Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Ale shock dengan pikiran yang bercampur aduk dan matanya terbelalak melihat bahwa seseorang yang mengkhianati nya ada lelaki bukan wanita yang di cafe bersama nya.

"Kakak aku ingin bicara, tapi selesaikan urusan mu dan aku menunggu di atas," Ale pergi dan menuju anak tangga.

Adra harus menyelesaikan urusannya terlebih dahulu, lalu ia menuju kamar mandi membersihkan dirinya menghampiri adiknya.

Ale melihat keluar jendela dengan tatapan kosong pikiran bercampur aduk yang berputar di kepalanya.

"Ada apa?" Adra mengagetkan lamunan adiknya.

Adra berjalan menghampiri adiknya melihat dari wajah nya seperti ada masalah.

"Kenapa?ada apa? Katakan," tanya Adra sekali lagi.

"Kakak duduklah aku ingin bicara," ucap Ale.

Keduanya duduk ditemani roti di atas meja dan beberapa minuman.

"Kakak aku ingin bicara," dengan sedikit mengigit bibir.

"Haruskah selama ini?" Balas Adra mulai kesal.

"Ya benar aku ingin bicara," Ale mengangguk-angguk kepalanya.

"Kau sudah bicara beberapa kali,jangan membuatku kesal," ucap Adra berdiri dari kursi namun Ale membuka bibir untuk menghentikan Adra.

"Apa kau kenal wanita di cafe?" Tanya Ale yang membuat Adra menahan kepergian nya.

"Cafe apa? Banyak cafe disini," penjelasan dari Adra.

Ale sungguh bingung memulai semuanya dari mana.

"Cafe yang terakhir kau datangi bersama temanmu lalu kau ditahan oleh polisi," Ale meminum minuman di meja nya.

"Ya aku sempat berkunjung di cafe biasaku bersama temanku, memangnya ada apa?" balas Adra.

"Baiklah kalau begitu apakah kau kenal wanita berambut panjang itu?" Mencoba menjelaskan semuanya dengan pelan pelan.

"Hahahaha ada banyak wanita berambut  panjang disini," Adra mulai tertawa dengan pembicaraan adiknya.

"Dia cantik sungguh dia berada di cafe biasamu, apa kau kenal?"

"Sudahlah kau kira hanya 1 wanita cantik di negara ini,"

Ale frustasi sungguh ia harus bagaimana menjelaskan semuanya.

"Kakak aku bingung memulai semuanya dari mana," ucap dari bibirnya dengan mata terpejam.

"Katakan apa? Cafe..ya aku sempat di cafe..lalu wanita..ya tentu saja banyak wanita di cafe.." kata Adra setengah berfikir.

"Tapi memang ada 1 wanita yang dekat denganku," imbuhnya.

"Siapa kakak? Tanya adiknya

"Dia berbeda...dia berbeda...dia berbeda.." senyum di bibir sang kakak.

Hal yang disesali Ale adalah tidak tahu siapa nama wanita tersebut, Ale ingin bertanya namanya namun dia sendiri tidak tahu siapa namanya.

"Siapa namanya kakak, bagaimana cirinya" Ale ingin tahu lebih dalam.

Sejenak Adra memejamkan mata dan menarik nafas.

"Cantik..dia berbeda..dia berambut panjang.." ucapnya.

"Sudahlah apa yang kau bahas di luar privasiku jangan lanjutkan!" Seru Adra.

"Kakak namanya siapa?" Ale berdiri dan mendekati kakak lebih dekat.

"Jika tau namanya tapi tidak tahu orang nya untuk apa?" Adra berdiri pergi.

Tapi ketika di ambang pintu Adra menghentikan kakinya mendengar suara adiknya.

"Kakak aku memperkosa seorang wanita," dengan nada penyesalan.

Adra terkejut bukan main, matanya, hatinya sungguh tertusuk dengan perbuatan adiknya yang ia fikir baik tapi nihil kenyataannya.

"Kakak ku mohon bantu aku, aku telah melukai seorang wanita," nada nya penuh penyesalan.

Adra menghampiri dan bertanya sejuta pertanyaan apakah yang ia celakai adalah wanita yang ia sebut berbeda.

