Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6

“Saat aku berjanji memberimu 100 juta pun, Aku berikan 200 juta bukan? Masa aku berbohong jika aku benar telah menggendong bayi kelak” jawab Ruly dengan nada datar.

“Hmm,…ya Di sini, akulah sesungguhnya yang sudah merugikanmu. Menghilangkan uangmu, padahal pekerjaanku belum membuahkan hasil” Anisa sadar, Rulylah korban sebagai pelunas hutangnya. Sampai ia belum hamil, Dialah yang berhutang pada Ruly.

“Tolong…jangan memikirkan hal lain yang bisa membuatmu stress. Aku hanya ingin kamu cepat hamil anakku” Tubuh Ruly sudah hilang dibalik pintu kamar mandi dalam kamar yang dihuni oleh Anisa.

Memandang nanar pada langit kamar, sungguh hatinya berharap agar isa segera hamil, melahirkan. lalu bebas mencari Budi anak yang pernah ia lahirkan, empat tahun lalu.

Seiring waktu, Wina, ibunda Ruly semakin simpatik pada gadis bertubuh mungil itu, banyak cerita yang mereka tukarkan, Bahkan asal usul dan perjanjiannya dengan Ruly tidak Anisa tutupi. Anisa diperlakukan baik oleh ibunda Ruly. sebab hati kecilnya berkata, jika Anisa adalah wanita baik-baik. Dengan berbagai cara Wina menghibur Anisa agar fokus saja untuk hamil. dan nanti akan ikut membantu dalam urusan pencarian anaknya yang hilang.

Satu bulan pun berganti. Kabar tentang Budi yang Anisa nanti pun sudah terdengar, bahwa anak dan suaminya telah kabur dengan kapal laut, menuju pulau lain. kemudian berlanjut keluar negeri, yang sangat sulit untuk dilacak. Ruly merasa tidak perlu mengerahkan semua energinya untuk itu, Bukankah fokusnya hanya membuat Anisa hamil.

“Bisakah hari ini kamu ke rumah lebih cepat, ada yang ingin kusampaikan” isi pesan singkat Anisa pada Ruly, Anisa jarang hampir tidak pernah meminta Ruly menyambanginya, sebab Ruly sendiri yang tau kapan saat tepat untuk bercinta dengan Anisa.

Tapi tidak dengan hari ini, sebab ia merasakan sesuatu yang berbeda dari dirinya, dan ia tidak ingin Ruly datang hanya dimalam hari lalu pulang, setelah mereka bercinta seperti biasanya.

“Baiklah” balas Ruly singkat.

Membereskan semua pekerjaannya, lalu bergegas menuju rumah orang tuanya, walau saat itu masih pukul 9 pagi,

“Ada apa?’ Ruly masuk ke kamar Anisa, mendapati wanita itu terbalut dengah handuk ungu, dengan rambut yang sedikit basah karena baru habis mandi, syaraf otak Ruly berkata, ini adalah pemandangan yang membuatnya bergidik dan ingin memeluk tubuh itu dengan erat, Tapi sedapat mungkin ditahannya, karena dia masih ingat dengan istrinya dan Anisa hanya dia pinjam rahimnya saja.

“Aku sudah terlambat haid tujuh hari. Payudaraku agak kencang dari biasanya. Di pagi hari, aku merasakan sedikit mual, bisakah kita ke dokter untuk memastikan apakah aku sungguh telah hamil” jelas Anisa datar. Tidak ada ekspresi suka atau sedih di sana, baginya hamil dana tujuan kebersamaannya. Tapi, entahlah, Apakah ia bisa menyerahkan buah hatinya ini nanti pada Ruly, sedangkan dia kehilangan Budi, anaknya.

“Oh..baiklah, kita berangkat sekarang” tanpa pikir panjang Ruly segera bergegas menarik tangan Anisa menuju mobilnya, sembari mengambil gawainya untuk menghubungi dan mempersiapkan segala sesuatu untuknya.

Klinik permata bunda, itulah nama tempat yang kini Anisa dan Ruly tuju, Entah bagaimana prosesnya, sehingga Anisa dan Ruly tidak perlu mendapat antrian panjang seperti pasien lainnya, Anisa terbaring di bed pasien, untuk diperiksa keadaan kandungannya, sedang Ruly duduk melihat kegiatan dokter kandungan itu lakukan pada wanita yang dia harapkan akan memberinya keturunan.

“Selamat pak, Usia kehamilannya 5 minggul, keadaannya baik namun akan tetap saya resepkan vitamin untuk kesehatan ibu dan calon bayi” kata-kata itu sudah 5 tahun ini diharapkan Ruly untuk didengar dari istrinya sendiri, Namun sekarang dia terharu setelah mendengarnya,

Saking terharunya, Ruly pun bahkan berdiri ikut membantu Anisa berdiri dan duduk kembali disebelahnya sambil mengusap dan mengelus perut rata Anisa dengan rasa yang sulit untuk dia artikan sendiri.

“Terima kasih sudah tumbuh dirahim ibumu” usap Ruly lagi pada perut rata Anisa. Ruly tak bisa membendung rasa bahagia dan bangganya, Jika kini sungguh ia akan menjadi seorang ayah seperti impiannya selama ini,

Kabar kehamilan Anisa tak hanya membuat Ruly senang, Wina tentu lebih bahagia, karena akhirnya keturunan mereka pun bisa berlanjut, karena Ruly adalah anak tunggal, dan siapa lagi yang kelak akan mewarisi nama besar keluarga mereka jika Ruly tak mampu memberi mereka cucu.

Tak lama, dalam waktu sekejab, rekening Anisa segera membengkak, dilihatnya ada transferan uang masuk sebesar 300 juta sudah tertera dalam notifikasi ponselnya,

“Hah..adakah gunanya kini uang sebesar itu?” batin Anisa yang sedih karena tanpa kehadiran Budi anak kandungnya.

Anisa menelan ludahnya, karena terkenang lagi teriakan Budi dengan jelas jika ia saat itu bersama ayah brengseknya, “Untuk apa uang banyak jika tidak punya anak?” batin Anisa ,

Selama masa kehamilan Anisa selalu terjaga dengan baik, ia masih berada di rumah ibunda Ruly, Anisa pun diperlakukan bak ratu yang dipenuhi semua keinginannya yang bahkan sebelum Anisa meminta.

Nasib Anisa berubah drastis 180 derajat, Wina, ibunda Ruly sungguh tidak pernah membiarkannya lelah, bahkan di dalam kamarnya saja ada satu pelayan khusus yang ditugaskan untuk menemaninya, agar dapat memenuhi semua kebutuhannya.

Namun ada satu hal yang membuat Wina, ibunda Ruly bingung, “Mengapa sejak Anisa dinyatakan hamil, Ruly tidak pernah muncul untuk menyapa Anisa seperti biasanya” dan hal itu sudah berlangsung selama hampir 2 bulan terakhir, Ruly datang terakhir ketika akan mengajak Anisa memeriksa kandungannya.

**

Ruly sulit menyembunyikan rasa bahagianya, ketika mendapat kepastian jika rahim Anisa sungguh telah terisi oleh calon bayinya. Tak bisa ia pungkiri, jika selama ini kerja kerasnya bersama Anisa membuahkan hasil, Namun, dalam hatinya, sang istri sah tetap wanita yang dia cintai, wanita yang harus selalu ia puja dan dia jaga kebahagiaannya tetap sang istri tercinta.

Maka, sejak Anisa dinyatakan hamil, Ruly sungguh tak pernah lagi datang ke rumah ibunya, ia hanya sesekali menelepon Anisa untuk menanyakan tentang kesehatan wanita yang rahimnya dia pakai untuk melanjutkan keturunannya. Walau sejujurnya, Ruly pun terkadang dengan gaya bercintanya dengan Anisa, yang kadang terasa lebih dibandingkan dengan Manda, istri sah yang telah ia nikahi, wanita yang membuatnya tergila-gila sejak masa kuliah .

Ruly memang sangat tergila-gila alias bucin terhadap Manda, Bahkan penundaan memperoleh momongan pun, sebenarnya bagian dari permintaan Manda sejak awal pernikahan mereka.

Dengan alasan, Ruly yang saat itu masih merangkak menjalankan bisnis milik orangtuanya dan Manda merasa jika dalam usia 25 tahun, dia merasa belum siap menjadi seorang ibu.

Bagaimana kelanjutan cerita nya? Bagaimana reaksi Manda sang istri sah Ruly ketika mengetahui Anisa hamil?

Nantikan di bab selanjutnya….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel