6. Semua cewek sama aja
"Pergilah sejauh langkahmu, tugasku hanya menanti dan menunggu.
Soal hatiku, jangan pikirkan itu.
Aku bisa mengatasinya tanpa semua orang tau.."
Kelvin berjalan tertatih dengan sisa tenaganya ke arah trotoar jalan dimana motor ninja hitam miliknya terparkir di sana. Ellen membantu Kelvin berjalan karna cowok itu yang mendadak sempoyongan setelah kepergian mereka meninggalkan tempat tadi.
"Kelvin nggak papa?" Tanya Ellen khawatir dengan keadaan Kelvin yang penuh luka lebam di wajahnya.
Kelvin menyeka sudut bibirnya yang perih karna sedikit sobek di bagian itu. Matanya memejam merasakan sudut bibirnya yang berdenyut perih dan sakit.
"Ellen anter Kelvin ke Dokter ya.." kata Ellen dengan tulus.
Kelvin diam, tidak menjawab pertanyaan Ellen. Cowok itu malah sibuk membersihkan noda di bagian celana abu-abu miliknya yang sudah banyak sobekan di sana.
"Kelvin..Luka-luka di wajah Kelvin parah. Lukanya harus cepet-cepet di obatin," kata Ellen sambil berjongkok di hadapan Kelvin.
Kelvin melihat ke arah gadis di hadapannya yang bibirnya robek karna pukulan keras dari salah satu musuhnya tadi.
"Lo urus diri lo sendiri," kata Kelvin datar kemudian membuang muka dari Ellen.
"Ellen nggak papa. Kelvin yang kenapa-napa.." kata Ellen khawatir.
"Gue nggak papa. Udah biasa," jawab Kelvin acuh.
"Ellen takut nanti luka Kelvin jadi infeksi. Sekarang Kelvin ikut ke rumah Ellen ya.."
"Nggak!" Jawab Kelvin ketus kemudian bangkit dari duduknya.
Ellen mengikuti langkah Kelvin yang berjalan meninggalkannya dan pergi ke arah motor milik cowok itu. Ellen tidak putus asa, niatnya baik. Dan menurutnya itu tidak salah. Ellen harus membantu Kelvin.
"Kelvin,"
"Kelvin," panggil Ellen yang sama sekali tidak di respon oleh Kelvin.
Ellen menghela napasnya. Tangannya terulur menyentuh luka di sudut bibirnya sendiri yang terasa sangat perih. Namun, wajahnya tersenyum kecil saat pikirannya kembali memutar kejadian beberapa menit yang lalu dimana Kelvin memeluk pinggangnya, di tambah pengakuan Kelvin yang menganggapnya sebagai pacar di depan orang-orang tadi.
Ellen membuka mulutnya ingin sekali lagi memanggil Kelvin yang memasang helm full face di kepala. Namun, tiba-tiba Kelvin membalikkan tubuhnya ke arah Ellen membuat gadis itu mengurungkan niatnya.
"Oh ya. Soal tadi. Lupain."
Menarik napas panjang. Kesal dengan perintah cowok dingin di hadapannya yang selalu saja memberikan pernyataan yang harus di turuti. Bukannya membiarkan hatinya merasa senang sebentar, lagi-lagi Kelvin bersikap seperti itu.
"Tapi, tadi Kelvin ngaku jadi pacar Ellen?" Tanya Ellen lagi.
Kelvin menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Melihat ke arah Ellen yang masih mematung di hadapannya.
"Lo? Pacar gue? tau diri!" Katanya kemudian bergegas naik ke atas motor hitam miliknya.
Dengan mata membulat gadis itu ingin sekali melayangkan protes kepada Kelvin. Namun, karena takut akhirnya niat itu ter urungkan. Gadis itu hanya menggigit bibir bawahnya yang terasa perih. Hatinya sakit, mendengar ucapan Kelvin kali ini. Entah kenapa, biasanya juga begini. Kelvin menolaknya, tapi rasanya tidak sesakit ini.
"Kelvin," panggil Ellen sambil memegang jok belakang motor Kelvin saat cowok itu sudah menghidupkan motornya.
