Aku dan Hujan, 2
Guy's, komen dan like dong.
Jangan jadi silence readers guy's...
|
|
|
HAPPY READING
Ricuh. Itu yang terjadi saat jam istirahat ketika semua siswa-siswi memenuhi kantin untuk berebut beberapa macam snack beserta sarapan seperti soto, seblak maupun gorengan hangat yang disediakan.
Iva yang asyik makan gorengan dengan saus di lantai 2 sambil melihat lihat pemandangan guru maupun siswa siswi yang berlalu lalang di bawahnya. Itu sudah menjadi kebiasaan ketika kedua temannya sibuk dengan urusan masing-masing.
Saat mau mengambil gorengan lagi di plastik yang masih hangat Iva tidak sengaja menjatuhkannya ke bawah dan langsung meniup jarinya yang seperti terbakar.
"A*c*k, a*u, s**l*n,, " suara amarah dari seorang cowok ketika sebuah gorengan mengenai rambut miliknya dan turun tepat di depan matanya.
Mata perih dan pedas di rasakan Ega akibat sentuhan saus dari gorengan tersebut.
Dikucek terus mata miliknya yang terasa perih sampai mengeluarkan beberapa air mata akibat pedesnya saus ketika bertemu dengan mata manusia.
Seketika dia melihat sebuah hand washing facilities di pinggir lapangan dan langsung berlari dengan menarik baju seseorang yang akan menganggu aktivitasnya.
"Santai kali!" ujar seseorang tersebut yang langsung pergi karena tidak mau berurusan dengannya.
Ega terus membilas matanya tidak perduli seberapa air yang membasahi kawasan tersebut. Dia hanya ingin matanya kembali bersinar seperti sediakala.
"Kenapa gak mandi sekalian!" ujar guru yang melintas dan melihat Ega saat membilas mata.
Guru tersebut langsung menutup kran melihat air yang menggenang di selokan.
"Woiii kenapa dimatiin mau ajak berantem hah!" teriak Ega marah saat ada yang menganggu dirinya.
Ega mendongakkan kepala ke atas dan mengedip-ngedipkan matanya agar bisa rileks. Dan seketika itu air membasahi leher dan kerah seragam cowok tersebut.
"Manusia jadi-jadian ya kamu?" guru terkejut ketika melihat mata kiri Ega yang memerah.
Ega tidak memperdulikan ucapan guru dan matanya mencari seseorang di lantai dua yang sudah menyusahkan dirinya saat ini. Tertangkap sesosok cewek yang menarik Ega di pinggir tembok sambil meniup jari.
Dengan langkah tergesa cowok itu langsung naik anak tangga satu persatu sambil mengucek matanya yang masih perih dengan sesekali menabrak orang yang menghalangi jalannya.
"Lo udah bikin mata gw burem sekarang gantian lo yang akan gw lempar dari lantai 2!" marah Ega yang tiada henti saat menaiki anak tangga.
Iva yang selesai meniup jari merasa terkejut ketika gorengan yang ia pegang cuma ada saus sedikit. "Apa tempe yang jatuh tadi yang banyak sausnya ya. Kurang ini, " ujar Iva membuat Ega kaget di belakang tubuhnya.
"Lo bener-bener mau nyari mati sama gw hah!" teriak Ega tepat di belakang Iva dan membuat gadis tersebut terkejut langsung balik badan.
"Ahhh hantu mama tolong, " Iva syok melihat seseorang berdiri dengan mata merah. Seperti melihat hantu beneran.
Ega dengan tampang ganas menatap gadis tersebut marah tanpa memperdulikan orang lain.
"Itu mata lo kenapa?" tanya Iva menunjuk mata Ega.
"Pake nanya lagi, " sentak Ega membuat Iva kaget.
"Gw nanya baik-baik kok jawabnya..?"
"Lo?" Ega menunjuk tepat di wajah Iva "Lo itu b*j*ng*n punya mata gak mata lo itu dimana!"
Iva merinding mendengar amarah Ega.
"Ini mataku!" Iva menunjuk matanya sendiri.
Ega melihat sebuah plastik gorengan yang di pegang oleh gadis tersebut dan mata Iva mengikuti arah pandang cowok itu.
"Mau?" Iva menawarkan gorengan ke Ega tanpa ragu.
