Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

8. Maaf Kelvin

"Aku rela mempermalukan diriku sendiri hanya untuk mendapatkan perhatianmu..

Bukan untuk mengemis cinta,

Hanya untuk membuktikan, bahwa aku benar-benar cinta.."

Pagi ini Kelvin berada di kelasnya bersama Dio. Cowok itu terlihat sibuk dengan ponselnya yang ia genggam di tangan. Berbeda dengan Dio yang sibuk mengerjakan tugas bu Lasmi yang akan di kumpulkan di jam pertama.

Ellen berlari masuk ke ruang kelas Kelvin di temani Cala yang menunggu di luar. Ellen tersenyum melihat Kelvin di pagi hari dengan wajah segar khas cowok  itu.

Kelvin masih belom menyadari kedatangan Ellen yang tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Ellen berdiri sambil tersenyum melihat ke arah Kelvin. Kelvin akhirnya pun sadar kemudian menatap ke arah gadis cantik yang  sudah ada di depan matanya.

"Selamat Pagi Kelvin.." katanya dengan senyum manis yang membuat matanya terbenam pipi gembul.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Kelvin yang jujur saja ia sedikit terkejut dengan kehadiran Ellen.

Dio menghentikan aktivitasnya. Cowok itu beralih pandang ke arah Ellen yang berdiri di hadapan mereka. Gadis aneh, pikir Dio. Cantik, tapi aneh.

"Waaah.." gumam Dio menyadari betapa cantiknya gadis di hadapan mereka saat ini.

"Ellen mau kasih ini buat Kelvin," kata Ellen lagi sambil mengulurkan kotak makan berwarna biru muda.

Kelvin mengangkat sebelah alisnya kemudian menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

"Gue udah bilang. Gue nggak butuh." Tegasnya sekali lagi.

Ellen mengigit bibir bawahnya. Sedikit kecewa dengan jawaban Kelvin yang lagi-lagi menolak sarapan pemberiannya.

"Tapi, Ellen udah buatin ini buat Kelvin.."

"Gue nggak nyuruh!"

"Tapi, kan Ellen pengen Kelvin nggak lewatin sarapan pagi.."

"Bukan urusan lo!"ketus Kelvin kemudian membuang pandangannya ke arah ponsel lagi.

"Ellen pengen Kelvin terima ini.." lanjut Ellen dengan suara lirihnya.

Dio menatab iba ke arah Ellen, entah gadis keberapa yang sudah di tolak mentah mentah oleh temannya  sebangku ini.

"Gue nggak mau!"

"Kelvin.." panggil Ellen lagi.

"Apasih! Lebih baik lo pergi sana!Jangan maksa!" Perintah Kelvin dengan intonasi tinggi menbuat Ellen terkejut mendengarnya.

"Maaf Kelvin," kata Ellen kemudian membalikan tubuhnya meninggalkan Kelvin yang masih mendengus kesal.

Dio melihat ke arah Ellen yang pergi keluar dari kelas mereka di iringi tatapan-tatapan aneh dari teman teman Dio dan Kelvin.

Kelvin kembali acuh, seolah tidak terjadi apa- apa. Cowok itu memilih untuk kembali memainkan ponselnya. Dio menggelengkan kepalanya melihat sikap Kelvin yang kasar pada Ellen barusan.

"Kalo lo kasian. Kejar aja sana," kata Kelvin ke arah Dio tanpa melihat teman di sebelahnya itu.

Dio menggelengkan kepalanya kemudian bangkit dari duduknya dan benar-benar pergi mengejar Ellen yang sudah berjalan keluar.

Cala tersenyum saat matanya melihat Ellen yang sudah berada di hadapannya. Ellen yang melihat senyuman sahabatnya itu reflek ikut tersenyum.

"Gimana, Ell?"

Ellen menggelengkan kepalanya tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya. Cala menatap heran ke arah sahabatnya yang sama sekali tidak terlihat kecewa ataupun sedih.

"Terus kenapa lo masih senyum?"

"Karna Ellen nggak papa," kata Ellen kemudian menghela napasnya.

"Di tolak lagi ya?"

Ellen menganggukan kepalanya.

"Sabar ya, Ell. Gue yakin kok, besok pasti dia mau terima pemberian lo.."

Ellen menganggukan kepalanya kemudian bergumam."Semoga,"

Ellen dan Cala berbalik, berniat pergi dan kembali ke kelas mereka yang berada di lantai dua. Namun, seseorang menghentikan niat mereka untuk pergi. Ellen dan Cala kembali berbalik melihat Dio yang berjalan mendekat.

"Hay.." kata Dio setelah sampai di hadapan Ellen dan Cala.

Cala melihat sekilas ke arah Ellen dengan tatapan bingung dan penuh tanya. Dia tau, ini adalah Dio teman kecil Kelvin. Tapi, untuk apa Dio mengejar mereka?

"Gue temennya Kelvin.." sambung cowok itu dengan senyum ramah.

Cala menganggukan kepalanya paham dengan satu tarikan napas lega.

"Iyah. Salam kenal ya, aku Ellen.." kata Ellen yang membalasnya dengan ramah.

"Dan gue Cala. Lo mungkin udah kenal gue," lanjut Cala menperkenalkan diri mereka.

"Kalian berdua cantik.."

"Eh bukan..maksud gue itu soal Kelvin," kata Dio mengubah arah pembicaraanya sendiri.

"Maafin dia ya..Dia emang anaknya kayak gitu," katanya lagi mengarah ke Ellen.

Ellen menganggukan kepalanya dengan senyum tipis yang menghias sudut bibirnya. Agak perih, luka kemarin juga ia biarkan saja supaya sembuh dan kering.

"By the way, lo suka sama Kelvin?"

Ellen menganggukan kepalanya antusias ke arah Dio yang memberinya pertanyaan.

"Gue cuma mau bilang. Kalau lo bener bener suka sama dia, taklukin sifat kaku dia. Karna banyak secret admirer yang udah nyerah sama sikap Kelvin.." jelas Dio.

Ellen mengerutkan keningnya kemudian bertanya,"Secret admirer Kelvin?"

"Iya," jawab Dio sambil menganggukan kepalanya.

"Nggak cuma Ellen doang dong?" Tanya Cala memastikan.

Dio pun menggelengkan kepalanya.

"Lo tau sendiri kan sebenernya itu anak tampangnya ganteng, nggak minimalis kayak gue. Walaupun kelakuan dia kayak gitu, banyak cewek yang lihat wajah dia aja langsung suka.." jelas Dio lagi.

"Tapi, Ellen suka Kelvin bukan karena wajah.."

"Eh maaf, maksud gue bukan gitu. Gue ngomongin cewek-cewek yang rata- rata suka Kelvin..Tapi, mereka nggak kuat sama sikap Kelvin dan akhirnya milih nyerah."

Ellen menganggukan kepalanya dalam-dalam. Cala melirik sekilas ke arah sahabatnya kemudian menghela napas.

"Yaudah ya. Gue sama Ellen balik kelas dulu,"

Dio menganggukan kepalanya ke arah Cala.

"Btw temen lo baru pindahan ya?" Tanya Dio sekali lagi yang di angguki Cala.

"Yaudah ya Dio. Cala sama Ellen permisi," pamit Ellen kemudian mereka berdua pergi dari depan kelas 12 IPS.

Dio menghela napas panjangnya menatap punggung dua gadis yang sudah menjauh darinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel