Bab. 2. Pertemuan pertama dengan Richard Xavier
Katanya dia semalam demam karena tidak sengaja di berikan selai kacang oleh seorang pelayan. Pelayan itu sudah di pecat karena terlalu ceroboh.
Aku menghembuskan nafas beratku.
Anak kecil itu memperhatikanku. Dia sama saja dengan Nyonya Charlotte melihatku dari ujung rambut ke ujung kaki.
"Aku tidak mau memiliki pelayan seperti kemarin-kemarin." ucapnya datar.
"Wah..jadi dia sudah bolak-balik ganti pelayan." Pikirku.
"Aku akan bekerja sebaik mungkin Tuan muda." Ucapku lembut sambil menunduk .
Aku tidak tau dia memandangku atau tidak karena saat ini mataku sedang melihat ke bawah.
Setelah mempelajari semua tentang kesukaan dan yang tidak di sukai oleh Tuan Muda Mike. Kini saatnya aku di perkenalkan dengan seorang Tuan besar di rumah ini. Seseorang yang menjadi alasan utamaku datang kesini.
"Tok..tok."
Tidak ada sahutan dari dalam.
Kepala pelayan kembali mengetuknya.
"Sepertinya Tuan dan Nyonya sedang sibuk." Ucap kepala pelayan. Aku langsung mengerti dengan perkataannya.
Hari ini aku hanya melakukan perkenalan diri, dan membaca serta mempelajari aturan-aturan yang ada di mansion ini. Mataku mengerut saat ada beberapa kalimat di bawah aturan-aturan yang ku baca.
"Tutuplah matamu dan telingamu selama kau bekerja di mansion ini."
Aku tersenyum sinis. Jika pelayan yang lain menurutinya, tapi tidak denganku, karena hal inilah aku datang kesini. Jika aku sudah mengetahui rahasia dari sepasang suami istri yang tidak berperasaan itu. Maka aku akan memberitahukan kepada dunia.
Keesokan harinya aku naik kelantai dua, hari ini aku memulai pekerjaanku sebagai pelayan sekaligus baby sitter tuan muda Mike. Putra Richard Xavier.
Saat aku melewati sebuah kamar, aku mendengar suara-suara yang membuat telingaku ternodai.
Ku lirik pintu kamar yang sedikit terbuka itu.
"Ckk..kenapa ceroboh sekali pasangan ini. Di sampingnya ada kamar anak kecil." Batinku dan menutup kamar itu dengan pelan tanpa membuat ke dua manusia itu terganggu.
Aku membuka kamar Tuan Mike.
Kulihat dia sudah duduk, lengkap dengan menggunakan seragam sekolahnya. Aku sedikit kagum dengan kemandiriannya yang sudah mahir dalam memakai seragam sekolahnya.
"Tampan." Gumanku.
Aku mengambil tas dan mengandeng tangan mungilnya.
Aku menyuapinya dengan telaten. Ternyata dia bukan anak yang merepotkan. Dia menurut saja, mungkin karena sifat penurut nya sehingga dia sampai tidak sadar yang dia makan semalam makanan yang seharusnya dihindarinya.
"Honey, aku bisa jalan-jalan ke Eropa selama dua Minggu ini?"
Aku mendengar suara manja Nyonya Charlotte.
"Pergilah honey. Tapi kamu janji tidak lebih dari dua Minggu, aku tidak ingin kau meninggalkanku dan Mike lebih lama dari itu."
Ucap Suara berat dari laki-laki itu, aku yakin dia adalah Richard Xavier.
Telingaku kembali mendengar kedua bibir itu bergesekan.
"Ya ampun..kenapa dua manusia ini tidak bisa melakukanya di kamar, disini masih ada anak kecil yang perlu di jaga mentalnya." Batinku dalam hati.
Aku melihat Mike yang menampakkan wajah datarnya.
"good morning my son."
Charlotte menghampiri kami dan mencium kepala Mike sekilas.
"Cihh." Umpatku.
"Pagi boy." Suara berat itu semakin dekat di telingaku, dia juga mencium kening Mike. Lalu duduk di meja makan.
Bahkan dia tidak melirikku.
"Baguslah." Batinku.
Setidaknya aku tidak perlu cemas. Lagian jikapun dia melihatku pasti dia tidak mengenaliku. Secara waktu sudah lama berlalu, "lima tahun." aku kembali membatin dalam hati.
"Kenapa kau diam saja? Kau tidak memperkenalkan dirimu kepada suamiku? Bahkan kau tidak menyapa kami sebagai majikanmu."
Ucap Nyonya Charlotte yang membuat sinis membuat lamunanku buyar.
"Cih, gila-gila hormat ternyata wanita ini." Kesal ku dalam hati.
"Maaf Nyonya, Tuan perkenalkan, aku pelayan baru dan baby sitter tuan Mike yang terbaru. Namaku Lily Keily."
Aku memperkenalkan diriku secara singkat dan padat. Tanpa aku memperkenalkan diri pun aku yakin tuan besar ini sudah mengetahui identitasku. Pikirku.
###Auto PROV###
Richard duduk tenang, dia tidak menghiraukan perkenalan singkat Lily. Apalagi sampai meliriknya. Dia fokus dengan sarapan paginya.
"Selamat pagi Tuan, Tuan muda dan Nyonya."
sapa sang asisten Richard yang bernama Eric Tohir.
mungkin karena dunia sosok kedua manusia itu sedang dia atas saat ini, sehingga mereka tidak menghiraukan sapaan dari asistennya. batin Lily.
"Pagi Tuan Eric." Lily membalas salam Eric membuat Erik sedikit terkejut. bahkan Richard juga meliriknya.
"Permisi Tuan, Nyonya." Pamit Lily dia membawa Mike, karena Lily juga yang harus mengantar jemputnya ke sekolah.
Di dalam mobil Lily mengajak Mike berbicara dia tidak ingin Anaknya ini menjadi pendiam seperti dadynya.
"Kenapa tidak permisi sama Dady dan momymu?" Tanya Lily basa basi.
"Nona tolong jangan bertanya yang bukan ranahmu." Ucap seorang pengawal yang duduk di depan.
"Glek." Lily menelan ludahnya dengan susah payah. apakah pertanyaan nya juga privasi? Pikirnya.
"Maaf Tuan." Lily patuh, dia tidak ingin hari pertama dirinya bekerja langsung di pecat. Lily tidak ingin hal itu terjadi. Dia sudah susah payah membujuk momynya yang tidak berperasaan itu untuk membantunya.
Lily membawa Mike memasuki sekolahnya, dia menggenggam tangan mungil itu dengan bersuka ria. Dia senang bisa menjadi baby sitter putranya.
"Jadi kamu sekarang ganti pelayan lagi?"
Tanya seorang laki-laki yang cukup gemuk.
"Punya Dady dan momy tapi tidak pernah mengantarmu ke sekolah, dasar anak yang tidak dianggap, wekk."
Laki-laki gendut itu mengejek Mike dengan kejam dan langsung pergi berlari meninggalkan Lily yang mematung.
Lily terkejut mendengar perkataan anak kecil itu.
Lebih tepatnya Lily merasa tidak percaya anak kecil yang masih berumur sekitar empat tahunan itu bisa mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan seperti itu.
Lily ingin sekali melemparkan sepatu kerjanya kepada anak kecil itu, tapi dia takut langsung kena pidana.
"Gak kau lihat putraku di antar ibunya sendiri." batin Lily geram.
"Tuan muda, jangan kau masukkan ucapanya yang tadi, Dady dan mommymu mungkin sangat sibuk sehingga mereka belum sempat mengantarmu. Sebenarnya mereka selalu memberikan yang terbaik untukmu." Ucap Lily menyenangkan Mike sambil mengusap surai hitam anak kecil itu.
Lily sungguh ingin muntah saat kata-kata pujian untuk ke dua manusia yang di bencinya itu keluar dari bibir mungilnya.
"Kau berutang kepadaku Charlotte." Batinya dalam hati.
Mike tetap menunjukkan sikap datarnya, Walaupun dirinya sedikit terkejut saat merasakan usapan lembut di kepalanya.
Mike memasuki ruanganya. Dia menghentikan langkahnya.
"Jangan pernah mengusap kepalaku di depan Dady ataupun Momy." Ucapnya meninggalkan Lily yang mematung.
Lily menunggu Mike di ruang tunggu khusus. Lily terkagum dengan kemewahan sekolah putranya itu. Richard Xavier sungguh memberikanya yang terbaik untuk putranya. Disana bahkan lengkap dengan pantry yang cukup besar. Dia bahkan bebas memakan cemilan dan minuman disana. Semuanya gratis, lebih tepatnya Richard Xavierlah yang membayar.
