Bab. 6. Lily kembali disentuh
Selesai Lily memberikan makan putranya Mike Lily pamit kepada Tuannya yang menunjukkan wajah datar andalannya.
"Tuan kami pergi dulu, permisi."
Lily menunduk sambil menarik tangan Mike.
"Apa Tuan Mike tidak permisi dengan Dady?" Ucap Lily dengan lembut.
Richard membeku saat Lily mengucap kata" "Dady" perasaan hangat hinggap di hatinya. Walaupun selama ini dia selalu mendengar panggilan "Dady " entah kenapa setelah wanita ini mengucapkan panggilan yang tersemat untuknya perasaanya berdesir.
Richard melirik Lily yang membujuk Mike.
Sebenarnya Lily tidak mau melakukan hal seperti ini, tapi Lily juga ingin mengajarkan sikap sopan santun kepada putranya sekalipun itu orang yang sangat di bencinya.
"Mike pergi dulu Dady."
Mike mengecup pipih kokoh Richard.
"Hati-hati son. "
Richard mengusap kepala Mike dengan gemas. Tumben sekali putranya ini mau menurut. Eric terbelalak melihat tuan muda kecilnya yang begitu patuh kepada pelayan barunya. Baru kali ini Eric melihat Mike menuruti perkataan seseorang dan seseorang itu babysitternya. Eric tidak menyangka sifat dingin tuan mudahnya itu begitu mudah dilelehkan gadis berkulit gelap itu.
Lily dan Mike pergi dari ruang makan itu. Richard berbalik dan memerhatikan ke dua punggung berbeda generasi itu.
Eric mengerutkan keningnya, merasa aneh melihat tingkah Tuannya. Terutama sejak Tuannya meminta Lily menungguinya siap mandi dan berganti pakaian. Di tambah lagi tatapan Tuannya yang sedikit ada kelembutan di ke dua sorot mata tajam itu. Tatapan yang belum pernah ditunjukkan kepada wanita lain termasuk nyonya Charlotte istri tuannya.
Eric tau selama ini Tuannya sangat menginginkan perhatian tulus dari istrinya. Tuannya juga ingin di perlakukan seperti layaknya suami pada umumnya. Tapi apa boleh buat, Nyonya Charlotte sibuk dengan dunianya sendiri. Wanita itu lebih memikirkan kebahagiaanya dari pada menjalankan tanggung jawabnya sebagai istri dan seorang ibu untuk putranya. Setiap bepergian, pengeluaran sang Nyonya besar itu juga selalu meledak meletup membuat Eric geleng-geleng kepala. Mungkin Tuannya tidak terlalu memikirkan hal itu walau bagaimanapun kekayaan Tuannya tidak terhitung jumlahnya. Tapi Eric merasa kasihan dengan Tuannya yang mendambakan perhatian dari Nyonya Charlotte tapi wanita itu acuh tak acuh.
Tidak terasa, sudah hampir dua minggu Lily bekerja sebagai babysitternya sekaligus pelayan di kediaman Richard Xavier. Dan sudah dua belas hari ini Lily menyiapkan sendiri kebutuhan Richard. Lily yang awalnya mengira hanya menyiapkan mandi dan pakaian kerjanya pada pagi hari. Dia tidak menyangka bahwa dia juga harus menunggu majikanya itu pulang dan mempersiapkan air mandinya serta pakaiannya pada malam hari. Sama seperti yang di lakukan Lily pada pagi hari.
"Sudah seperti istrinya saja aku ini?" Geram Lily dalam hati.
Bahkan tengah malam pun majikanya itu membangunkan dirinya hanya untuk membuatkan kopi atau memijit-mijit kepalanya. Seperti saat ini, Lily sudah mengantuk berat, tetapi majikanya ini masih betah dengan jari-jari tanganya yang sudah tidak bertenaga memijit kepala sang Tuan.
"Untung besok hari libur jika tidak, aku sudah pergi sejak tadi karena aku sangat mengantuk dan juga lelah." Batin Lily dalam hati.
"Tuan sudah ya, aku sudah mengantuk." Ucap Lily sambil menguap.
Richard menghentikan tanganya yang berselayar di laptop miliknya.
Richard menarik tangan Lily dengan kuat.
Lily terkejut dan saat ini dia duduk di pangkuan Richard.
Richard memperhatikan wajah Lily dan penampilan Lily. Tidak ada yang membuatnya tertarik pada wanita itu. Dari bola matanya, model rambutnya, warna kulitnya, semua tidak ada yang menarik di hati Richard. Cuma satu yang membuat Richard tenang dan merasa nyaman, Yaitu aroma tubuh wanita ini. Aroma yang sangat di sukainya serta familiar baginya.
Tanpa aba-aba Richard langsung mencium bibir berwarna peach itu. Richard sudah lama menahan dirinya untuk tidak mencium bibir yang menggodanya setiap hari . Tapi malam ini Richard sudah tidak tahan lagi, apalagi sudah hampir dua Minggu Richard tidak melakukan pelepasan langsung, dia hanya bermain solo sambil membayangkan bibir manis Lily.
Richard bermain lama di bibir Lily. Lily mematung, jantungnya berdetak kencang. Dia tidak menyangka Richard akan menciumnya secepat ini. Ada rasa trauma di hatinya saat Richard menyentuhnya, tapi demi tujuan utamanya Lily menahanya, ingin sekali Lily menampar wajah yang sangat di bencinya ini.
Lily memejamkan matanya walaupun dia tidak membalas namun dia juga tidak menolak, tubuhnya kaku menerima ciuman untuk kedua kalinya dalam hidupnya dan yang menciumnya masih laki-laki yang sama. Laki-laki yang menodainya dan menghancurkan kehidupannya. Richard semakin memperdalam lumatanya saat wanita yang berada di pangkuannya tidak melawan. Tangan Richard sudah tidak bisa di kondisikan lagi. Ke dua tangan kokoh itu sudah merayap menjelajahi setiap jengkal tubuh Lily. Richard membawa Lily ke tempat tidur sambil mengendong Lily bak baby koala.
Richard meletakkan Lily dengan hati-hati. Mencium kening Lily sebelum kembali menjelajahi tubuh ramping itu. Richard kembali merasakan gairahnya yang memuncak. Gairah yang pernah muncul lima tahun yang lalu. Walaupun selama ini Richard berhubungan dengan istrinya Charlotte, Richard tidak pernah setegang ini, bahkan Richard bermain cukup cepat, dia juga tidak pernah mengeluarkan benihnya di dalam rahim istrinya karena milik Richard tidak merasakan ketegangan atau nafsu seperti saat ini. Richard melayani Charlotte hanya sebatas kewajibannya sebagai suami, untuk memenuhi hasrat istrinya.
Richard mencium setiap inci tubuh Lily meninggalkan jejak kepemilikan di seluruh tubuhnya. Richard kembali menyesap bibir manis itu, turun kebawah dan berlabuh di dua gundukan yang begitu indah. Tidak terlalu besar namun padat dan pas digenggaman tanganya. Richard menyesapnya kedua gundukan itu secara bergantian. Tubuh Lily bergetar, walaupun dirinya masih ada trauma, Lily berusaha menekannya untuk membuat Richard semakin terbuai dan menyatukan tubuhnya.
" Kau harus bisa tahan Briana demi balas dendam mu, tidak apa-apa jika laki-laki bajingan ini kembali menyentuhmu yang penting balas dendammu berjalan dengan lancar". Batin Lily dalam hati, mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Milik Richard yang sudah menegang dan siap memasuki milik Lily, langsung menyatukan tubuhnya dengan tubuh Lily.
"Ahh..sakit," pekik Lily. saat Richard menyerobos milik Lily yang masih sempit. Karena Lily memang baru satu kali melakukan hubungan suami istri, itu juga dengan pria bajingan seperti Richard, yang menodainya secara paksa .
"Maaf , aku janji akan pelan-pelan." Ucap Richard dengan suara beratnya. Richard kembali menghujani kecupan di wajah mungil Lily dan juga bibir Lily yang sudah merekah itu.
Richard menautkan jari-jari ramping Lily dengan jemari tanganya. Berusaha membuat Lily rileks. Setelah Lily merasa tenang, kini Richard mendorong sekali lagi benda pusakanya yang masih terbenam setengah dan akhirnya pusakanya masuk dengan sempurna di milik wanitanya.