Ega menghempas kasar tangan Iva sampai terbentur tembok.
"Sakit tahu?" ujar Iva mengelus tangannya.
"Sakitan mana dengan mata gw yang lo kasih saus dan tangan lo yang hanya terbentur dikit aja!" balas Ega murka.
"Kapan gw ngasih saus ke...?" seketika Iva panik ketika Ega mendorong tubuhnya pelan sampai menyentuh tembok dan membuat dirinya seperti akan terjatuh ke lantai tersebut.
Tangan yang semula di buat untuk menyangga seketika jatuh saat tubuh Ega mendekat dan terus mendorongnya ke belakang sampai kakinya pun tak kuat untuk menjinjit.
"Arggg,, " teriak Iva takut ketika tubuhnya akan terjatuh tapi Ega memegang dasinya.
Wajah yang berdekatan dengan tarikan nafas memburu dari sang gadis membuat Ega senang karena ulahnya berhasil untuk menakut-nakutinya.
Mata yang masih perih membuat Ega harus segera membereskan semua ini dengan cepat. "Lo udah buat mata gw perih sekarang gw akan jatuhin lo ke bawah!"
"Gw gak sengaja tadi gorengannya panas lagian udah tahu gorengannya akan jatuh bukannya menghindar malah tetep diem!" ujar Iva panik.
"Lo pikir gw bisa melihat masa depan apa!" jawab Ega mendorong tubuh Iva ke belakang membuat sebuah teriakan muncul dari gadis tersebut.
Siswa-siswi lain yang melihat kejadian itu mulai was-was dan tidak ada yang berani menegurnya.
"Gw takut lepasin gw!" ujar Iva.
"Kaki lo gak nampak di lantai gak usah disuruh gw dengan senang hati bakal lepasin lo sekarang juga!" Ega ingin membuat gadis itu menjerit ketakutan.
"Apa engga jangan lepasin!" Iva tambah panik ketika kedua kakinya mengambang di udara.
Sekarang Iva bener-bener berada di dua dunia antara hidup dan mati antara tubuh yang di topang tembok dengan tangan Ega yang menarik dasinya.
Di balik kerumunan Reno dan Deni datang langsung menyuruh temannya untuk tidak melakukan hal konyol itu.
"Udah deh Ga, kasihan tuh cewe!" ujar Deni di sebelah Ega dan ingin membantu Iva tapi di cegah oleh Ega.
"Lo pegang dia gw jatuhin!" ancam Ega gak main-main.
Mendengar itu Deni tidak jadi membantu Iva karena ucapan temannya selalu benar.
"Mata lo kenapa Ga?" tanya Reno langsung menolehkan kepala Ega ke hadapannya.
"Gara-gara nih cewe lah, " jawab Ega menatap Iva tajam.
"Gw gak sengaja" Iva masih panik selama di posisi seperti ini.
"Kok bisa?" tanya Deni bingung.
"Ya bisa lah orang gw lagi enak-enaknya jalan pengen ke kantin tiba-tiba tempe jatuh ke atas rambut dan turun tepat di depan mata dengan saus segudang, " perjelas Ega membuat kedua temannya menahan tawa.
"Gw gak sengaja..?"
"Bilang aja lo sengaja untuk balas dendam tadi pagi kan?" kesal Ega.
"Engga lagian gw udah lupa itu dan sausnya dikit kok bisa segudang?"
"Ngejawab lo hah!" bantah Ega kasar mulai membuat Iva hampir pingsan saat melihat bawah gedung sekolah.
"Udah turunin gw udah gak kuat nih!" Iva mulai terisak memohon untuk diturunkan.
"Udahlah Ga, kalo tuh cewe beneran jatuh habis lo!" ujar Reno memperingati.
"Tuh sampe nangis gak kasihan apa lo?" Deni melihat Iva yang terisak.
"Lo kasihan sama nih cewe, dia aja gak kasihan sama gw ngapain gw harus kasihan sama dia!" ujar Ega tajam.
"Gw bener-bener gak sengaja hikss, " Iva nangis.
Melihat gadis itu yang nangis membuat Ega membuang nafas kasar dan mulai menurunkan Iva dengan sedikit kasar.
Iva mengelus dada merasa bersyukur masih di beri keselamatan setelah tergantung di pinggir tembok.
"Kenapa? Mulai heppy karna gak jadi jatuh?" Ega dengan ucapan kasarnya.
Iva hanya diem tidak menjawab sedikit pun dia masih mencemaskan kondisinya selama masih berada dekat dengan cowok tersebut.
"Lo pikir lo bisa lolos dari gw?" ujar Ega menarik paksa lengan Iva membuat jarak mereka lebih dekat.
"Kembaliin mata gw seperti semula!" teriak Ega tepat di wajah Iva membuat dirinya kaget.
Iva bingung dengan ucapan cowok itu yang tidak masuk akal. "Kan matanya tidak bisa dirubah atau di ganti trus...?"
"Lo gak liat mata gw merah hah, tuli lo, " bentak Ega kasar.
"Buta kali, " Iva membenarkan ucapan Ega yang keliru.
"Suka-suka gw, benerin, " Ega membungkuk mendekatkan wajahnya ke Iva membuat nafas mereka saling terasa dan mata yang saling bertemu hanya dengan jarak sejengkal jari.
"Gak usah deket-deket juga, " Iva mendorong tubuh Ega ke belakang.
"Lo pikir gw mau deket-deket sama lo ini juga terpaksa, cepetan sembuhin, " Ega mendekatkan wajahnya kembali dan masih tidak mendapat respon dari gadis itu.
"Tangan gw gatel buat lempar lo dari lantai du...?"
"Gw sembuhin tapi caranya bagaimana? Gw bukan dokter lagian tuh mata sampe merah gitu mending ke UKS deh!" Iva memberi sebuah arahan kepada Ega agar melupakan kekesalannya.
Ega memberikan tatapan maut kepada Iva membuat gadis itu langsung meniup mata coklat milik Ega dengan terpaksa.
"Melek jangan merem!" ujar Iva memegang pinggir mata Ega agar tiupannya tidak sia-sia.
"Nafas lo bau, " ucap Ega asal.
"Harum tahu, " jawab Iva membantah.
Tanpa mereka sadari ada guru yang menyaksikan peristiwa tersebut serta Evi dan Fani yang baru saja datang ketika selesai dari perpustakaan untuk mengembalikan buku paket.
Ega menatap wajah Iva hening untuk sesaat dan langsung mengadu kesakitan ingin mengucek mata tapi di cegah oleh Iva dan gadis itu meminjit pelan di area mata agar rasa sakitnya mereda.
"Jangan dikucek nanti malah tambah parah!" ujar Iva memberi arahan.
Ega mulai tidak kuat dan menegakkan tubuhnya kembali sambil mengucek matanya.
"Dibilangin jangan dikucek, " ujar Iva karena Ega bandel.
"Ditiupin sama lo bukannya sembuh malah tambah parah tahu!" sanggah Ega dibuat kesal oleh matanya sendiri.
"Mending ke UKS sekarang biar di obatin dan istirahat dulu di sana sampe beneran sembuh!" suruh guru meminta Ega untuk ke UKS.
"Anterin temen kalian tuh ke UKS!" ujar guru lain yang langsung dituruti oleh Reno maupun Deni.
"Gw gak sampe buta kan ya?" ujar Ega masih sibuk dengan matanya sambil berjalan pelan ke UKS.
"Kalo lo kucek terus buta beneran mau?" Reno dengan asal membuat Ega syok.
"Gw buang lo ke jurang baru tahu rasa lo, " ucap Ega kasar.
"Buang sana gw gak takut" balas Reno.
Ega tidak ingin menjawab tubuhnya merasa lemas dan tiba-tiba ambruk di dekapan Deni.
Mereka yang melihat Ega pingsan langsung panik dan guru segera meminta temennya untuk membawanya ke UKS sambil memberikan pertolongan pertama.
Iva merasa bersalah saat melihat cowok itu dibopong lemas menuju UKS dan karenanya dia jadi pingsan karena gak kuat merasakan perih di mata kirinya.
Evi mendekat dan bertanya ke Iva tentang peristiwa yang baru aja dia liat.
"Itu mata Ega kenapa Va?" tanya Evi.
"Panjang ceritanya?" Iva langsung pergi masih merasa bersalah kepada Ega sebelum tahu keadaannya.
See you