"Siapa yang kau nodai? Apakah dia gadis bernama Brendy?" Pertanyaan Adra dengan mata tajam dan emosi tak terkendali.

"Aku tidak tahu, tapi aku mempunyai dompetnya,"

Ale mengambil sesuatu yang ia bungkus dan mencari dompet wanita itu lalu ia memberikan nya kepada Adra.

"Ini dompetnya aku tidak berani membuka nya," ucap nya.

Adra menerima dompet itu tapi ia harus bertanya sebelum membuka nya.

"Jadi ini dompet wanita yang kau perkosa?" Dengan nafas berat tak menentu.

"Iyah..aku telah berlaku kasar padanya..bahkan sangat kasar," Ale bersujud di hadapan kakak nya.

Adra membuka dompet wanita itu.. semoga bukan gadis yang ia katakan berbeda.

Betapa kagetnya Adra, hati, mata, otak nya bercampur aduk melotot dengan tatapan syok badan di sekujur tubuh, menjadi bergetar bahwa yang ia buka berisi foto seorang gadis cantik yang selama ini ia taksir karena sifatnya yang berbeda.

Adra memundurkan langkahnya 3 langkah berjalan mundur, dia sangat shock dengan situasi ini.

"Tidak...tidak mungkin...tidak mungkin ini terjadi...tolong katakan bahwa ini tidak...tidak mungkin," ucap Adra terbata melihat foto wanita cantik di foto itu.

"Apa yang kau lakukan padanya, bagaimana bisa," Adra naik darah, ia mengangkat kerah baju Ale dan menonjok dengan keras hingga berdarah.

"Sudah kubilang aku menodai nya dan...dan aku kasar padanya,"

Bug..bug..

Suara tonjokan Adra pada adiknya.

"Kau sudah gila..dia adalah gadis yang kumaksud apa kau paham," Adra menambah pukulan dan menyodorkan Ale di tembok.

Ale lemas dengan perlakuan Adra, hidung nya mengeluarkan darah segar merah di pipi, bersemu merah dan lembab biru sebagian.

"Kau bodoh, kenapa kau selalu bodoh dengan semua tindakanmu" Adra menarik kerah baju Ale.

"Pukul lah aku kakak, aku salah tapi bukan maksudku seperti itu...aku hanya ingin mencari siapa penghianat itu, ibu pun tau kakak," Ale mencoba menjelaskan tapi kali ini ia pasrah jika harus dipukul habis-habisan oleh Adra.

Ale tertusuk hati nya melihat bahwa wanita itu adalah wanita yang Adra dambakan, ternyata ia salah mensimulasikan semuanya dengan ambisiusnya.

"Kau..kau bodoh..urusan kita belom selesai," Adra berdiri dan pergi dari hadapan Ale.

Adra berjalan keluar menuju rumah Brendy dengan langkah cepat ia segera menuju garasi mobil tapi ia bertemu ibunya.

"Ada apa kalian berdua," ucap ibu Adra.

"Ibu kumohon jangan pernah ikut campur urusan ku jika ibu tidak tahu semuanya," emosi Adra memuncak.

Ia masuk mobil berniat menemui gadis nya tanpa membuang waktu ia menancap gas mobil dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan Ale tersungkur di bawah tembok dengan wajah babak belur penuh luka hidung berdarah.

Ia sungguh menyesali semua perbuatanya ia sungguh ingin meminta maaf pada gadis itu tak terasa kini laki-laki yang gagah tampah telah meneteskan air mata.

"Maaf...maaf....maaf..." nada Ale penuh penyesalan.

Sedangkan di luar pintu sudah berdiri ibunya.

"Kalian berdua ada apa?" Teriak seorang ibu.

"Ibu...aku...aku..aku telah memperkosa seorang gadis yang aku fikir penghianat," nada Ale penuh penyesalan dan kesedihan.

"Apaaa," wajah syok seorang ibu.

"Ibu aku bisa jelaskan,"

"Kau...kau... kau sungguh keterlaluan," teriak sang ibu.

"Ibu sudah kubilang aku bisa jelaskan, masih ingatkah ibu menyuruhku pergi ke sebuah cafe?" Ucap Ale.

~

Di sisi lain

Adra mengendarai mobilnya dengan cepat dan ia kini sudah sampai di depan rumah wanita yang ia dambakan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel