Aku dan Hujan, 4
Ingat guy's
Jangan jadi silence reading, okayy
Masih tetap satu komen aja, lebih juga gak pa pa kok.
|
|
|
HAPPY READING
Tiga hari kemudian...
Iva diam-diam mengamati Ega dan terus merasa tidak enak kepadanya. Semenjak kejadian mata merah itu hati Iva mulai tidak tentram dan rasa bersalah ingin minta maaf selalu menghantuinya. Iva adalah seorang gadis yang selalu merasa bersalah ketika melihat seseorang terluka karena dirinya.
"Awas!" teriak seseorang ketika sebuah bola basket melayang ke arah Iva.
Iva yang melamun tidak menyadari bola tersebut langsung terpaku ketika lamunannya buyar akibat teriakan untuk segera menghindar dari tempat tersebut.
Iva masih diam memandang datangnya bola basket tersebut tanpa kepikiran untuk menghindarinya.
Hanya 1 inchi sebelum bola itu kena ke wajahnya seorang cowok menghalangi dan memegang bola tersebut lalu melempar kembali ke asalnya.
"Lemot!" ucap cowok itu kepada Iva sebelum pergi.
Lagi, lagi dan lagi Iva merasa kalau dirinya harus minta maaf sekaligus berterimakasih kepada Ega atas pertolongan yang dia berikan hari ini di lapangan.
Kenapa dia gak ngebiarin gw kena bola? Kenapa harus di tolong? Muncul bermacam pertanyaan di benak Iva melihat sikap Ega yang bersikap baik terhadapnya.
"Ga?" panggil guru yang melihat Ega saat melintasi ruang guru.
Ega yang merasa di panggil balik badan dan menemukan guru yang memanggil dirinya.
Guru pun mendekat "Kasih buku catatan ini ke kelas XI Fisika 2 ya!" kata guru itu memberikan buku catatan ke Ega.
Ega menatap buku tersebut.
"Cuma dua?" tanya Ega.
"Iya cuma dua, kenapa ada masalah?" guru pun balik nanya ke Ega.
"Emang kelas itu kekurangan murid sampe harus ngasih buku 2" Ega malas. "Saya lagi gak lewat sana, bu guru aja sendiri!" Ega malah menyuruh guru itu buat mengembalikan buku tersebut.
Kesabaran mulai tercetak di wajah guru ketika berhadapan dengan sosok Ega. Saya salah nyuruh dia.
"Emang kamu mau kemana?" tanya guru ketika Ega mau balik badan untuk pergi.
"Kantin" jawab Ega ingin pergi.
"Jalan menuju kantin melewati kelas XI Fisika 2 kan? Gak ada kantin lain selain di sana, " ujar guru itu.
"Malas bu, tahu malas gak sih. Orang malas tuh ya malas, " Ega tidak mau membantu guru dan melangkah pergi.
"Usman tunggu!" kata guru ketika melihat murid kelas XI FISIKA 2.
"Ada apa bu?" tanyanya.
"Kasih buku ini ke Iva sama teman sebangkunya kamu satu kelas kan?" ujar guru dan Usman langsung mematuhinya.
Ega yang mendengar nama Iva di sebut mulai menjalankan misinya baru-baru ini. Dia akan membalas perbuatan gadis itu dengan sangat rapi.
Ketika Usman berjalan Ega langsung menyerobot buku catatan dan pergi. Teriakan Usman pun tidak ia hiraukan yang penting buku tersebut sudah ada pada genggamannya.
Evi yang sedang duduk dengan teman sebangkunya mulai bergosip.
"Alah gantengan pacar gw tahu?" celetuk Fani yang habis membeli snack di kantin.
"Siapa?" tanya Iva ingin tahu.
"Siapa lagi kalo bukan inisial thv" jawab Fani mengambil botol minum miliknya.
"Lebih ganteng dari thv lo" Evi mengelak.
"Emang cowok yang lo ceritain ke gw itu siapa sih Vi, gw kenal gak?" ujar Iva.
"Kenal" jawab Evi mulai mengingat wajah cowok tersebut dengan Fani yang hanya menatapnya penuh arti.
"Buta lo ya!!" sentak Ega ketika ada yang menyenggol dirinya sampe terbentur ke pintu kelas dengan Ega yang langsung mencengkram kerah seragamnya.
Alhasil suara sentakan dari Ega membuat Iva dan temannya melihat ke sumber suara dan menemukan seseorang yang mulai marah.
"Dia, " ujar Iva melihat sosok Ega yang akan menghajar teman sekelasnya.
Tanpa dugaan Iva berdiri dari bangku dan langsung menjewer telinga Ega sambil di putar. Suara makian terdengar dari mulut Ega membuat murid lain merasa takjub dengan keberanian Iva terhadap cowok tersebut.
Fani segera melepaskan tangan Iva dari telinga Ega. Fani berharap temannya tidak akan di marahin oleh cowok tersebut.
Wajah Iva mendadak bengong melihat ekspresi Ega. Mulai salah tingkah.
"Gw tadi ngapain?" sontak yang lain tertawa mendengar ucapan Iva yang mendadak linglung.
Mendengar itu Ega tertawa renyah tapi "Lo mau cari mati sama gw hah,, " bentak Ega tepat di wajah Iva membuat orang di sekitar maupun Iva sendiri ikut kaget sekaligus merinding mendengar bentakan tersebut.
"Tertawanya berubah seram" ujar Fani mendapat tatapan tajam dari Ega.
"Gw gak sengaja...?" Iva mengadu kesakitan ketika Ega menarik rambutnya dengan kuat dan berusaha melepaskan tangan cowok tersebut tapi usahanya tidak membuahkan hasil.
Iva pun meminta bantuan temannya tapi...
"Gak usah ikut campur!" ujar Ega ketika Evi ingin menolong teman sebangkunya. Evi pun mendadak diam dan tidak jadi menolong Iva.
"Awww lepasin sakit, lepas!" ujar Iva masih berusaha melepaskan tangan Ega dari rambutnya.
Mendengar permintaan itu Ega pun menyetujui dan melepaskan tarikan rambut Iva. Rambut yang semula rapi dan elegan berubah menjadi acak-acakan seperti sarang burung.
Iva memegang rambutnya sambil menatap Ega tidak suka.
"Apa yang lo lakukan pada rambut gw. Liat rambut gw sekarang. Lo pikir gak sakit apa?" Iva marah.
"Lo gak pernah ngerasain sakit kan sebelumnya apa perlu gw narik rambut lo juga!" Fani ikut membela Iva.
Ega menunjuk Fani, serius "Gw peringatkan sama lo gak usah ikut campur kalo gak mau berurusan sama gw!" ancam Ega.
"Lo pikir gw takut sama ancaman lo?" Fani balas menunjuk Ega "Gw sama sekali gak takut sama lo" lanjutnya.
Ega tertawa renyah membuat semua orang bingung.
"Lo harus minta maaf sama gw, sekarang juga!" Iva menatap Ega "Ayo cepetan minta maaf!"
"Emang gw ngapain lo?" Ega berbalik mengubah keadaan.
"Lo pikir lucu" ujar Fani mulai kesal.
"Barusan lo narik rambut gw" ujar Iva mengingatkan perbuatan Ega padanya.
"Gw gak sengaja" jawab Ega dengan santainya.
Dalam sekejap Ega mampu mengubah keadaan menjadi kemauannya dan harus seperti apa yang ia mau.
Iva diam tidak bersuara masih mengelus rambut yang terasa perih sedangkan teman dan murid yang lain hanya menyaksikan insiden tersebut tanpa harus ikut campur.
"Lo liat tuh temen gw kesakitan kan gara-gara lo!" Fani masih merasa kesal dengan perbuatan Ega terhadap teman baiknya.
Mata Ega mulai menatap mereka berdua secara bergantian dengan tampang serius dan memancarkan aura iblis yang akan segera mengeluarkan kata-kata mutiara dari mulutnya.
"Pilih kasih itu sifat lo ya?" Ega beralih menatap Iva setelah selesai dengan Fani "Lo pikir dua kali sebelum jewer kuping gw, apa lo bandingin kuping gw sama seperti jarum jam yang bisa lo puter sesuka hati lo hah" Ega membentuk huruf 2 jari pada tangannya tepat di wajah Iva.
"Lo bikin mata gw merah dan sekarang lo bikin telinga gw merah lo mau kaki sama tangan lo gw patahin hah,,, " Ega menunjuk matanya sendiri "Liat mata gw sekarang!" bentak Ega tepat di wajah Iva ketika gadis itu menunduk ketakutan saat mendengar suara lantang dari mulut cowok tersebut.
Iva memandang Ega gemetaran dan mulai membayangkan apa yang akan cowok itu lakukan padanya. Apa dia akan melemparku ke lantai dua.
"Lo bilang gak sengaja kan saat jewer kuping gw" Ega menatap Iva sinis.
Cowok itu mulai membuka buku dan mengembalikan buku Evi ke pemiliknya sedangkan buku yang satunya lagi..
"Gw peringatkan sama lo dan khususnya murid yang lain sebelum cari masalah sama gw,!" Ega menunjuk Iva dan lainnya melalui buku yang ia pegang.
"Itu buku gw kembalikan!" Iva ingin mengambil buku miliknya tapi sayang cowok tersebut dengan gesit tidak akan membiarkan buku pada genggamannya lenyap begitu saja.
Ega pergi dari kelas tersebut dan diikuti Iva yang ingin bukunya kembali.
Penasaran apa yang akan dilakukan Ega murid lain pun ikut membuntutinya.
"Kembalikan buku gw!" ujar Iva tak hentinya.
Ega berhenti tepat pada sebuah tempat di mana sampah akan dilenyapkan alias pembakaran di belakang sekolah.
"Lo mau ngapain?" Iva bertanya ketika Ega menatap api yang masih menyala dengan sangat ganasnya.
"Lo jangan lakuin itu!" pinta Iva khawatir akan nasib bukunya nanti.
"Kenapa emang?" Ega happy dengan hal yang tak terduga hari ini.
Misinya untuk membuat gadis itu semakin bersalah padanya justru berubah hanya karena masalah buku yang akan Ega berikan. Dan sekarang cowok itu tidak harus berpura-pura untuk menolong Iva lagi, jujur Ega muak dengan hal tersebut.
"Jangan lakuin itu lo gak tahu pentingnya buku itu buat Iva, " celetuk Fani masih membela temannya.
"Tapi gak penting buat gw, " jawab Ega santai.
"Bagi lo gak penting tapi bagi kita penting! Kembalikan buku itu atau,,,?" ancam Fani
"Atau apa?" Ega membuat buku itu semakin dekat dengan api membuat Iva semakin was-was akan nasib bukunya.
"Tolonglah jangan, kalo buku itu sampe terbakar gw harus nyatet lagi dari awal. Apa lo gak kasihan sama gw,,?" Iva mulai memelas.
"Buku lo gak akan kenapa-napa lo santai aja gausah panik okayy!" ujar Evi berdiri dekat Ega.
Fani yang mengisyaratkan sesuatu kepada Evi mulai di baca dan di ketahui oleh Ega dengan sangat mudah.
Ketika Evi akan memeluk Ega agar Fani bisa merebut buku dari genggamannya justru taktik mereka terbuang sia-sia karena Ega langsung melepaskan genggaman jari sebelum misi mereka di lakukan dan membuat Iva panik ingin mengambil bukunya yang mulai di makan api.
"Lo gila kali ya itu api lo bisa terbakar Va!" ujar Evi menarik Iva agar menjauh dari tempat tersebut.
"Lo,,?" tunjuk Fani ke Ega.
"Lo pikir gw bodoh" Ega menatap Fani dan Evi bergantian dengan senyum di bibirnya "Hanya dengan gerakan mata lo pikir bisa ngelabui gw. Gak semudah itu ferguso!" ucapan Ega sukses membuat Fani serta Evi mati rasa dan terkejut karena cowok itu menyadarinya.
"Fedriega Vugeo kok di lawan!" Ega pergi dari tempat tersebut dengan suasana happy menyelimuti hati dan pikirannya saat ini.
Disisi lain Iva meratapi sesuatu yang sangat berharga di hidupnya dan kini ia harus mengulanginya dari awal lagi.
"Udah Va nanti gw bantuin kok santai aja" Fani mencoba menenangkan temannya yang sedang merana.
"Udah yuk ke kelas, " ajak Evi karena suasana di sini semakin panas dan mulai banyak asap.
See you
