Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 16 Rafi dan Ayya

ayya sedang bersama teman- temanya, ada luluk, dan nia yang adalah sahabat dekatnya, usia luluk dan nia lebih tua dua tahun dari ayya karena ayya melompati kelas dua tahun lebih cepat.

" ning ayya...besok sebelum ujian akan diadakan acara do'a bersama seluruh yayasan, jadi antara banin dan banat semua akan melakukan do'a bersama." luluk memberi tahu ayya karena ayya belum masuk sekolah beberapa waktu karena harus nderekke kyai anwar menghadiri undangan di demak.

" iya ning...denger- denger yang membawakan sholawat gus rafi...kakakmu yang tampan itu.." mata nia berbinar saat menyebut nama rafi, ayya merasa agak sebal pada sahabatnya itu tetapi mereka semua tidak bisa disalahkan karena siapapun perempuan yang melihat rafi akan langsung jatuh cinta.

" oh ya...kok kak rafi tidak bilang ya..." ayya kemudian merapihkan buku- bukunya dan bersiap pulang.

ayya,luluk dan nia kemudian keluar dari kelas bersama, tetapi mereka berpisah di pintu gerbang karena luluk dan nia mau ambil laundry an dulu.

" ning ayya...hati- hati ya...' luluk dan nia melambaikan tangannya pada ayya, gadis berseragam putih biru itu pun berjalan menuju pondok.

" iya luluk, nia...kan deket juga, itu kelihatan dari sini..." ayya menunjuk kearah ndalem tempatnya dan rafi tinggal, kemudian dia membalas lambaian tangan kedua sahabatnya itu.

" ning ayya tunggu..." saat ayya hampir tiba di gerbang pondok ada yang memanggilnya, ternyata salah satu kang pengurus di pondok putra yang sering ke ndalem, jadi dia sering mencuri pandang kepada ayya.

" ada perlu apa kang hanif..." ayya menundukkan pandangannya.

" mau pulang ning?" tanya hanif pada ayya yang masih menunduk sambil meremas ujung kemeja putihnya.

" iya kang hanif...maaf...saya duluan ya..." ayya segera pergi menjauh dari hanif, sedangkan hanif tersenyum bisa melihat ayya meski hanya sebentar.sesampainya di rumah kyai anwar ,rafi sudah menunggunya dihalaman rumah itu.

" ayya...ada apa tadi hanif menemuimu?" tanya rafi ketus, dia tidak suka melihat ayya didekati oleh lelaki lain.

" tidak ada apa- apa kak...hanya menyapa." ayya tersenyum mendengar nada suara rafi yang sedang cemburu.

" ya sudah, ganti baju dulu sana,,,setelah itu, ikut kakak keluar, kakak disuruh kyai anwar untuk mengambilkan kitab di toko buku di kota. kyai anwar juga ingin kakak mengajakmu untuk mengambilkan pesanan jilbab untuk santri baru karena bulan depan sudah mulai membuka pendaftaran calon santri baru." rafi kemudian meninggalkan ayya menuju garasi, sedangkan ayya bergegas ganti baju dan kembali menghampiri rafi.

" ayo kak...ayya sudah siap." aya langsung naik ke kursi penumpang, sedangkan hati rafi masih dilanda cemburu, tanpa mereka sadari, dua orang sedang mengawasi ayya dan rafi, kyai anwar dan gus haidar melihat adegan antara rafi dan ayya ,mereka tersenyum geli.

" haidar...indah sekali interaksi mereka, abah bahkan tidak tahu kalau ternyata mereka sepasang suami istri, rafi benar- benar menjaga istri kecilnya, meski terkadang ada sedikit kecemburuan diantara keduanya." kyai anwar tersenyum menepuk bahu putranya.

" njih abah...haidar sudah kalah dari awal...tidak ada kesempatan sedikit pun untuk mendekatinya." gus haidar merasa sedih,tetapi dia menerima dengan lapang dada dan mulai menganggap ayya sebagai adiknya.sementara itu rafi dan ayya sudah selesai dengan tugas mereka dan bergegss kembali.

" ayya...apakah kau lapar...?" rafi lupa kalau ayya belum makan,karena sepulang sekolah langsung diajak oleh rafi tadi.

" lapar kak...tapi ayya ingin makan dipondok saja." ayya tidak ingin terlalu lama di luar pondok.

" tapi kakak lapar, ayo kita makan sebentar baru kita pulang." rafi menggengam tangan ayya dan menariknya kesebuah warung mie ayam yang berada tidak jauh dari tempat mobil mereka diparkirkan.

" ayya...kakak tidak suka kalau kau terlalu dekat dengan laki- laki lain, jadi kakak harap kamu mengerti." rafi masih teringat saat ayya dan hanif mengobrol tadi.

" iya kak...ayya ngerti kok...maafkan ayya tadi ya kak." ayya menatap rafi dengan menampakkan wajah memelas, rafipun tidak tega melihat ayya seperti itu,dia kemudian tersenyum dan mencubit pipi ayya gemas.

" iya kesayangan kakak...mana mungkin kakak tidak memaafkanmu...adik kecil kakak yang sangat cantik ini hmmm...." rafi mengelus pucuk kepala ayya. keduanya kemudian bergegas pulang setelah selesai makan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel