5. Dingin
"Aku rela menjadi korban asal tujuanku untuk melindungimu."
Ellen berjalan menyusuri trotoar dengan wajah yang tertunduk. Ellen menghitung langkah kakinya sendiri sejak kepergiannya dari makam Mamanya.
Ellen berniat pulang dengan jalan kaki sore ini. Karena, dompetnya yang ketinggalan di rumah. Dan Ellen hanya membawa beberapa uang yang sudah habis untuk membayar taxi tadi. Sungguh, nasib buruk sedang menimpanya. Mau tidak mau Ellen harus jalan Kaki.
"Ponsel Ellen mati lagi, nanti kalau kak Elvan ngomel- ngomel gimana..Huftt.." gerutu Ellen tanpa mengangkat wajahnya sedikitpun.
Ellen terus berjalan hingga gadis itu tidak sengaja mendengarkan kegaduhan di gang sempit yang ia lewati.
"Hah keroyokan.." gumam Ellen sendiri takut melihat kejadian di gang yang melibatkan perkelahian antar beberapa pelajar.
Ellen bergidik takut. Gadis itu memilih untuk segera bergegas pergi dari sana. Namun, tunggu..
Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Ellen melangkahkan kakinya lagi ke belakang. Memastikan kebenaran tentang dugaan dan firasatnya.
Dan benar saja, Ellen membulatkan matanya saat menyadari siapa yang sedang berkelahi di sana.
"Kelviin," panggil Ellen sambil berlari ke arah Kelvin yang sibuk menghalau pukulan dari beberapa orang dengan seragam Sekolah yang berbeda.
Kelvin menoleh ke arah Ellen yang berlari ke arahnya. Di ikuti tiga orang cowok yang juga menghentikan aksinya menatap ke arah gadis cantik yang berjalan semakin mendekati mereka.
Dengan kesempatan itu, Kelvin segera memukul rahang salah satu cowok di hadapannya. Kakinya juga menendang kedua tubuh cowok yang lainnya. Hingga mereka bertiga jatuh tersungkur di tanah.
Kelvin berlari ke arah Ellen. Kemudian memeluk gadis itu dengan napas yang tak beraturan. Kelvin menyembunyikan tubuh Ellen dengan tangan kanannya untuk menutupi Ellen dari tiga cowok di hadapan mereka.
"Brengsek lo! Dasar pecundang!" Kata salah satu cowok yang sudah bangkit berdiri.
Kelvin memeluk Ellen dengan senyum kecut di wajahnya, Kelvin menatap ke arah tiga cowok tadi dengan tatapan yang sangat mengintimidasi. Tidak ada rasa takut di dadanya untuk menghadapi mereka. Kelvin hanya takut, gadis dalam pelukannya ini terluka.
"Gue nggak akan ngebiarin lo ngehina temen-temen gue lagi!" Kata Kelvin penuh penekanan.
"Temen lo? sejak kapan lo punya temen hah? Mereka cuma manfaatin ketenaran lo sebagai ketua geng motor. Mereka cuma manfaatin lo karna lo jago bela diri!" Lanjut cowok tadi dengan senyum meremehkan ke arah Kelvin.
Jantung Ellen berdegub kencang dengan posisi ini. Meskipun seragam Sekolah yang di pakai Kelvin basah dengan keringat. Ellen tidak peduli. Baginya ini sangat membuat hatinya bersorak kegirangan.
"Jaga ucapan lo!" jawab Kelvin dengan rahang yang mengeras.
"Dan mereka salah! Mereka salah udah percaya sama cowok pecundang kayak lo, yang beraninya sembunyi di balik wanita cantik!"
Kelvin mengepalkan tangannya kuat- kuat. Rahangnya mengetat. Matanya menatap tajam ke arah tiga cowok di hadapannya yang sudah bermuka lebam.
"Brengsek!" Kata Kelvin kemudian kembali membabi buta tiga orang tadi dengan kemampuannya.
Ellen menggit bibir bawahnya takut dengan perkelahian ini. Ellen tidak ingin Kelvin menjadi korban mereka karna Kelvin hanya sendiri dan mereka bertiga. Ellen takut terjadi sesuatu pada Kelvin.
