Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 22 Pamit

ayya,rafi,ahfaz dan umi kirana berada didepan makam abi Ziyad,mereka akan berpamitan dan meminta restu pada abinya sebelum mereka terbang ke Mesir untuk menuntut ilmu.

"bi..putra dan putri kita menemuimu untuk berpamitan dan meminta do'a restu." umi kirana menyapa mendiang suaminya dengan seulas senyum yang menenangkan hati putra putri nya.

"bi,ayya dan kak rafi pamit,kami mohon do'a restu, kami akan belajar untuk mewujudkan keinginan abi dan umi." ayya menyandarkan kepalanya pada nisan abinya, umi kirana membelai kepala putrinya dengan penuh kasih sayang.

"abi dan umi merestui kalian nak,belajarlah dengan sungguh-sungguh, beban berat menanti kalian didepan,kalian harus menjadi pribadi yang tangguh dan rendah hati.

" ahfaz juga mohon do'a restu bi,,titip umi ya bi,selama kami pergi,jangan biarkan umi merasa kesepian, kami akan pergi belajar sesuai keinginan abi ." ahfaz juga bersandar pada nisan abinya disisi yang lain,kedua putra dan putri nya itu sangat menyayangi kedua orangtua mereka.

"kamu juga belajar yang sungguh-sungguh ahfaz,kelak pesantren ini akan menjadi tanggung jawabmu, kamu harus menimba ilmu sebanyak-banyaknya.umi kirana merengkuh bahu putranya,mereka semua kemudian membacakan do'a untik Ziyad sebelum akhirnya berangkat ke bandara.

ayya,rafi dan ahfaz sudah siap menuju bandara,mereka pergi menggunakan mobil abinya ,kang ndalem yang biasa mengantarkan umi kirana yang akan mengemudi dan mengantarkan mereka bertiga ke bandara,setelah semua barang -barang mereka masuk kedalam bagasi mereka berpamitan pada uminya dan azka putri dari ustadz ilham dan umi naila sahabat umi dan almarhum abinya,ayya dan ahfaz merasa agak tenang karena uminya tidak tinggal sendiri ada azka menemaninya.

"umi...kami berangkat dulu ya,jaga kesehatan umi,,,do'akan kami agar bisa melewati hari-hari kami dengan mudah dan segera kembali dengan membawa ilmu yang akan bermanfaat untuk kehidupan kami dimasa depan." ayya mencium tangan uminya dan memeluknya,bergantian dengan ahfaz dan rafi, setelah itu ketiganya segera meninggalkan pesantren yang telah mebesarkan mereka juga meninggalkan berjuta kenangan manis saat mereka masih kanak-kanak.

mobl itu perlahan menjauh ,lambaian tangan uminya membuat mereka menitikkan air mata,tetapi mereka harus bersemangat, agar umi dan abinya bahagia saat mereka kembali nanti.

"ayya,ahfaz,sudah...kalian tidak usah menangis,,lagi pula kalian bukan pertama kalinya kan keluar dari rumah,semuanya akan berjalan dengan sangat cepat,waktu tiga tahun bukanlah waktu yang lama,oke."rafi menghibur saudara kembar itu,dia adalah lelaki yang sudah dewasa,jadi perasaannya lebih kuat.

"iya kak rafi, kamu benar,saat kita mulai sibuk dan beraktivitas nanti waktu tidak akan terasa lama." ahfaz menyeka airmatanya dan tersenyum.

"iya ahfaz,kita harus semangat demi umi dan abi…" ayya juga tersenyum sekarang,rafi geli melihat kedua saudara itu,sebentar menangis,sebentar tersenyum...rafi tertawa sendiri sambal menggelengkan kepalanya.

"kak rafi kenapa tertawa sendiri? tanya ayya heran melihat suaminya tertawa dan menggelengkan kepalanya,ahfaz yang duduk di depan sampai menengok kebelakang melihat kakak dan kakak iparnya.

"kalian berdua itu sangat lucu, sebentar menangis,sebentar tertawa...makanya kakak geli."rafi kini tertawa lepas,kang ndalem yang mengemudi pun ikut tertawa, mereka berempat tertawa Bersama.

"kang,bantu kami menjaga umi ya," ahfaz menepuk pelan bahu kang ndalem yang sedang menyetir,kang ndalem hanya bisa menganggukkan kepalanya, tak terasa mereka sudah memasuki bandara, kang ndalem membantu menurunkan barang- barang mereka,kemudian mengantar rafi,ayya dan ahfaz  sampai diruang tunggu dan pulang.

"kang,,kami diantar sampai sini saja,lagi pula pengantar hanya boleh masuk sampai disini,jadi kasihan nanti malah disini sendiri," rafi menyuruh kang ndalem untuk segera pulang,kemudian mereka bertiga melakukan pengecekan boarding pass dan menunggu beberapa saat sebelum akhirnya terbang.

rafi,ayya dan ahfaz duduk satu baris,jadi mereka tenang karena tidak terpisah...ahfaz duduk paling ujung dekat jendela,ayya ditengah dan rafi disebelah ayya,ketiganya mengobrol sebelum pada akhirnya ayya dan ahfaz tertidur, rafi menyandarkan kepala ayya dibahunya,kemudian dia mengenakan earphone yang tersedia,dia memutar sholawat untuk menemaninya dan mengusir rasa jenuhnya,tetapi dia juda sangat mengantuk dan tertidur cukup pulas.setelah terbang beberapa jam pesawat mereka transit sekali sebelum melanjutkan terbang ke mesir,benar-benar perjalanan yang Panjang dan sangat melelahkan.

"ayya...ahfaz,, bangun...kita akan segera mendarat,"rafi membangunkan kedua saudara itu,ayya mengucek matanya dan menguap,wajahnya terlihat sangat imut,rafi menjadi gemas,dia tersenyum memandang ayya,ahfaz memperhatikan kakak dan kakak iparnya hatinya menjadi hangat.

"ayo...kita turun,sopir kakek sudah menunggu kita,"rafi menggandeng tangan ayya,sementara ahfaz mengikuti dibelakang mereka, ketiganya keluar dari terminal kedatangan luar negeri, kepala rafi celingukan mencari orang yang membawa papan nama nya, setelah berjalan cukup lama,rafi melihat seorang yang mengangkat papan nama mereka bertiga,dia tersenyum dan menghampirinya.

"assalamualaikum paman husain, apa kabar,,," rafi menyapa sopir habib mustofa,rafi pernah dua kali bertemu.

"wa'alaikum salam…,nak rafi,alhamdulillah kalian sampai disini dengan selamat." pak husain bahagia melihat rafi,terutama melihat ayya dan ahfaz yang kini sudah tumbuh menjadi remaja.

" paman husain...akhirnya kita bias bertemu lagi.." ayya dan ahfaz berlari menghambur kepelukan pak husain,ahfaz sampai lebih dulu,dia memeluk sopir kakeknya yang sudah dia anggap seperti orang tuanya sendiri,sementara ayya tidak akan pernah sampai dipelukan pak husain karena rafi menahan tangan ayya dengan sangat kuat, tatapan tajamnya menciutkan nyali ayya,pak husain dan ahfaz yang melihatnya tertawa terbahak-bahak,mereka tahu kalau rafi sangat protektif terhadap ayya. ayya hanya bisa tertunduk malu dan rafi tersenyum.

" ayya,,mulai sekarang kamu tidak boleh sembarang memeluk laki-laki lain, lihat suamimu cemburu.." pak husain menggoda ayya dan rafi.

"iya pak,ayya lupa kalau sudah punya suami, apalagi suami ayya protek banget ya paman,hehe,padahal paman husain itu sudah ayya anggap seperti abi ayya sendiri." ayya tersenyum melirik rafi,mereka pun mengobrol sambal berjalan keluar bandara menuju mobil dan segera meluncur kerumah habib mustofa dan umi farida.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel