Bab 5
Adra menatap rumah cat coklat yang ada di depan nya lalu ia menghampiri rumah itu.
Tok....tok...tok...
"Apa kau di dalam Miru?" Tanya Adra Sambil terus mengetok pintu.
Adra yakin bahwa di dalam rumah itu ada gadis yang ia cari dan terus mengetok pintu.
3 menit kemudian......
"Miru....Miru bukalah pintu nya aku Adra," teriak Adra.
~
Brendy Miru melamun di kamarnya rambutnya sungguh berantakan pipi nya penuh bekas air mata yang ia tumpahkan hingga kering dan enggan untuk meneteskan nya lagi.
Brendy mendengar suara ketokan pintu itu dan dia tahu bahwa mendengar nama Adra ia sengaja tidak membuka pintu karena tidak mungkin menunjukan dirinya dengan kondisi seperti ini.
"Adra?" Suara kecil dari bibir Brendy.
Tok...tok...tok....suara itu muncul lagi.
"Aku tau kau di dalam keluarlah aku Adra," lagi-lagi teriak lelaki itu.
Brendy tetap tidak ingin membuka kan pintu orang yang di depan pintu itu.
"Braaaaakkkk," suara pintu jati yang di didorong oleh Adra.
Adra berjalan terburu-buru mencari Brendy dan memanggil namanya.
"Miru...Miru...Miru," teriak nya.
Brendy kaget dengan teriak Adra sontak ia langsung berdiri untuk menghindar, tapi ketika ia berdiri laki-laki itu sudah dekat dengan nya.
"Miru," Adra melihat kondisi nya begitu kacau berantakan tak karuan.
"Adra," Brendy memundurkan langkah kakinya.
Adra dengan cepat berjalan mendekap tubuh itu penuh kasih sayang.
"Jangan sentuh aku," renggek Brendy dengan suara serak.
Adra melepaskan pelukan nya dan menatap dengan penuh iba ia tahu betul bagaimana perasaan wanita itu.
"Lepaskan aku Ar," suara pelan terdengar di bibirnya.
Adra menyelimuti kedua pipinya dengan kedua tangan nya.
"Aku disini...jangan takut... aku di sampingmu," mencium kembali pucuk kening manis itu.
"Aku....aku....aku...aku...." Brendy tak mampu melanjutkan kata-katanya.
Adra langsung mendekap tubuh itu lagi mengelus pundak dan punggung dengan kedua tangan nya.
"Aku akan bersamamu...maafkan aku tidak bisa melindungi mu," Adra bersujud di hadapan wanita itu.
Brendy yang tadinya tak mampu menangis kini kembali ingin menangis dan berkaca-kaca.
"Adra pergilah kau tidak pantas dengan diriku," Kesedihan di matanya sungguh jelas.
"Aku tidak akan pergi kau tahu kan!" Adra berdiri kembali meraih kedua tangan Brendy dan mengangkat di pipinya.
"Aaahhhh," Brendy kesakitan.
Adra kaget dan membalikan pergelangan tangan itu.
Adra melihat tanda merah di kedua pergelangan gadis itu yang masih memar dan belum terobati.
Adra syok dan kaget sekasar apa yang sudah diperlakukan adiknya kepada gadis nya.
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit," Adra mengamati tangan-tangan merah itu.
"Tidak Ar aku tidak ingin," Brendy menolak ajakan nya.
"Sudahlah cepat lah bersiap-siap kita akan kerumah sakit," PaksaAdra.
30 menit berselang.....
Adra dan Brendy berjalan keluar rumah untuk pergi ke rumah sakit.
"Apakah sakit?" Tanya Adra.
"Apanya," balas Brendy.
"Kau berjalan tidak imbang, seperih apa? Katakan padaku?" Adra menghentikan langkah kaki Brendy.
"Aku bis.." ucap nya terpotong.
Adra mengendong wanita itu ala bridal style dan menuju mobil.
"Adra, aku bisa sendiri," Brendy yang tidak enak di perlakukan seperti itu.
"Sudah diam...aku tidak akan melukai mu," Adra berjalan dan membuka pintu mobil lalu dengan hati-hati mendudukkan gadis yang ia gendong.
"Adra terimakasih," senyum Brendy.
Adra membalas senyum itu dan melaju kan mobilnya menuju rumah sakit.
Sesaat kemudian mereka berdua selesai dari rumah sakit dan berjalan-jalan menuju tempat yang jauh dari keramaian.
"Lukamu parah Miru," Adra menatap luka-luka di tangannya sebagian ada bekas di wajahnya.
