Bab. 3. Ingatan Masa Lalu
"Ada lagi Nona?"
Tanya penjaga pantry itu.
"Cukup ini saja Nona." Balas Lily sambil tersenyum. Dia memesan capuccino dan lima bungkus roti rasa blueberry. Lily menyukai hal-hal yang berbau blueberry.
Sambil menikmati cemilanya Lily bermain game ular yang ada di benda pipihnya.
Dia tidak sadar, semua yang di lakukanya telah di foto pengawal yang berjaga di luar lalu mengirimkannya kepada sang Tuan.
Di perusahaan raksasa yang sangat besar, terdengar bunyi pesan masuk pada seluler milik asisten Eric.
"Tuan."
Eric memperlihatkan gambar pelayan terbaru Mike kepada Richard.
Richard mengerutkan keningnya saat wanita itu makan dengan lahap, padahal itu hanya roti murah saja.
"Rakus," gumanya.
Eric mengambil kembali handphonenya.
"Mudah-mudahan nona Lily tidak melakukan kesalahan dan bisa menghadapi sifat tuan kecil." Batin Eric. Dia yang paling pusing jika pelayan tuan muda itu di pecat atau mengundurkan diri.
Bunyi lonceng pertanda pulang.
Lily lansung berdiri dan menghampiri Mike yang keluar dengan wajah datarnya.
"Masuknya datar, keluarnya lebih datar lagi." Guman Lily.
"Are you oke?"
Lily berjongkok menyamakan tinggi badanya pada putranya itu.
"Yes, " Mike menjawab tanpa ekspresi.
"Aku punya roti sisa, kamu mau?"
Sebelum Mike menolak Lily sudah membukanya dan langsung menyuapinya ke mulut Mike.
Mike sedikit terkejut, dia melihat roti yang yang di tangan wanita itu, selai kesukaanya. Mike memakan nya dengan diam.
Sampai di dalam mobil Lily kembali di tegur pengawal berbadan besar itu.
"Nona, untuk kedepanya jangan pernah sembarangan memberikan makanan ke pada tuan muda kecil. Takut tuan muda kecil alergi atau sakit perut, karena belum tentu makanan yang nona kasih terjamin kebersihannya dan kualitas makanan itu." Ucap pengawal itu tegas.
Bibir Lily berkedut.
"Cihh..jadi maksudmu aku memberikan makanan yang kotor untuk putraku?" Lily hanya bisa membatin dalam hati.
"Baik Tuan. Maaf Tuan muda." Lirih Lily .
"Jika kau ingin menegurnya jangan di depanku, dan jangan adukan hal ini kepada Daddy dan juga mommy." Ucap Mike sambil menatap tajam pengawalnya itu.
"Baik Tuan muda." Pengawal serta supir pribadinya terkejut. Mereka tidak pernah mendengar suara tuan mudanya, bahkan mereka mengira tuan mudanya itu bisu.
Lily tersenyum.
"Apakah sekarang putraku mulai memihakku? Batin Lily tersenyum haru.
Putranya ini masih sangat kecil tapi sudah menjadi sosok pelindungnya.
Setelah Lily melakukan pekerjaannya sebagai baby sitter Mike. Lily kembali melakukan tugasnya yang lain, yaitu membersihkan kamar sang majikan yang sudah bersih.
Entah apa lagi yang mau di bersihkan pikirnya.
Walaupun ada beberapa majalah yang berserakan di atas tempat tidur. Itu hal yang sangat mudah bagi Lily.
Saat Lily mengumpulkan baju kotor majikanya itu dia tidak sengaja melihat cctv kecil di ruang ganti itu, jumlah cctv itu sangatlah banyak, ada di setiap tempat.
"Ckk..hanya tempat ganti saja mesti sekali di letakkan cctv." Batin Lily, niatnya ingin melihat-lihat sedikit, mana tau dia mendapatkan sebuah rahasia ke dua majikan di urungkannya. Dia langsung menutup ruang ganti itu.
"Untung saja aku sudah di latih untuk melacak letak-letak cctv." Batin Lily.
Di paviliun belakang para pelayan sedang istirahat termasuk Lily. Hari sudah sore sebentar lagi mereka bisa istirahat gantian.
Sungguh gatal sekali mulut Lily yang ingin bertanya soal mansion ini.
" Dimansion ini hanya tuan besar, tuan kecil dan nyonya Charlotte yang kita layani?"
Tanya Lily, mencoba pertanyaan yang menurutnya bukan menyangkut privasi.
"Iya," jawab kepala pelayan yang tiba-tiba saja nongol yaitu tuan Jakup. Lily terkejut
"Apa dia juga mengawasi para pelayan yang sedang istirahat." Batin Lily sedikit was-was. Pergerakannya jadi terbatas jika kakek tua itu mengawasinya.
Hari sudah malam, selesai memberikan Mike makan Lily juga makan, dia tidak sengaja mendengar dua pelayan yang bergosip.
"Nyonya pergi lagi, kali ini selama dua minggu." bisik seorang pelayan.
"Stt, suaramu jangan kuat-kuat aku takut di dengar oleh orang lain." Jawab pelayan yang satunya.
"Kasihan Tuan muda kecil sejak dia lahir sampai sekarang nyonya tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian kepadanya." Ucap pelayan itu lagi.
Lily terkejut mendengarnya.
" kurang ajar sekali kau Charlotte, sudah kau curi putraku, bukanya kau sayangi malah kau cuekin begitu saja." Lily mengepal tanganya dengan kuat kilatan kebencian terlintas di netra jernihnya.
Selesai makan malam, Lily membaringkan tubuhnya di tempat tidur di paviliun belakang. Lily kembali mengingat kisah hidupnya lima tahun yang lalu yang sangat menyedihkan.
?Flashback ?
Brianna pergi menjemput saudara kembarnya yang sudah bekerja selama seminggu di sebuah bar yang terkenal di kotanya. Selama satu minggu itu juga Brianna selalu setia menunggu saudara kembarnya selesai bekerja, sambil menunggu, terkadang Brianna mau bantu-bantu saudara kembarnya mengantarkan minum para konsumen. Brianna tidak merasa takut karena saudaranya selalu bersamanya. Tiba-tiba ada panggilan dari manager kakaknya untuk mengantar minuman ke kamar VIP. Manager itu sempat mengatakan untuk tidak menyinggung tamu itu karena dia orang yang sangat berpengaruh di negara ini. Minumannya juga sangat mahal. Satu botol minuman itu bisa mencukupi hidupnya dan kakaknya selama dua tahun. Brianna merasa kasihan melihat saudara kembarnya karena menerima panggilan sana sini oleh pelanggan-pelanggan di sana, Brianna takut kakaknya berbuat kesalahan apalagi sampai memecahkan minuman mahal itu. Brianna tidak mau kakaknya di marahi apalagi di pecat. Kakaknya sudah lama menunggu panggilan bekerja di bar itu. Karena selama ini kakaknya bekerja serabutan dan penghasilannya tidak menentu Brianna juga tidak mau kakaknya sampai di penjara gara-gara tidak mampu membayar minuman mahal itu.
Brianna menghampiri kakaknya, dan mengatakan kepada kakaknya supaya dia saja yang mengantar, awalnya kakaknya menolak tapi karena Brianna yang bersikukuh akhirnya kakaknya membiarkannya mengantar minuman mahal itu ke kamar VIP.
Brianna sedikit terkejut karena melihat kamar yang sedikit remang-remang. Dia memanggil-manggil Tuan penghuni kamar itu. Brianna meraba-raba dinding kamar itu sambil memeluk botol minuman itu dengan erat karena takut jatuh. Akhirnya Brianna bernafas lega karena menemukan sebuah meja. Brianna meletakkan minuman itu dengan sangat hati-hati karena dirinya takut minuman mahal itu jatuh. Saat dirinya ingin pergi sebuah tangan menariknya dan langsung menghempaskan tubuhnya ketempat tidur. Brianna terkejut dan berusaha meloloskan diri dari kungkungan seorang laki-laki yang diyakini Brianna sedang menahan gairahnya karena Brianna mendengar suara desissan laki-laki asing itu.
"Diamlah dan layani aku sampai puas." Suara laki-laki itu sangat berat, deru nafasnya sangat hangat membuat Brianna semakin takut. Mau melawan tapi tubuhnya sudah ditindih laki-laki asing itu. Samar-samar Brianna melihat netra laki-laki asing itu yang begitu tajam. Tanpa basa-basi laki-laki asing itu langsung membuka pakaian Brianna dengan kasar, mengoyakkan kemeja lusuh yang di gunakanya.