"Apasih!"
"Ellen suka Kelvin!"
Mendengar kalimat itu membuat Kelvin memutar kepalanya ke arah Ellen yang masih melihat ke arahnya. Cowok itu dengan pandai mengubah ekspresi terkejut menjadi ekspresi datar seolah tidak mendengar apa- apa.
Berbeda dengan Ellen yang merutuki kebodohannya sendiri karna mulutnya yang sembarangan mengeluarkan kalimat yang selama ini selalu ia kunci rapat- rapat. Ellen takut, Kelvin akan lebih menghindarinya setelah tau fakta bahwa gadis itu menyukai dia.
Kelvin kembali menghadap ke depan. Seolah tidak perduli dengan ucapan Ellen, gadis cantik yang baru saja mengutarakan perasaannya. Dengan segera Kelvin melajukan motornya meninggalkan Ellen yang menundukan kepalanya. Menyesal, karena kalimat itu berhasil keluar dari mulutnya.
"Ellen sayang Kelvin..Maaf karena Ellen bilang ini. Tapi, Ellen suka Kelvin. Ellen jujur," gumamnya sambil menghela napas panjang.
Langit semakin gelap. Saat kumandang Adzan Magrib bergema di tengah kota Jakarta.
Ellen melanjutkan langkahnya, meninggalkan tempat sebelumnya dan bergegas pulang sebelum langit terlalu petang.
Kakinya melangkah di trotoar dengan pandangan lurus kedepan. Rasanya sangat lelah. Pikirannya memutar semuanya, kejadian hari ini benar- benar diluar dugaannya. Bahagia, sedih, kecewa semua bercampur jadi satu.
Ellen tersadar dari lamunannya saat sebuah mobil putih berhenti di belakangnya. Seseorang dengan pakaian kerennya keluar dari mobil dan segera menghampiri sang adik yang akhirnya ia temukan.
"Ellen.." panggil Elvan saat adik perempuannya melihat ke arahnya.
Ellen tersenyum mana kala kakak tertuanya berada di hadapannya. Kali ini, Ellen selamat karna tidak ditakdirkan untuk jalan kaki pulang.
"Kamu dari mana aja sih? Kakak khawatir sama kamu. Lain kali kalau pulang Sekolah ya harus pulang!" Kata Elvan sambil memegang kedua bahu adiknya.
Ellen tersenyum memperlihatkan deretan giginya ke arah sang kakak yang nampak sangat khawatir. Ellen menggelengkan kepalanya kemudian berkata, "Ellen nggak papa kakak."
Elvan mengerutkan keningnya, menyadari sesuatu yang berbeda dari wajah cantik adiknya.
"Tunggu.."
Ellen menyadari luka di sudut bibirnya. Dan dasinya yang penuh bercak darah karna hidungnya tadi terkena pukulan. Ellen gugub, gadis itu ketakutan sekaligus bingung harus menjawab apa pertanyaan kakak tertuanya ini.
"Kamu habis apa? Astaga Ellen wajah kamu kenapa? Ini kenapa bisa luka, bisa berdarah begini?" Tanya Elvan sambil memegang wajah Ellen, memastikan luka di wajah adiknya itu.
"Ish kakak apasih. Ini luka kecil doang.." elak Ellen sambil tersenyum kecil menahan rasa perih di sudut bibir.
"Nggak papa apanya? Udah ayo cepet pulang, kakak obatin luka kamu. Tapi, kamu harus jelasin semuanya ke kakak. Siapa yang berani lakuin ini ke kamu," kata Elvan posesif ke arah Ellen kemudian memeluk bahu Ellen menuntun adiknya untuk masuk kedalam mobil.
Dan saat itu pula, seorang tersenyum miring dibalik helm full facenya setelah melihat kejadian di seberang jalan. Niatnya terurungkan, cowok itu merutuki kebodohannya karna berputar arah untuk kembali ke tempat tadi, namun nyatanya tujuannya sudah pergi.
"Dasar..Semua cewek sama aja," gumamnya kemudian kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