"Ar apa kau tahu....bahwa aku...aku di Nod..."
Brendy kaget saat Adra mencium bibir itu dengan kelembutan.
"Sudah jangan banyak bicar!" Ucap Adra mengelus rambut wanita itu.
Brendy sungguh tersentuh dengan setiap kelembutan yang di beri oleh Adra.
Brendy terdiam seribu bahasa ia tidak tahu harus bagaimana.
"Apakah ingin aku cium sekali lagi?" Adra menggoda Brendy.
"Ahh..tidak..jangan lakukan itu lagi Ar," Brendy memukul pundak Adra pelan.
"Tunggulah sini, aku akan membawakan beberapa makanan dan minuman," Adra berdiri dan memberi senyum manis pada gadis cantik itu.
~~~~~
Ale menjelaskan semua pada ibunya dan terlihat sang ibu menyerap setiap kata dari bibir putranya, disitu juga ada kesalahan dirinya yang menyuruh putranya untuk pergi ke sebuah cafe.
"Ibu..aku harus bagaimana sekarang?" Duduk berdampingan dengan sang ibu.
"Ale..perbuatanmu sungguh jahat tapi ibu juga tidak sanggup bila kau di penjara," Ibunya menangis.
"Ibu aku akan terima apa resiko nanti tapi kali ini aku harus meminta maaf pada wanita itu," Ale mengacak rambutnya.
Ibunya menuruti perintah anaknya,ya benar mungkin gadis itu,sekarang lah yang harus di pikirkan.
"Ale jangan ceroboh untuk kedua kalinya,"sang ibu memberitahu agar ia tidak ceroboh lagi.
"Pasti ibu," Ale berdiri dan pergi meninggalkan ibunya.
Ale menaiki mobil nya dan pergi mencari kakaknya.
Drt....drt...drt.... suara telpon Adra berbunyi.
"Apa?" dengan nada menggertak.
"Kakak kau dimana?"
Telepon dimatikan begitu saja oleh Adra.
Drt...drt...drt...
"Kakak aku mohon kau dimana?" Tanya Ale Panik.
"Urusan kita belom selesai tunggu aku di rumah," tegas Adra.
"Kakak setidaknya beri tahu aku kau dimana?" Tanya nya lagi.
"Jangan harap aku memberitahumu," Adra menutup kembali telepon itu.
Ale mendengus kesal frustasi.
"Aaaaahhh,"
"Taman," ucap Ale
Ale ingat bahwa di telpon tadi ada suara orang menawarkan sebuah makanan, "ice cream taman mawar," ucap salah satu penjual ice cream terdengar dari suara telepon Adra, berarti posisi Adra saat ini adalah di Taman Mawar.
Segera Ale mempercepat laju mobilnya menuju Taman Mawar.
~
Brendy menoleh ke kanan-kiri menunggu Adra yang hampir 20 menit tak selesai hanya membeli sebuah makanan.
"Kau mencari ku?" Adra berdiri di hadapan nya.
"Adra kau membuatku kaget," dengus Brendy.
"Jika aku membuatmu kaget...maka yang ini membuat mu apa?" Adra membawa sebuah bunga mawar yang cantik bewarna merah di tangan kanan nya, sedangkan di tangan kiri nya membawa makanan dan minuman.
Brendy sungguh kaget, Adra membawa bunga yang harum ini.
"Astaga Ar," Brendy membungkam mulutnya dengan tangannya.
"Jadi yang ini membuatmu apa?" Goda Adra.
Adra duduk di samping Brendy memberikan mawar itu dan menyuapi makanan yang ia bawa.
"Kau seperti drama Korea saja Ar" Brendy tertawa karena Arda menyuapi nya seperti anak bayi.
"Jika membuatmu tertawa harus membuatku bertingkah seperti orang Korea mudah saja," keduanya tertawa di taman itu dan berbicara banyak hal yang tentu Adra berusaha membuat Brendy lupa dengan hal menyakitkan itu.
Ale sampai di taman mawar dan Ale berjalan mencari kakaknya.
Beberapa menit kemudian Ale menemukan kakaknya sedang berbicara dengan seorang wanita tapi Ale tidak bisa melihat wajah nya karena terbelakangi oleh rambut.
Ale mendekat...coba lebih lebih dekat melihat dari arah lain memastikan siapa wanita itu.
Ale terbungkam matanya melingkar semua yang ada di wajahnya sungguh menggambarkan ekspresi syok,kaget,tak percaya.
Bahwa yang dilihat adalah gadis yang kemarin ia perlakukan dengan kasar.
________________******__________________