"Stoppp," kata Ellen sambil memaksakan dirinya berdiri di atara mereka.
BUGH
"Aaww.." rintih Ellen saat wajahnya berhasil terkena pukulan salah satu cowok tadi.
Tubuh Ellen ambruk ke belakang saat pandangannya berkunang. Tetesan darah mengalir dari lubang hidungnya. Begitu pula dengan luka robekan di sudut bibirnya.
Kelvin dengan sigap memegang bahu Ellen untuk sedikit menyangga tubuh gadis di hadapannya yang terkulai lemah. Bukan hanya Kelvin, namun ketiga cowok tadi terkejut karna mereka salah sasaran. Dan gadis itu menjadi korban.
"Ellen.." panggil Kelvin saat Ellen masih memejamkan matanya menahan pusing.
Ellen mengangkat tangannya sambil membuka mata perlahan. Matanya menatap ke arah tiga cowok di hadapannya yang masih melihat kaget ke arah Ellen.
"Jangan sakitin Kelvin! Kalo kalian mau pukul Kelvin, pukul aja Ellen!" Kata Ellen lantang meskipun kepalanya masih terasa pusing.
"Oh jadi ini. Wonder Woman nya seorang Kelvin? Wanita cantik kayak dia yang jadi pelindung lo.." kata salah satu cowok itu ke arah Kelvin.
"Udah sayang..sama aku aja okey? Aku lebih bisa bayar kamu mahal dibandingkan cowok brengsek itu.." lanjut cowok tadi dengan tatapan yang membuat Ellen bergidik jijik.
Ellen reflek menyilangkan kedua tangannya di depan dada karna merasa jijik dan takut. Darah segar tidak berhenti keluar dari hidung dan sudut bibirnya.
"Brengsek lo!"
Sekali lagi, dengan sekali pukulan Kelvin berhasil memukul rahang cowok tadi yang sudah merendahkan gadis di hadapannya.
"Lo nggak terima?" Tanya salah satu dari mereka tanpa rasa kapok.
"Siapa dia buat lo? Perempuan mainan lo kan?" Lanjut cowok itu ke arah Kelvin.
Kelvin mengangkat sebelah sudut bibirnya yang juga penuh luka lebam. Kemudian kakinya melangkah mensejajarkan posisinya dengan Ellen. Tangan kanannya terulur memeluk pinggang Ellen posesif.
Ellen terkejut, gadis itu mengangkat wajahnya ke arah Kelvin yang tiba -tiba saja memeluknya dari samping.
Kelvin menarik tubuh Ellen dan mendekatkan tubuh gadis itu ke arah dada bidang miliknya.
"Dia pacar gue! Dia lebih berharga dari perempuan mainan gue! Jaga ucapan lo! Jangan pernah hina dia di depan gue! Atau gue bakar mulut lo!" Lanjut Kelvin dengan tatapan tenangnya yang mengintimidasi.
"Cih! Gue nggak percaya cewek secantik dia mau sama cowok Brengsek kayak lo!"
Kelvin tertawa hambar mendengarkan ejekan dari cowok yang mengaku sebagai musuhnya itu.
"Gue nggak percaya bakalan ada cewek yang mau sama cowok tolol kayak lo!" Jawab Kelvin kemudian menepuk bahu cowok tadi dan berbalik untuk pergi dengan tangan yang masih memeluk pinggang Ellen posesif.
"Mau kemana lo!"
"Gue mau nganterin cewek gue!"
"Urusan kita belom selesai!" Katanya tidak terima.
"Oh ya? Urusin aja sendiri, gue anggep udah selesai!" Jawab Kelvin tanpa membalikan tubuhnya.
"Gue masih nggak terima!"
Kelvin berhenti dari jalannya. Cowok itu melepaskan pelukannya pada pinggang Ellen. Kemudian menatap ke arah tiga orang yang berdiri mematung di sana.
"Terserah. Gue nggak peduli. Yang jelas, gue tunggu lo tanggung jawab sama kerusakan motor temen gue. Atau gue bakal seret lo ke kantor polisi!"katanya mantap sambil membalikan tubuhnya dan melanjutkan jalannya.
