Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7

“Sayang,…bagaimana kalau kita menjenguk Anisa?” Ajak Ruly pada Manda sore itu yang terlihat akan bersiap pergi.

“Untuk apa kamu menjenguknya…cukup mama memanjakannya. Kamu tidak usah” Jawabnya dengan nada ketus.

“Tapi aku ayah dari anak itu, Sayang”

“Heii..jangan bilang kalau kamu jatuh cinta sama wanita penjual rahim itu, Dia tak lain hanyalah pabrik anak untukmu, Jadi jangan sekali-kali kamu memperlakukannya lebih, Nanti besar kepala dia” Hardi Manda pada Ruly yang sungguh tak berkutik dengan perkataan istrinya itu.

Ruly tak merasa cinta dengan Anisa, Ia yakin, hatinya bulat dan utuh hanya untuk Manda seorang, Tapi bayangan biji kacang yang kerap ia lihat pada tiap bulan pemeriksaan kehamilan Anisa membuatnya rindu untuk ingin membangun ikatan batin dengan calon anaknya yang memasuki usia kandungan 3 bulan.

Perut Anisa tidak lagi rata, mulai terlihat sedikit menongol, Menandakan jabang bayin itu memang tumbuh dan berkembang dengan sehat di dalam sana, Kadang Ruly melakukan panggilan videocall dengan Anisa, Sekedar ingin menyapa anaknya lewat benda canggih tersebut. Ingin menemui Anisa secara langsungm tapi ia ingat akan perjanjiannya dengan Anisa, Bahwa setelah positif ia tidak boleh lagi berinteraksi dengan Anisa,

“Anisa…kapan jadwal kalian memeriksakan kandunganmu lagi?” Tanya Wina pada Anisa yang terlihat segar sore itu.

“Besok ma” jawab Anisa yang memanggil ibu Rulu dengan panggilan yang sama dengan Ruly

“Hum” dehemnya singkat

Keesokan harinya, tanpa di minta dan di kirim pesan oleh Anisa, Ruly tampak sudah bersemangat mengantar Anisa ke dokter kandungan, Sebab saat itulah ia dengan leluasa memegang perut Anisa setelah diperiksa.

“Bagaimana perkembangan janinnya dokter?” Tanya Ruly dengan antusias

“Baik…sangat baik, pak” senyum dokter terkembang menghadap Ruly

“Syukurlah” jawab Ruly membantu Anisa merapikan pakaiannya, lalu mendudukkan Anisa di sampingnya dan tak melepas tangan Anisa dari genggamannya.

“Ini foto janin, Usianya 12 minggu, panjangnya 5,6 cm. sepertinya akan tinggi seperti ayahnya, Beratnya ideal, 14 gram” terang dokter itu membaca hasil USG

“Bagaiman dengan jenis kelaminnya dokter?” Tanya Ruly antusias

“Mestinya di usia 11 minggu, alat kelaminnya sudah terbentuk Hanya…sepertinya posisi janin belum menunjukkan letak yang tepat sehingga sulit bagi kita lihat sekarang, semoga bulan depan bisa kita pantau” jawab dokter itu dengan sopan dan lembut.

“Baik…baiklah” kekeh Ruly senang mendengar keterangan dari dokter.

“Oh ya pak. Usia kehamilan sudah melewati trisemester pertama, janin sudah kuat. Bapak dan ibu sudah boleh kok melakukan hubungan suami istri. Jangan sampai tidak dilakukan, agar menghasilkan hormone endorphin yang sangat baik untuk psikis ibu hamil” tambah dokter itu dengan nada santai

“Untuk apa hormone itu dokter?” Tanya Ruly polos

“Hormon Endorphin adalah zat kimia yang dihasillkan secara alami oleh tubuh. berperan sebagai penghilang rasa sakit alami dan bertanggung jawab atas perasaan senang setelah melakukan aktivitas tertentu, yang dapat menghasilkan energy positif dalam diri seseorang, Saya yakin bercinta dengan pasangan tentu hal yang dapat menghasilkan hormone tersebut, Ibu hamil bahagia, maka anak yang dalam kandungan akan lebih sehat” pesan dokter itu dengan lancer

Mendadak wajah Anisa bersemu merah, agak malu ia mendengarkan penjelasan itu, Ia pernah hamil sebelumnya, bahkan tak pernah dijelaskan sedetail itu, Ia dan Putra adalah pasangan suami istri, yang kapan saja bisa bercinta sebagai rutinitas biasa. Baru kali ini ia tahu, bahwa hubungan tersebut dapat memberi pengaruh sebaik itu.

Ruly melunturkan senyumnya, Menyadari bahkan sudah lebih 2 bukan tidak lagi menggauli wanita pencetak keturunan keluarga Subagia itu, Apa ia harus mengubah isi perjanjian dan mengingkari janjinya pada Manda, istri sahnya

“Maafin Daddy yang jarang menyapamu,” cium Ruly pada perut tak rata itu saat mereka berdua sudah didalam mobil. Mendadak jantung Anisa berdegub kencang, Mengapa tiba-tiba Anisa menjadi salah tingkah, saat bibir Ruly dengan lembut mendarat di permukaan perutnya.

“Hu..mengapa perlakuan ini terasa begitu manis, Bahkan Putra suamiku dahulu tidak pernah berhasil membuat aku terbuai dan merasakan ribuan kupu kupu berterbangan memenuhi penglihatanku, Saat ini dia menyentuh perutk, Ya Tuhan, jangan bilang kalau aku jatuh cinta sama partner ranjangku ini, Ia sudah habis uang banyak untukku, jaga hatiku agar tetap professional menghadapi ini, Kuatkan hatiku bahwa ini hanyalah jual beli, bukan cinta kasih” monolog Anisa dalam hati.

“Ruly…duduk dulu” Suara Wina terdengar tegas meminta anaknya duduk menghadapnya

“Sebentar, ma. aku antar Anisa ke kamarnya dulu” Jawab Ruly dengan sopan

Belum sampai kaki Ruly tiba di ruang tamu, dimana ibunya sedang menunggunya, Sudah terdengar suara Manda, istrinya diruangan yang sama, rupanya Manda menyusulnya dan kini sedang bersenda gurau dengan mertuanya.

“Kebetulan kalian berdua di sini, Terutama kamu, Manda” Tegas Wina menghadap kedua insan di hadapannya

Ruly menyempatkan diri untuk mencium pipi Manda, atas pertemuan mereka di rumah ibunya.

“Mama hanya mau bilang, Tolong bagi waktumu untuk Anisa. Bagaimanapun sekarang dia sedang hamil anakmu, Sebaiknya berikan kasih sayang untuk anakmu sejak dalam kandungan, Buat ikatan batin sejak dini, agar ia merasakan betapa ayahnya sangat menginginkan kehadirannya di dunia” Wina menyampaikan dengan nada lembut.

“Tidak perlu, ma. Anisa hanya pabrik anak, Untuk apa memberi waktu untuknya? Yang ada dia akan jatuh cinta sama suamiku dan aku tidak sudi di madu” tegas Manda dengan nada yang tak pantas yang di sampaikan pada ibu mertuanya.

Mendadak suasan di rumah orang tua Ruly memanas, setelah Manda menyusul suaminya ke rumah mertuanya. Ia juga sesungguhnya penasaran, bagaimana tampang dan rupa wanita yang sudah suaminya beli rahimnya tersebut.

“Hei…apa maksudmu mengatakan Anisa adalah pabrik anak? Dia itu manusia, yang ia kandung itu janin manusia, Enak saja kamu mengatakan dia seperti itu seolah dia mesin” Hardik Wina tak terima jika Anisa dikatakan sebagai pabrik anak.

“Pokoknya aku tidak suka kalau Ruly dekat-dekat dengannya…!” Pekik Manda tak peduli jika lawan bicaranya adalah mertua sendiri

“Ruly…!!Pokoknya mama tidak tau urusan, Mulai sekarang Anisa harus selalu kau jaga dan temani, Sayangi anakmu sejak dini, Ciptakan komunikasi yang baik dengannya, bawa dia ke rumahmu, Rawat calon ibu dari anakmu itu sebaik mungkin. dan kamu Manda….jika kamu tidak setuju Anisa di bawa ke rumah kalian, maka kamu lah yang harus pergi dari rumah itu”

“Mama. …beri kami waktu untuk bicara terlebih dahulu” Ruly menengahi pembicaraan kedua wanita yang sama-sama dia cintai itu.

“Untuk apa bicara lagi…? Dia hanya bisa mencuci otakmu, Bukankah dia yang melarangmu berkomunikasi dengan Anisa selama ini? Ruly yang akan Anisa lahirkan itu seorang anakmu darah dagingmu, Jangan sampai ia tak mengenal siapa ayahnya sendiri” Berang Wina tak sudah dengan Ruly yang selalu mengalah dengan istri yang sejak awal tidak disukai Wina itu.

Bagaimana kelanjutan keseruan cerita ini ?

Nantikan di bab selanjutnya….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel