Aku dan Hujan, 3
Jangan jadi silence reading bestiee
Satu komen kalian sangat berarti bagiku.
Gimana nih ceritanya, kalo mau kenalan sama siapa pemainnya baca terus ya. Karena di bab selanjutnya akan ada meet cast, tapi tanpa foto yang guy's. Walaupun begitu jangan salah Ega emang ganteng kok seperti Taehyung, wkwkwk
|
|
|
HAPPY READING
Amarah Ega
Cemas. Itu yang di rasakan Iva semenjak mengikuti pelajaran pikirannya selalu terbayang-bayang dengan insiden mata merah. Gadis itu khawatir dan mulai takut kalau cowok itu kenapa-kenapa nanti dia juga yang harus bertanggungjawab. Bagaimanapun juga ini adalah kesalahannya.
Coba aja tadi gw gak makan gorengan. Semuanya gak akan kayak gini. Iva geleng-geleng kepala menyadari kalo pikirannya salah. Bukan salah gw kali, gw kan manusia kewajibannya makan. Salah cowok itu lah ngapain jalan tepat di bawah gorengan yang akan jatuh.
Ketika Iva sedang melamun guru mengetahuinya dan menyuruh gadis itu untuk mengerjakan soal di papan tulis, alhasil karena tidak memperhatikan pelajaran Iva pun gelagapan dalam mengerjakannya.
Dengan spidol di tangan sambil berdiri tepat pada papan tulis dengan deretan angka rumit yang harus di pecahkan membuat Iva frustasi dan mengaruk kening, tidak tahu.
"Coba tanya temenmu!" suruh guru yang memperhatikan gerik Iva dan belum ada coretan jawaban di papan tersebut.
Iva balik badan memandang penghuni kelas untuk meminta bantuan. "Fani Pak, " ujar Iva menunjuk temannya sendiri.
Fani yang pura-pura sedang menulis agar tidak di tunjuk akhirnya pasrah mencoba untuk tidak kesal pada Iva. Emang gak ada apa kalo selain gw?
Fani menatap temannya lalu mulai mengerjakan soal tersebut.
"Tunggu saya tadi bilang apa?" ujar guru matematika.
Iva dan Fani menatap guru tersebut lalu saling memandang bergantian.
"Saya bilang nanya bukan mengerjakan. Biar Iva yang mengerjakan kamu ngasih intruksi!" ucapnya.
Guru tersebut memang terkenal jutek dalam mengajar dan agak tegas.
Iva pun mengerjakan soal dengan arahan dari temannya walaupun memerlukan waktu lama tapi guru itu masih sabar sambil terus mengamati.
Bayu terus mengipas-ngipasi temannya yang merasa kepanasan dalam ruangan tanpa AC dan mulai merasa kesal sendiri dengan kondisinya saat ini.
"Lo belum makan atau gimana lembek amat gak ada anginnya, " ucap Ega kesal.
"Gw bukan pembantu lo okay!" Bayu melempar kipas ke kasur. "Lo gak ngrasain capek atau bagaimana. Udah untung di kipasin masih aja ngomel, " ujarnya ikutan kesal.
Ega menatap temannya.
"Mana temen yang lain?" tanya Ega tidak memperpanjang kekesalannya.
"Di kelas lagi ada guru, " jawab Bayu santai.
"Terus lo?"
"Di suruh nemenin lo bukan di jadiin budak reti, " jawab Bayu agak ngegas.
Ega berdecak dan memalingkan muka ke arah jendela yang tertutup membuat otaknya ngelag.
"Pantes lah gw kepanasan jendelanya aja di tutup, " ujar Ega "Bukak Bay!" suruh Ega yang mendapat tatapan dari temannya. "Bukak doang, cepetan!"
Bayu menuruti ucapan temannya dan sedikit demi sedikit Ega bisa merasakan udara sejuk di ruangan tersebut.
Beberapa detik kemudian Ega udah mulai bosan dan bisa merasakan kalo matanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya walaupun masih berwarna merah sedikit.
"Mata gw kok bulat ya, " ujar Ega ketika melihat cermin.
"Trus harus kotak gitu, " jawab Bayu asal. "Semua mata juga pasti bulat kali Ga, mana ada bentuk mata selain bulat" ujarnya melihat-lihat obat di lemari.
"Ada mata lebar, almond, monolid bahkan mata ikan juga ada, " jawab Ega ikut asal.
Perdebatan mereka pun terhenti ketika ada seseorang yang membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan tersebut tanpa mengetuk pintu dahulu.
Mata Ega tertarik dengan sesosok itu dan mulai terbelit sebuah ide cemerlang untuk mengerjainya.
"Va dateng sendiri?" tanya Bayu ketika Iva melangkah masuk.
"Iya yang lain di kelas, " jawabnya.
"Tapi kan masih jam pelajaran?" tanya Bayu penasaran. "Lo bolos ya gak ikut pelajaran, " lanjutnya.
"Engga" jawab Iva singkat lalu menghampiri Ega yang sedang berbaring dengan menatap jendela luar.
"Mata lo udah sembuh?" tanya Iva ingin memastikan mata cowok tersebut.
Ega diam masih menatap jendela. Terlihat samar bahwa rintikan hujan sedang turun. Pandangannya pun berubah sayup-sayup dan memilih memejamkan mata sejenak.
"Udah sembuh kok, " Bayu menjawab pertanyaan Iva karena temannya tak kunjung bicara.
"Gw minta maaf, gw gak sengaja,suer dehhh?" Iva memperlihatkan dua jari sebagai permintaan maaf, tapi Ega tak kunjung menatap dirinya.
Ega tetap gak peduli masih menganggap gadis itu tidak ada dalam ruangan tersebut.
Bayu yang melihatnya memilih diam karena ini bukan urusannya dan dia juga gak berhak untuk ikut campur.
Sikap Ega yang masih diam tidak mau bicara membuat Iva memutuskan untuk kembali ke kelas dulu karena tadi dia ijin ke toilet sama guru hanya untuk mengetahui kondisi Ega saja.
"Gw ke kelas dulu saja ya, " ujar Iva ke Bayu dan mendapat anggukan dari cowok itu.
Ketika Iva balik badan saat di depan pintu posisi Ega masih sama dan tetap tidak memperdulikannya, gadis itu pun menarik nafas lalu pergi.
Gw bakal bikin lo terus merasa bersalah sama gw, batin Ega mutlak.
Di perjalanan koridor Iva berjalan sambil menarik nafas asal karena telah sia-sia mendatangi cowok yang sama sekali tidak meliriknya.
"Padahal gw udah baik lho untuk minta maaf, tapi memang dianya aja yang sok cuek. Lagian gw juga gak akan mau kali ngotorin tangan gw untuk melukai matanya yang gak seberapa itu, idihhh, sok kegantengan!"
Brakk
Sebuah tubrukan tak dapat Iva hindari saat ingin berbelok arah, buku pun berceceran di lantai dan segera cewek itu membantu memungutnya.
"Sorry gw gak sengaja!" ucap Iva bersalah.
"Gak apa kok, gw juga yang bawa buku terlalu banyak, " ucap cowok itu tidak mempermasalahkannya.
Setelah 3 menit beres-beres, Iva membantunya membawa buku ke tempat yang di tuju, awalnya cowok itu menolak tapi karena Iva memaksa dia pun tidak bisa menolaknya.
"Gw dari kelas IPS 4 kalo lo?" ucap cowok itu memulai pembicaraan.
"Emmm fisika 2," jawab Iva.
"Owww nama lo siapa?" tanya cowok itu lagi.
"Hah apa?" Iva tidak terlalu dengar saat pandangannya sedang menatap mading sekolah.
"Nama lo siapa?" ulang cowok tersebut masih sabar.
"Iva!"
"Nama yang cantik kayak orangnya, " Iva hanya tersenyum mendapat pujian tersebut, tapi satu hal yang pasti bahwa pertemuannya hari ini membuat Iva menarik perhatian Rangga yang notabonenya sebagai ketua basket.
Huuh udah ada saingannya nih. Iva nanti milih Ega atau Rangga ya.
See you
