tidddaaakkkk!! kau tau apa tentang itu semua, kebahagiaan kau bilang? Kebahagiaan ku sudah hilang sejak kau renggut hal yang selama ini aku jaga, kau manusia jahat, aku membencimu, kau menyentuh ku seperti hewan, kau mengatakan layaknya aku adalah sampah, kau menghina ku bagaikan aku adalah racun yang harus di basmi, dan... dan kau memperkosa ku waktu itu...kau ..kau...kau..."

Air mata derai membanjiri wajahnya, semua kata-kata itu tidaklah cukup, tidaklah sebanding dengan yang ia rasakan.

Ale tidak tahan dengan ini semua lantas ia langsung berjalan memeluk wanita itu.

Ale memeluknya sungguh erat seperti seseorang yang mengerti semua penderitaan Brendy dan tak ingin melepaskan pelukan itu, tidak saat ini untuk melepaskan nya bahkan dalam benak Ale tersirat takkan melepaskan Brendy untuk selamanya.

"Lepas kan tangan mu dari tubuh ku..hu..hu..hu.." Brendy memukul dada bidang Ale, mencoba melepas kan pelukan lelaki yang lancang itu.

"Tidak akan... maaf.. kumohon... maafkan aku, aku akan menebus ini semua, maafkan aku, maaf seribu maaf," Ale memeluk erat Brendy yang mencoba merontah dan Ale mencium pucuk rambut itu sebanyak mungkin.

"Lepaskan aku kau lelaki jahat," Brendy memukul sebisa mungkin Brendy memukul tubuh Ale.

"Hatiku sakit, tidak, kau tidak akan mampu mengobati luka ini," suara Brendy mulai pelan.

"Tenangkan dirimu aku disini akan me-" terpotong saat Ale mendengar teriakan gadis itu.

"Aaaahhhhhh," suara gadis itu.

Gelap....gelap...semuanya menjadi gelap...

Tubuh wanita itu menjadi ringan.

"Boss dia pingsan," teriak kedua pria yang sedari tadi di belakang Ale.

"APAAAAAA" sikap cemas Ale terlihat jelas.

_____________________________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel