Bab. 7 Lily dilamar Richard menjadi istri kedua.
"Aahh," Lily kembali menjerit.
"Shitt, sempit sekali," batin Richard dalam hati, tubuhnya bergetar hebat saat miliknya dicengkeram kuat oleh milik Lily. Richard menggoyangkan pelan-pelan dan lama kelamaan hentakannya menjadi semakin kencang.
"Ohh, sayang kamu sempit sekali," Richard berguman sambil terus menghentak-hentakkan pinggulnya dengan sangat kencang membuat Lily seakan terbang diudara, tubuhnya yang kecil itu seakan mau terhempas hanya karena tamparan milik Richard didalam miliknya yang begitu buas. Richard meraung mengeluarkan segala kata sayang dan manis dari bibir seksinya membuat Lily ingin muntah. Dia mencoba menahan mulutnya untuk tidak mendesah.
"Sayang keluarkan suaramu, karena aku sudah mau mengeluarkan benihku di rahimmu sayang," pinta Richard dengan wajah yang sudah dipenuhi kabut gairah. Richard ingin sekali mendengar suara indah milik Lily, suara yang bisa membuat dirinya langsung bernafsu hanya karena mendengar suara wanita itu.
Lily mengerutkan keningnya, tapi karena dirinya tidak mau terlalu lama dihujami laki-laki yang dibencinya itu, Lily terpaksa mengeluarkan suara manjanya.
"Aku, aahhh, aku tidak kuat tuaann, aahhh," jerit Lily sambil mendesah bahkan menggigit bibir bawahnya membuat Richard semakin mempercepat goyangannya. Suara manja yang dikeluarkan bibir yang merekah itu mampu membuat Richard seperti disengat listrik. Nafsunya meningkat berkali-kali lipat hingga dirinya tidak kuat dan melepaskan jutaan benihnya.
Richard dan Lily mengeluarkan desahannya bersama. "Aahhh". Cairan hangat mengalir mulus ke dalam rahim Lily. Lily dan Richard merasakannya bersama karena miliknya masih terbenam dalam milik Lily. Richard berharap itu jadi supaya dia bisa mengikat wanita yang masih di bawahnya ini. Dia juga akan tetap mengikat Lily walaupun Lily belum mengandung. Richard merasa jati dirinya sebagai laki-laki normal telah kembali berkat kehadiran Lily. Walaupun tidak cantik, tapi wanita ini berhasil membuatnya panas dingin hampir dua minggu ini.
Richard mencium kening Lily lama.
"Terimakasih, terimakasih sayang, tenang saja, aku akan bertanggung jawab." Ucap Richard serak menatap wajah wanita yang masih dibawahnya.
Lily terkejut dan menunjukkan senyum manisnya. Senyuman yang mampu membuat Richard tertegun tanpa dia tau senyuman itu adalah senyuman seorang wanita yang telah berubah menjadi sosok Dewi Neraka. Tujuan Lily sedikit tercapai.
Richard melumat bibir Lily kembali, karena tidak tahan melihat senyuman wanita itu. Senyuman yang mampu membuatnya terbuai. Richard menenggelamkan wajahnya di leher Lily yang penuh dengan peluh itu, menghirup kembali aroma yang menjadi candunya.
Karena tidak tahan lagi Richard kembali melakukan aksinya. Richard menerkam Lily memuaskan hasratnya yang tersimpan selama ini, membuat Lily menjerit sepanjang malam. Sampai dini hari Richard baru berhenti karena dia kasihan melihat Lily yang kelelahan.
"Tidurlah," bisik Richard.
Lily langsung tertidur pulas.
Richard tersenyum melihat wajah Lily yang sangat kelelahan.
"Terimakasih." Ucap Richard kembali mencium Lily dengan kasih sayangnya.
Richard menaikan selimut untuk menutupi tubuh polos wanitanya.
Richard mengerutkan keningnya saat dia melihat ada bekas operasi di perut Lily. Richard juga melihat kebawah tidak ada di sana bercak merah yang menandakan wanitanya masih suci. Padahal Richard sudah berharap wanitanya ini masih suci mengingat jeritan Lily yang sangat kuat sampai mencengkram punggungnya, bahkan miliknya pun sangat kesusahan menerobos milik Lily, hal yang mengingatkan dirinya kedalam kejadian lima tahun lalu. Richard juga merasakan milik Lily masih sangat sempit seperti baru pertama kali melakukan hubungan suami istri. Tetapi melihat bekas operasi yang di berada di bawah pusar wanita itu semakin membuat Richard yakin bahwa Lily sudah tidak suci lagi dan bahkan pernah melahirkan.
"Apa kau pernah menikah?" Tanya Richard kepada Lily yang sudah di Alam mimpi.
Richard sedikit kecewa, ternyata dia bukan laki-laki yang pertama bagi Lily. Sama seperti Lily yang bukan wanita pertama yang sudah di sentuhnya.
"Mudah-mudahan kau sudah selesai dengan pernikahan mu itu." Ucap Richard sedikit sendu, takut Lily masih berstatus istri orang.
Richard memeluk Lily dengan erat, dia tidak ingin kehilangan Lily. Wanita yang selalu membuatnya kadang marah, kecewa, sedih, senang. Hampir dua minggu ini emosi Richard tidak stabil, bukan karena dirinya merindukan istrinya Charlotte tapi karena Lily terkadang menolak untuk melayaninya dan wanita itu terang-terangan tidak menyukai dirinya yang ingin dekat-dekat dekan Lily, tubuh wanita itu sudah menjadi candu baginya sehingga Richard ingin selalu dekat dengan Lily. Padahal wanita itu begitu lembut kepada putranya, penuh kasih sayang dan perhatian. Tapi kepada dirinya, wanita itu berubah seperti harimau, dingin, judes dan jarang tersenyum. Membuat Richard harus menahan emosinya untuk tidak membuat wanita itu takut bahwa dirinya bukanlah sosok penyabar, dirinya laki-laki kejam dan tidak bisa dilawan.
Matahari sudah muncul, Richard masih membuka ke dua mata tajamnya satu malam ini. Richard memikirkan Lily. Seandainya wanita itu masih memiliki suami di luar sana, Richard ingin menculik Lily. Richard ingin egois kali ini, dia akan menikahi Lily dan bila perlu Richard akan mengurung Lily di Mansion mewahnya ini, supaya Lily tidak bisa keluar. Richard tidak takut jika istrinya Charlotte marah, yang dia takutkan Richard jika Lily keluar mansion dan bertemu dengan suaminya dan menyuruh Lily berhenti bekerja. Richard tidak akan membiarkan hal itu. Dan dia berpikir lebih baik mengurung Lily di mansion. Dia akan membuat Lily melupakan suaminya. Dan mulai sekarang Lily hanya miliknya. Richard tidak perduli dengan suami Lily yang ada diluar sana dan jika perlu Richard akan menyuruh anggotanya menjauhkan suami Lily sejauh mungkin. Richard kembali ke mode egoisnya. Lily terbangun karena merasakan sesuatu pada bukit kembarnya yang terasa basah. Lily membuka matanya. Dan betapa terkejutnya Lily saat melihat Richard kembali menerkamnya.
"Sialan," batin Lily menahan geramnya. Richard tidak berhenti melakukan penyatuan mereka.
"Tu..tuan," ucap Lily terbata tapi siapa yang tau hatinya saat ini sungguh memanas. Lily emosi melihat Richard, mentang-mentang laki-laki ini di kasih kesempatan dia malah berbuat seenaknya.
Richard mengecup bibir yang masih bengkak itu.
"Mulai sekarang jangan memanggilku Tuan.
"Panggil aku honey." Pinta Richard setelah melahap habis bibir merah Lily.
"Ciihhh..siapa yang mau memanggilmu honey," batin Lily yang ingin muntah.
"Aku tidak mau." Tolak Lily langsung dia jijik mendengar satu kalimat itu.
"Aku harus mengikuti istrimu memanggilmu honey. Cihh..aku tidak sudi. Lily hanya bisa berteriak dalam hati sambil menunjukkan senyum palsunya.
Richard terkejut mendengar penolakan Lily saat dirinya meminta di panggil honey olehnya.
Richard mencoba bersabar, dia tidak ingin buru-buru memaksa Lily .
"Baiklah, panggil aku senyaman mu." Ucap Richard sambil menggertakkan giginya melihat wajah Lily yang kembali datar.
Lily bangun dari tempat tidurnya.
"Kau mau kemana?," Richard menggenggam tangan mungil Lily. Saat wanita itu ingin pergi.
