Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Dingin... kaku.... tegang, semua dirasakan di tubuh Ale, semua pandangan kabur kecuali wanita itu langkah demi langkah menuntut nya ke kursi dimana perempuan itu duduk bersama Adra.

"Kakak, maaf, ku mohon maafkan aku," kini Ale tepat berdiri di hadapan Brendy dan Adra.

Adra kian menjadi emosi, bagaimana ia tahu keberadaan nya disini sedangkan Brendy menjadi lemas, semua itu membuat Brendy teringat dengan kejadian itu, ia hanya memegang kepalanya sendiri, teriak, dan teriak dengan ekspresi ketakutan.

Bug

Bug

Bug

Hantaman keras dari Adra teruntuk adiknya hingga Ale itu terjatuh.

Brendy menepi di kursi itu dengan memegangi kepalanya.

"Apa kau gila?" Kata Adra.

"Kakak aku ingin bicara pada wanita itu," sedak Ale karena terbatuk-batuk.

"Jangan harap," Adra berdiri dari hadapan Ale, ia tahu bahwa ribut di tempat umum tidaklah begitu baik.

Adra mulai cemas dengan kondisi Brendy, baru saja ia melihat Brendy tertawa dan kini harus melihatnya ketakutan seperti itu.

Adra lagi-lagi mengendong wanita itu dengan pelan, membuka kedua tangan Brendy yang ditutupi di kepalanya, dan Adra mencoba mengkalungkan tangannya di leher Adra.

"Tenanglah aku disini," Ucap Adra menarik tubuh Brendy kedalam dekapan.

Ale menyaksikan semua itu di depan mata, wanita yang ketakutan saat melihatnya, Adra yang mengendong Brendy bahkan ia melihat betapa lembutnya Adra memperlakukan Brendy.

Brendy menyembunyikan wajahnya di dada bidang Adra, yang sedang menggendong.

Tidak perduli orang di taman memandang apa, bagaimana, mengapa, dan seperti apa, karena Brenda jauh lebih penting daripada orang yang ada di taman ini.

"Ar(Adra)... jangan pergi," ketika Adra menurunkan gendongan nya dan mendudukan di kursi mobil.

"Tidak, aku akan selalu bersamamu," Adra memegang kedua pipi Grace.

Brendy hanya mengangguk pelan menatap Adra.

Tanpa menunggu lama Adra menancap gas mobilnya dan pergi dari taman ini, lebih tepatnya pergi menjauh dari Ale.

Ale menjadi sorotan di Taman Mawar, semua menatap Ale dengan tatapan aneh, tapi Ale berdiri dan berjalan menuju mobil nya mengejar Adra.

"Sial kemana mobil kakak," Ale menggebrak setir mobil.

Ale mengambil tisu membersihkan wajahnya dan membenturkan kepala di dudukan mobil, tidak keras hanya pelampiasan saja.

"Aku akan gila karena ini," 

Ale tidak yakin menemukan wanita itu, tapi tujuan utama Ale sekarang adalah menuju rumah.

Setiba di rumah

"Ibu apa kakak sudah pulang?" Tanya Ale sesampai di rumah.

"Astaga ulah siapa ini?" Tanya sang ibu Memperhatikan wajah sembab Ale.

Ale hanya melewati ibunya begitu saja dan menuju kamar.

Ale menuju kamar mandi, ia membersihkan tubuhnya, sesudah itu Ale menghempaskan badannya di kasur, ia berfikir bagaimana ia bisa bertemu dengan wanita itu kembali, hingga ia tertidur dan terlelap.

Di sisi lain

"Ar terimakasih," ucap Brendy turun dari mobil.

"Aku sudah bilang bahwa aku akan menjagamu," Balas Adra.

"Baiklah kurasa ini sudah cukup," ucap Brendy.

"Ya, aku sudah mengantarmu di rumah, hari sudah malam Brendy, kau istirahat saja," ucap Adra mengelus pucuk rambut Brendy.

Brendy hanya mengangguk.

"Bye," melambaikan tangan ke Adra.

Adra tersenyum dan menaiki mobil, dan di dalam mobil pun ia masih senyum-senyum sendiri.

Di perjalanan Adra berniat memberikan sesuatu untuk Brendy maka ia segera menuju ke toko terdekat, yaitu toko pakaian.

"Tolong bungkus yang ini," ucap Adra menunjuk ke arah dress merah.

"Baik pak," ucap pelayan dengan ramah membalas senyuman.

Adra ingin pulang tapi yang ia khawatirkan adalah bertemu dengan Ale, bukan takut melainkan enggan saja bertemu dengannya tapi bagaimana lagi kenyataan nya mereka adalah 1 rumah.

"Ibu aku pulang," teriak Adra sesampai di rumah.

"Tadi adikmu mencari mu," ucap sang ibu sembari membaca majalah.

"Ada apa ibu? Ku harap ibu tidak ikut campur lagi dengan masalah ku," Ucap Adra dengan nada lesu.

"Tidak akan, sekarang kalian sudah dewasa ibu tidak akan ikut campur," Ucap sang ibu masih tetap membaca majalah.

Adra menuju kamar dan meletakan ponselnya nya dia sembarang tempat, ia pun segera mandi.

Tanpa ia tahu ternyata Ale sudah bangun dari tidurnya, Ale menyelinap diam-diam di kamar Adra, mengambil ponsel itu dan membuka ponsel Adra, karena memang tidak di password.

Ale segera mencari nomer Brendy, ternyata tidak sulit karena di situ terdapat foto Brendy, dan nama kontak yang Adra simpan adalah MY Brendy.

Ale dengan cepat menghafal nomer 12 digit itu karena ia tidak mungkin turun ke bawah mengambil pensil, ya karena itu terlalu lama.

Beberapa saat kemudian....

Drt....drt.... Dering Brendy berbunyi.

"Datanglah besok ke El Pueblo, aku tunggu  jam 7 malam, aku Adra karena tadi ada gangguan di ponselku, jadi aku membeli kartu baru, kumohon datanglah ini penting! Adra,"

Isi pesan Ale yang ia kirimkan pada Brendy, Ale sengaja memalsukan identitas, karena hanya itu cara satu-satunya.

Sejenak Brendy membacanya, lalu Brendy menutup ponselnya kembali, dan kini sudah sangat larut malam, segera ia tidur karena ia harus berfikir bagaimana pekerjaan nya esok.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel