Bab 4 Ingin bunuh diri
"Apakah kau bernama Kelvin?" tanya salah satu bodyguard Mahesa
"Iya benar saya Kelvin, ada apa tuan."
"Tunggu, bos saya mau bertemu dengan anda."
"Baik tuan."
Tak lama, seorang kakek terkenal baik dan dermawan turun dari mobil mewahnya dan dibukakan pintu oleh bodyguard. Kakek itu adalah Mahesa pengusaha terkenal dan terkaya di negara ini. Mahesa berjalan tersenyum ke arah Kelvin.
"Selamat pagi nak Kelvin," sapa Mahesa
"Pagi tuan, senang bertemu anda."
"Apakah kau tahu siapa saya?"
"Saya tidak tahu tuan, karena saya hanya orang miskin tak memilik apa-apa."
"Maafkan saya. Saya tak berniat menyakiti hati mu nak. Kenalkan saya Mahesa, saya ingin berterimakasih sudah menolongku."
"Apakah tuan yang kecelakaan tempo lalu itu?"
"Iya benar, anak muda. Terimakasih kau menolongku. Jika mau, kau bisa datang berkunjung ke rumah, ini kartu nama ku," ujar Mahesa memberikan kartu namanya.
Kelvin menerimanya, "Terimakasih tuan."
"Sama-sama, saya permisi dulu."
Mahesa masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu sedangkan Kelvin masih bingung siapa Mahesa. Tak lama, salah satu temannya menepuk bahu membuyarkan lamunannya.
"Hai, Kel. Ngelamun aja. Kau tahu orang tadi itu, ini," tunjuk sebuah foto dan Kelvin melihatnya
Di hati Kelvin suatu kebanggaan buatnya bisa kenal dan tahu Mahesa, ia akan mencoba keberuntungan lewat Mahesa suatu saat jika ia butuh.
Kelvin kemudian kembali bekerja hingga sore menjelang, seperti biasa penjualan cepat ludes.
Tak terasa Kelvin sudah bekerja di warung bakso itu sekitar dua bulan, dan disitu ia sudah mengumpulkan lumayan uang untuk istri dari hasil kerja serabutan yang lain, niatnya ingin memiliki rumah kecil bersama istri agar tak menumpang dirumah mertua.
Pria tampan itu nampak sumringah setelah mendapat apa yang ia inginkan dan ia akan secepatnya sampai di rumah untuk memberi kejutan untuk istrinya.
Di sisi lain, Meta sudah menyeret Ana untuk segera masuk ke dalam mobil agar pergi dari rumah bersama Fiki.
"Ayo Ana," Meta mengajak Ana bergegas namun Ana tak sanggup pergi dari rumah meninggalkan suami
Akhirnya setelah dibujuk Fiki dan Meta, ia menuruti dengan sedikit ancaman dari Meta.
"Kau tak ingat apa yang bisa aku lakukan pada suami miskinmu itu."
Seketika Ana masuk ke dalam mobil lalu mereka pergi meninggalkan kampung itu dan selang beberapa menit Kelvin datang dan mengetuk pintu
Tok
Tok
"Assalamualaikum, Ana, Ibu. Kelvin pulang."
"Assalamualaikum."
Saat ia mencoba memegang handle pintu ternyata tak dikunci, Kelvin buru-buru masuk takut ada maling. ternyata barang di sana tak bersisa. Ia berlari menuju kamar melihat lemari ia terkejut pakaian Ana sudah tidak ada. Ia terkulai lemas dan mulai ingat dengan kata-kata mertuanya tempo dulu. Ia berfikir hanya gertakan ternyata kenyataan yang sekarang Kelvin alami.
"Ana, kenapa kau meninggalkan aku," ucapnya sambil menahan tangis
Sekilas pria tampan yang masih berpakaian seragam kedai bakso pak Ndut, itu melihat ada catatan kecil diatas meja, dan ia mengambilnya.
"Maafkan aku mas, pergi. Aku dipaksa ikut Ibu pergi darimu, aku tak bisa melawan karena Ibu mengancam membunuhmu, aku harus mengikuti kemauan Ibu, aku harap kamu bisa memaafkan aku. Semoga kau bahagia nanti nya ya, mas. Maafkan aku, Ana."
Begitulah isi catatan itu, sungguh hati Kelvin teriris dan merasakan sakit hati teramat dalam ia tak dianggap karena hanya miskin.
Kelvin bingung apa yang harus ia lakukan hingga ia berfikir tak ada gunanya lagi dia hidup karena hidupnya sebagai seorang pria miskin. Kelvin terlanjur mencintai Ana sebagai istri dadakan namun hatinya disakiti seperti ini rasanya tak terima.
Kelvin keluar rumah dan pergi dengan pikiran kosong entah kemana tujuannya, sampai di sebuah jembatan gantung ia berhenti sambil memegang catatan kecil dan sebuah kunci rumah.
"Kenapa kau pergi , Ana?" jerit Kelvin kencang
Nampak dari kejauhan Mahesa melihat Kelvin sedang kacau para bodyguard ia kerahkan di sekitar tempat Kelvin.
"Kalian kesitu, jika dia nekad bergeraklah," ujar Mahesa pada bodyguardnya
"Baik bos."
Kelvin nampak sudah tak tahu lagi dengan hidupnya, ia melepas sepatu dan bersiap melompat dari jembatan namun sebuah tangan kekar menarik tangan Kelvin.
"Siapa kalian, kenapa menolongku?"
"Bunuh diri hanya perbuatan orang bodoh dan itu salah satunya kamu."
"Aku. Kau menghinaku, lalu buat apa aku hidup jika hanya di hina."
"Kalau kau tak mau dihina buktikan pada orang itu bahwa kamu bisa lebih baik dari mereka dan membuat mereka tak bisa berkata-kata untuk mengatai mu."
"Hei, kau ini siapa? datang sudah mengataiku."
"Dia bodyguardku, Kelvin," ucap Mahesa dari belakang bodyguard itu
"Tuan Mahesa," ucapnya lirih sambil menunduk
"Panggil kakek, Kelvin. Kau ikutlah denganku, aku akan mengajarimu caranya membalas dendam sesungguhnya."
"Sungguh kakek."
"Iya, ayo masuklah ke dalam mobil."
Kelvin akhirnya masuk ke dalam mobil lalu mereka mobil melaju ke tempat mansion Mahesa.
Sampai di kediaman Mahesa, Kelvin takjub dengan keindahan rumah Mahesa yang tergolong mewah.
"Kakek Mahesa hebat. Aku juga ingin sepertinya," batin Kelvin
Sekilas Mahesa melihat raut wajah Kelvin nampak heran dan bahagia. Ia seketika menyeletuk
"Kau akan mendapatkan semuanya Kelvin."
Kelvin menoleh kearah Mahesa seakan tahu isi hatinya, ia semakin heran pada kakek punya indra keenam kah hingga tahu isi hatinya.
Mobil pun berhenti tepat di depan rumah megah itu, Mahesa dan Kelvin turun dari mobil dan mereka berjalan beriringan menuju ruang tamu.
Saat di ruang tamu para maid menyambut dan membawakan minum seolah tahu jika majikannya datang.
"Ayo Kelvin, kita makan dulu. Aku tahu kau belum makan setelah itu aku akan mengajak mu ke ruang kerjaku."
"Baik Kakek."
Kini keduanya masuk ruang makan dan mulai makan, ini kali pertamanya Mehesa didampingi seorang cucu setelah sekian lama keluarganya dulu kecelakaan dan meninggal. Ia baru merasakan hangatnya makan bersama dengan Kelvin meski bukan kandung.
Beberapa menit kemudian, Mahesa mengajak Kelvin ke ruang kerjanya. Ruangan yang cuku luas kira-kira ukurannya tiga kali lipat dari kamar Ana.
"Duduklah, Kel."
"Makasih Kakek."
"Oh ya kalau boleh tahu siapa Ana, dan kenapa kau mau bunuh diri."
"Maaf Kakek, Ana itu istriku."
"Dan kenapa aku ingin bunuh diri."
"Semua karena istriku pergi dari ku."
"Hanya itu saja kau jadi lemah, Kelvin."
"Tidak itu saja, kakek. Tapi karena mertua saya menghina setiap hari seakan saya tak berarti apapun apalagi miskin."
Mahesa menggeleng pelan, ia tahu bagaimana perasaan Kelvin saat ini. Ia akan menyemangatinya agar Kelvin bangkit lagi.
"Kel, maukah kau jadi cucu angkatku."
"Apa Kakek. Kelvin tak salah dengar."
"Tidak Kel, kakek udah tahu dan nggak punya siapa-siapa lagi, haya kamu yang bisa kakek rahu kau orang bak. Kakek percayakan semua pada kamu, kau mau kan?"
"Kakek tak takut jika aku menipu."
"Hei bocah, hahahahaha. Kakek sudah hafal mana yang tulus mana yang pura-pura. Sudahlah sekarang kau terima tawaranku ya."
"Baiklah Kakek. Kelvin mau."
"Dengar bocah tampan, esok kau ikut aku."
"Kemana kakek."
Mahesa hanya menyunggingkan senyuman tanpa menjawab pertanyaan Kelvin
