Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

Sesampainya di rumah, Anisa nampak terkejut dengan adanya beberapa orang yang memindahkan barang miliknya.

“Siapa kalian…?” Tanya Anisa pada beberapa orang yang tampak sibuk memindahkan barangnya ke sebuah mobil pickup.

“Kami orang yang disuruh mengosongkan isi rumah ini, sebab besok pemilik yang baru akan mulai menetap di sini” jawab orang itu dengan sopan.

“Pemilik yang baru..? Ini rumahku…!! Anisa kembali emosi.

“Sudahlah, Masuk dan ambillah barang yang mungkin kamu anggap berharga dan masih ingin kamu simpan sebagai kenangan” titah Ruly datar.

Anisa tampak berpikir sebentar. Bagaimanapun, rumah itu ia tempati dalam kurun 6 tahun, Semua kenangan tentu ada didalamnya, Namun memang tak perlu ia ingat-ingat lagi, Sebab isinya hanya suaminya, Putra yang brengsek itu, Tapi bagaimana kebersamaannya dengan Budi..?

Anisa berlari kedalam, mengambil beberapa pakaian dan album foto kenangannya bersama anak kesayangannya itu, sementara foto pernikahannya dengan Putra seketika itu juga dibakarnya habis. Ia hanya menyisakan buku nikahnya dengan Putra, mungkin berguna di suatu hari, untuk mengurus perceraiannya kelak yang entah kapan.

“Aku tidak tahu harus kemana..? Bisakah kamu menolongku.Memberikan aku tumpangan agar aku bisa tetap bertahan hidup?” Tanya Anisa saat sudah berdua di dalam mobil bersama Ruly.

‘Selama kita berjuang mendapat dua garis hingga melahirkan, kamu tanggung jawabku” jawab Ruly singkat, kemudian melesakkan mobilnya.

Matahari sudah beranjak keperaduannya, mengantar bulan berganti peran sebagai penerang langit di malam hari, nampak dihadapan Anisa rumah megah bak istana, ia tidak ingat wilayah ataupun jalan yang dilewatinya, karena sepanjang jalan dia hanya tertidur, terlelap dengan duka nestapa yang masih ingin bercanda dengan nasib malangnya.

“Kita ada dimana?”

“Di rumah orangtuaku” jawab Ruly yang memang pelit bicara. Tanpa basa basi Ruly sudah mengajak Anisa masuk, terlihat pelayan menyambut kedatangan tuannya yang sudah ditunggu dari tadi.

“Ruly…” suara mama Ruly terdengar.

“Mama.. perkenalkan ini Anisa, Dia adalah wanita yang bersedia memberikan mama cucu, penerus nama besar keluarga Subagia” Ruly tak pandai menyimpan rahasia, juga tak pandai memberi penjelasan dengan bertele-tele.

“Apakah istrimu sungguh tak bisa memberikanmu anak?” Tanya sang ibu

“Tidak ma, Istriku sudah dinyatakan mandul” jawab Ruly singkat.

“Segera urus perceraian kalian. Tidak baik memiliki dua istri, Nak”

“Tidak akan Ma” elak Ruly cepat pada sang mama.

“Maksudmu…?”

“Hanya rahim Anisa yang kubeli untuk memberimu cucu, sedangkan mantu mama tetap istriku dan hanya dia ma” tegas Ruly.

“Bagaimana jika Anisa tidak hamil olehmu?” wanita yang dipanggil mama oleh Ruly itu meragu.

“Tinggal aku cari rahim lain lagi, yang bisa memberi aku keturunan” jawab Ruly.

Kemudian Ruly memanggil pelayannya untuk memberikan kamar kepada Anisa, lalu meninggalkan Anisa di rumah orang tuanya, sementara dia sendiri akan kembali ke rumahnya pribadi.

Wina, mama Ruly hanya menggeleng menerima jawaban dari sang anak, Namun sekilas ia perhatikan Anisa bukanlah tipe wanita nakal, bukan sekelas pelacur. mungkin ada sesuatu yang menimpanya, hingga ia dapat diajak kerja sama oleh anak semata wayangnya ini.

Ruly pun segera pamit pulang, tujuan Ruly ke rumah orang tuanya hanya menitipkan Anisa disana dan memperhatikan pasokan gizi juga di jaga batinnya agar tidak memikirkan keadaan anak yang diculik oleh ayahnya sendiri,

“Darimana saja…sudah semalam ini kamu baru pulang, Pagi tadi, kamu bahkan belum sempat sarapan bersamaku, sudah hilang dari rumah” Sapa Manda, istrinya, yang ingat subuh suaminya baru terbangun dari tidurnya, Sekilas Manda melihat nampak jelas wajah letih suaminya,

“Dari rumah mama” jawabnya singkat lalu masuk kekamar dan mengambil pakaian menuju kamar mandi.

“Sayaangg…” panggil Manda saat matanya melihat ada beberapa bercak merah didada suaminya, saat Ruly akan masuk ke kamar mandi dengan bertelanjang dada.

Manda tak berminat mengikuti suaminya ke kamar mandi, memilih duduk ditepi tempat tidur sambil menyiapkan pakaian yang akan dikenakan suaminya setelah mandi, Dia nampak berpikir mengenai dialog yang akan dia sampaikan agar suaminya mengakui jika kini dia sudah mengkhianati rumah tangga mereka.

‘Siapa yang membuat dadamu begitu…?” Tanya Manda benci melihat pemandangan tersebut. Hati istri mana yang tidak luka melihat tampilan nyata di saat sang suami tidak ada seharian di rumah.

“Anisa”

“Siapa Anisa..?”

“Wanita yang rahimnya kubeli agar kita bisa mendapat keturunan” Ruly membaringkan tubuhnya,

“Maksudmu..kamu telah menikahi wanita lain agar mau memberimu keturunan karena aku mandul?” MAnda gusar tak terima suaminya berbuat bahkan tanpa seijinnya.

“Aku tidak menikahinya, Aku hanya menggunakan rahimnya agar kita bisa punya keturunan, sayang” jelas Ruly yang sebenarnya tak ingin dipermasalahkan oleh istrinya.

“Sayang…? Untuk apa kamu sematkan panggilan itu bahkan kamu sudah berkhianat akan cinta kita?”

“Aku sayang kamu, aku cinta kamu, Kamu bahkan akan tetap menjadi istriku satu-satunya, percayalah”

“Ruly…anak itu di buat dengan hubungan, bukan dengan seperti mengadon kue yang hanya bisa dibuat sesuai resep. Bohong jika kamu tak ada rasa dengannya, sampai hamil nanti” Manda sungguh tak terima, hatinya mendidih cemburu.

“Istriku…bahkan orang gila dijalanan yang diperkosa pun bisa hamil Apakah kamu pikir mereka melakukannya dengan cinta.” Ruly memberikan penjelasan.

“Sebegini menyedihkan diriku terlahir sebagai wanita mandul..?” tangis Manda pecah, air matanya menetes hingga sampai Ruly pun terbangun.

“Aku menerima kemandulanmu,Untuk itu aku tak mau membebanimu dengan berondongan pertanyaan mama, kapan kamu dan kita punya anak. Aku hanya mencintaimu dan akan mencintaimu selamanya. Kami sudah sepakat, setelah ia melahirkan anak, nantinya akan menjadi milik kita, dan ia tidak berhak atas anak itu” urai Ruly mendekap Manda,

“Maaf tidak melibatkanmu dalam keputusan ini, Semua terjadi begitu cepat dan tolong percaya saja samaku, Aku tidak akan berpaling darimu, kamu cinta pertama dan terakhirku, sayang” Ruly meyakinkan istrinya.

“Aku hanya perlu bukti…bukan janji” lirih Manda sedih.

“Kami bahkan sudah sepakat akan melakukannya sampai dia hamil hingga dia melahirkan” Ruly menegaskan kepada Manda.

“Entahlah..apa aku bisa memegang ucapanmu” gumam Manda pasrah.

**

Hari berganti hari, dalam sepekan kadang Ruly datang tiga kali ke rumah ibunya, sekedar melepas rindu pada Anisa, Anisa pun tidak bisa menolak karena itu memang tugasnya untuk mengandung anak dari Ruly yang sesuai dengan kesepakatan awal.

“Apa..orang-orangmu masih belum menemukan anakku..?” Tanya Anisa memberanikan diri bertanya kepada Ruly.

“Terakhir mereka menemukan jejaknya dipelabuhan. Hanya mereka belum menerima informasi yang akurat” jawab Ruly jujur

“Setelah aku melahirkan…apakah aku sungguh mendapatkan sisa uang yang kamu janjikan?” Tanya Anisa khawatir Ruly akan lupa atau ingkar.

“Saat aku berjanji memberimu 100 juta pun, Aku berikan 200 juta bukan? Masa aku berbohong jika aku benar telah menggendong bayi kelak” jawab Ruly dengan nada datar.

Bagaimana kelanjutan cerita nya?

Nantikan di bab selanjutnya….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel