Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab| 9

~Ale Pov~

Aku duduk di sebelah tempat tidur, disana tengah ditiduri gadis cantik yang tadi aku peluk hingga ia pingsan.

Kebetulan rumahku sekarang sepi, ibuku keluar ada urusan, dan Adra? Mungkin aku tau apa alasan nya karena ia tidak ingin bertemu denganku.

Ku perhatikan wajah cantik nya itu pipi mulusnya oh sungguh menggemaskan ditambah ada sedikit merah-merah di pipinya, ya itu adalah make up Blush on apa lagi?

Aku tersenyum, menghelai sedikit rambutnya, kulihat dia sangat lelah, tapi tiba-tiba senyum ku hilang ketika aku melihat tangan nya, oh tidak... tangan.... tangan yang pernah aku ikat sangat kencang hingga ia kesakitan hingga ia menangis dan sampai membiru atau memerah.

Aku raih tangan itu kupandangi ku cium tangan itu cukup lama sampai aku benar-benar sadar bahwa wanita sekarang yang setiap hari berputar di otakku, sekarang ia ada di hadapan ku ada di rumahku dan tentu sekarang ada di kamar ku.

"Jika kau memaafkan aku Brendy maka aku berjanji tidak akan membuat luka di hatimu lagi maka dari itu aku akan terus berjuang untuk mendapatkan maafmu." kata Ale pelan dan mencium kembali tangan itu.

~~~~

~Author POV~

Ada sebuah suara mobil berhenti di sebuah rumah turunlah seorang wanita paruh baya dari mobilnya.

Shilla baru saja pulang dari acara pernikahan sebagai tamu undangan. Ale yang mendengar suara mobil langsung mengintip dari jendela dan tatapan nya melihat sang ibu.

"Ibu," kata pelan Ale yang masih di dalam kamar.

Ale kebingungan bagaimana menceritakan ini semua.

"Ah tidak, bukankah ibu yang menyuruh aku untuk membawa wanita itu," ucap Ale berkata sendiri dengan mondar mandir di kamar.

Ale keluar membuka pintu tapi sebelum ia benar-benar menghilang dari pintu itu ia melihat lagi kebelakang guna memastikan bahwa gadis itu masih tertidur.

"Ale kau sudah pulang?" Tanya Shilla sembari meletakan tas nya di meja.

"Iyah aku sudah pulang ibu," balas Ale.

"Ibu duduklah." Ale mengajak Shilla duduk.

Shilla duduk di sebuah sofa empuk dan di depan sudah ada Ale.

"Ibu kemarin ibu menyuruh ku membawa gadis itu kan?" Tanpa mengurangi rasa sopan terhadap orang tua nya.

"Ya tentu aku ingat." Shilla mengangguk kan kepala pelan.

"Dan sekarang gadis itu ada di kamar ku ibu," Ale tersenyum.

"Apa bagaimana bisa? Benarkah? Kalau begitu biar aku melihat gadis itu ibu ingin melihat secara langsung." Shilla sungguh terkejut.

Lalu Ale menceritakan bagaimana gadis bernama Brendy Miru itu sampai kesini secara detail.

"Ale, ibu tidak menyangka kau senekat ini." Shilla terlonjak kaget melihat tingkah anaknya senekat itu.

"Ibu aku sudah bilang kan bahwa aku menebus semua kesalahanku," nada Ale pelan.

"Tapi bagaimana jika ia melihat ku lagi bisa-bisa pingsan lagi," Ale berfikir.

"Tenanglah ibu akan menemui dia." Shilla tertawa.

"Ibu ingin melihat menantu ibu." Ucap Shilla menggoda Ale.

Membuat keduanya saling tertawa.

"Ceklek." suara gagang pintu yang di buka.

Shilla mengamati gadis itu sangat serius.

"Cantik." Shilla masih mengamati wajah gadis itu.

"Semoga hatimu juga cantik seperti wajahmu," Shilla tersenyum jiwa ke ibu an nya menebar senyum kebahagiaan.

Tiba-tiba gadis yang sedari tadi ia tamati membuka mata perlahan.

Brendy melihat ke kanan kiri bertanya dimana ia sekarang.

Ia sedikit kaget melihat wanita berada didepan nya.

"Ehm...maaf... dimana diriku?" Tanya Brendy dengan mencoba posisi duduk.

"Tenanglah sayang jangan takut." Shilla menenangkan gadis itu.

"Dimana pria jahat itu?"Brendy Berbicara pada diri sendiri.

Suara itu cukup pelan namun Shilla mendengarnya.

"Siapa pria jahat? dia tidak jahat." ucap Shilla.

"Dia jahat, dia membuatku kehilangan sesuatu yang berharga." Kata Brendy kembali menangis.

Ya, dia menangis setiap mengingat kejadian itu, memang faktanya wanita selalu mengandalkan perasaan bukan dengan logika.

Shilla memeluk gadis itu, ia sesama wanita, tentu Shilla tahu apa yang dirasakan Brendy.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel