4. Cala (2)
"Baik buruknya orang nggak selalu di lihat dari penampilan.Jangan nilai dari luar, sok atuh kenalan :)"
Happy Reading
"Haaaah? Demi apa Cala?" Tanya Ellen tak percaya mendengar penjelasan dari sahabatnya.
Saat ini mereka berdua berada di kantin untuk sekedar memuaskan rasa lapar di siang hari seperti ini.
Ellen yang tadinya sedang menikmati jus Jeruk di hadapannya mendadak terkejut mendengar cerita dari Cala.
"Iya, dia itu udah nggak punya orang tua lagi.." lanjutnya mengulang penjelasannya lagi.
"Kasian banget Kelvin,"
"Dari kecil, orang tua dia meninggal karna kecelakaan. Kelvin hidup sendiri,"
"Kelvin nggak punya saudara?" Tanya Ellen dengan wajah seriusnga.
Cala menganggukan kepalanya sambil meminum jus melon di hadapannya.
"Punya. Kelvin masih punya tante. Dan itu satu satunya keluarga dia di sini. Tapi, Kelvin nggak pernah mau pulang ke rumah tantenya itu."
"Terus Kelvin tinggal di mana Cala?" Tanya Ellen penasaran.
Cala menggelengkan kepalanya sambil mengedikan bahunya sendiri.
"Gue nggak tau. Nggak ada yang tau, makannya dia jadi anak berandalan, suka tawuran dan ikut geng motor.." lanjut Cala lagi.
Ellen menyangga wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya yang bersandar pada meja kantin.
"Kelvin hidupnya gimana kalau dia sendirian?"
"Orang tuanya dulu kaya.Kelvin masih dapet harta warisan mungkin, sebenernya rumah lama Kelvin masih ada tapi Kelvin nggak mau pulang ke sana. Rumah itu yang nempatin cuma asisten rumah tangga yang dulu sering ngasuh Kelvin kecil.."
"Kasian Kelvin,"
"Gue pas denger cerita itu juga agak kaget sih. Taunya Kelvin punya masalah hidup yang besar,"
Ellen menganggukan kepalanya menyetujui ucapan sahabatnya.
"Kelvin anak tunggal?"
"Iya..dulu Kelvin selalu di asuh sama pembantu. Karna Mama Papa nya yang selalu sibuk kerja ke luar kota dan jarang pulang. Sampai akhirnya Kelvin dapet kabar orang tuanya meninggal karna kecelakaan. Mulai dari itu Kelvin berubah jadi orang yang kaku dan nggak tau aturan,"
Ellen menganggukan kepalanya lagi mendengar penjelasan dari Cala.
"Cala tau dari mana?" Tanya Ellen penasaran.
"Gue tau, dari temen sekelas Kelvin..Namanya Dio, dia pernah jadi temen Kelvin waktu mereka SD."
Ellen menghela napasnya kemudian menangkup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya sendiri.
"Ellen kasian sama Kelvin,"
Cala menepuk bahu Ellen di hadapannya mencoba memahami posisi sahabatnya itu.
"Lo yakin sama perasaan lo setelah lo tau asal-usul Kelvin?"
Ellen membuka tangannya kemudian menatap ke arah Cala yang menatapnya dengan penuh selidik.
"Ellen tetep yakin Cala. Ellen sayang sama Kevin,"
Cala menganggukan kepalanya kemudian tersenyum ke arah Ellen.
"Perjuangin cinta lo. Soal cinta gue nggak bisa bantu banyak. Ellen, taklukin sisi bekunya Kelvin dengan kelembutan yang lo punya.."
Ellen mencoba mencerna kata kata Cala barusan. Setelah paham dengan ucapan sang sahabat, akhirnya Ellen pun menganggukan kepalanya antusias.
"Ellen bakal berjuang buat cinta Ellen ke Kelvin. Ellen bakal buat Kelvin suka sama Ellen," kata Ellen semangat.
Cala tertawa melihat keluguan sahabatnya itu. Dari dulu hingga sekarang Ellen selalu seperti ini. Mungkin karna dulu ia terlalu sering di sakiti, jadi membuatnya pandai menutupi segala permasalahan di dalam dirinya dengan senyum keceriaan.
"Semangat Ellen," kata Cala dengan tangan yang mengepal di udara.
"Pasti..Ellen semangat!" Jawab Ellen yang ikut mengangkat tangannya.
Sepulang Sekolah Ellen pergi terlebih dahulu menghindari ajakan Cala yang akan mengantarnya pulang. Hari ini, Elvan kakak Ellen tidak bisa menjemputnya karna urusan tugas kuliah yang menunpuk.
Ellen pergi dengan taxi yang mengantarnya ke sebuah tempat yang sejak lama ia rindukan. Dan tempat dimana Ellen dapat menceritakan segala keluh kesahnya. Tentang hidup keras di dunia ini tanpa kehadiran seorang ibu di sisinya.
Dua puluh menit menempuh perjalanan dari sekolahnya ke tempat ini. Ellen akhirnya berjalan menyusuri taman penuh keheningan. Dimana banyak orang orang yang terlelap abadi di dalamnya.
Ellen berjalan mencari tempat yang sangat ia kenali. Tempat dimana ibunya di istirahatkan untuk yang terakhir kalinya.
Ellen tersenyum saat langkah kakinya membawanya ke sebuah batu nisan berwarna hitam bertuliskan Ellina yang sudah berumur enam tahun di tempat ini.
"Mama," panggil Ellen sambil berjongkok mendekat ke arah kuburan mamanya.
"Ellen kangen mama.." lanjutnya dengan senyum di wajah cantiknya.
"Mama..
Untuk pertama kalinya Ellen bisa ngerasain jatuh cinta. Jatuh cinta sama cowok yang Ellen anggap sepesial dan beda dari cowok lain. Mama tau? Untuk pertama kalinya juga, rasa sayang yang Ellen rasain berbeda dari rasa sayang Ellen ke Mama, kak Elvan, kak Elno, dan Papa," kata Ellen lagi sambil memandang batu nisan bertuliskan nama mamanya.
Ellen tersenyum menceritakan Kelvin di hadapan mamanya. Ellen menceritakan segalanya tentang Kelvin selama beberapa hari ini ia kenal, dan sebesar apa gadis itu mencintai Kelvin meskipun belom lama mereka saling mengenal.
"Ellen juga nggak tau kenapa Ellen suka sama Kelvin Mama. Kita ngobrol baik aja nggak pernah, kenal juga baru beberapa kali ketemu. Tapi, cinta itu emang hebat ya Mama..Ellen bisa naruh hati Ellen ke cowok seperti Kelvin.."
"Mama.. Ellen nggak tau apa pilihan Ellen ini bener. Ellen nggak tau kalo seandainya nanti Ellen salah jalan dan salah ngambil keputusan, Ellen udah nggak bisa lagi tanya pendapat Mama..Ellen kangen Mama. Pengen ceritain semua masalah Ellen di pelukan Mama, seperti yang di lakukan temen-temen Ellen. Mereka selalu cerita tentang Mamanya..dan Ellen cuma bisa berdoa,"
Ellen menundukan wajahnya saat ia mengingat sesuatu yang lupa ia bawa saat datang berkunjung ke makam Mamanya.
"Mama..maaf, kali ini Ellen lupa bawa bunga Mawar putih untuk Mama. Ellen tadi buru-buru kesini karna Ellen pengen cepet cepet cerita ke Mama soal Kelvin..Ellen bakal datang lagi besok dan bawa bunga Mawar putih kesukaan Mama ya.." lanjut gadis itu kemudian bangkit berdiri.
(Mawar putih: simbul penghormatan)
"Ellen harus pulang, Ma. Ellen takut kak Elvan nanti marah marah. Mama tau sendiri kan kak Elvan posesif sama Ellen. Oh ya mama, Kak Elno udah nggak sedingin dulu lagi. Sekarang dia mau ngobrol sama Ellen dan kak Elvan. Ellen pulang ya Mama. Mama harus tenang disana okey..Ellen sayang Mama," katannya kemudian berlalu dari makam mamanya.
