Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3. Sekolah

"Percayalah..

Aku sering mengecewakan banyak hati hanya untukmu yang sama sekali tidak memperdulikanku.."

"Kelviiin," panggil Ellen setengah berteriak saat matanya tak sengaja melihat Kelvin yang berjalan ke arah ruang kelas cowok itu.

Ellen berlari mengejar Kelvin yang bersikap acuh padanya. Ellen tidak peduli dengan tatapan-tatapan sengit dari orang yang ia lewati.

"Kelvin, tunggu Ellen.." kata Ellen dengan nafas tersenggal-senggal.

Kelvin berhenti dari langkahnya membuat Ellen yang tidak siap akhirnya berhasil menabrak punggung Kelvin. Ellen terjatuh di lantai saat tubuhnya sendiri terpental dari benturan mereka.

"Aawww..." kata Ellen yang berhasil mendaratkan pantanya dengan kasar di lantai lorong Sekolah.

Kelvin memutar tubuhnya. Kemudian melihat ke arah Ellen yang masih mengaduh karna rasa sakit di pantatnya.

"Kelvin," kata Ellen saat menyadari tatapan mata Kelvin yang tertuju padanya. Ellen segera bangkit berdiri mensejajarkan posisinya dengan Kelvin.

Kelvin mengangkat sebelah alisnya sambil menatap datar ke arah Ellen yang tersenyum ke arahnya.

Ellen mengeluarkan sesuatu dari dalam tas pink miliknya kemudian memberikannya kepada Kelvin. Ellen mengulurkan sekotak bekal makanan ke arah Kelvin. Bukannya segera di terima, Kelvin malah semakin menatap Ellen dengan tatapan penuh tanya.

"Ini untuk Kelvin," kata Ellen dengan senyum manisnya.

"Nggak perlu," jawab Kelvin dingin.

"Tapi, Ellen udah bikinin ini untuk Kelvin.."

Kelvin tersenyum miring sambil membuang pandangannya ke arah samping. Tidak memperdulikan uluran tangan Ellen yang masih berada di hadapannya.

"Gue nggak butuh," jawab Kelvin kemudian membalikan tubuhnya acuh.

Ellen tak habis akal. Gadis itu kembali mengikuti Kelvin dari belakang sambil beberapa kali memanggil nama cowok itu lagi dan lagi.

"Kalvin,"

"Kelvin,"

Ellen tidak perduli ketika tatapan aneh dari siswa yang ia lewati mengarah ke arahnya. Ellen terus berusaha mengejar Kelvin yang semakin jauh darinya.

"Kelvin. Tungguin Ellen!" Tegas Ellen kemudian berlari ke arah Kelvin dan menghentikan tubuhnya di hadapan cowok itu.

"Apa lagi sih?!" Geram Kelvin kesal ke arah Ellen.

"Ellen cuma pengen Kelvin terima ini," katanya lagi sambil mengulurkan kotak makan berwana biru tua ke arah Kelvin.

"Gue bilang, gue nggak butuh!"

"Tapi Ellen tau Kelvin pasti belom sarapan. Ellen pengen Kelvin nggak telat makan," jelas Ellen sambil mengangkat wajahnya menatap cowok yang jauh lebih tinggi darinya.

"Bukan urusan lo!" Lanjutnya lagi kemudian pergi meninggalkan Ellen sendiri dengan raut wajah sedih.

"Ellen kan cuma pengen Kelvin nggak sakit karna lewatin sarapan," gumamnya sendiri kemudian membalikan tubuhnya berjalan pergi meninggalkan tempat itu.

Ellen pergi ke kelasnya sendiri dengan raut wajah masam. Dengan kotak makan di tangannya gadis itu berjalan sambil melamun.

Cila yang baru saja datang dari rumah pun menatap aneh ke arah sang sahabat yang sudah bermuka masam di pagi hari seperti ini.

"Ellen."

Ellen terseret dari lamunannya. Kemudian menolehkan kepalanya mencari seseorang yang memanggilnya. Ellen tersenyum saat Cala berjalan ke arahnya sambil menenteng tote bag yang berisi paket buku.

"Cala," kata Ellen sambil membantu Cala membawakan tote bag milik gadis itu.

"Lo kenapa?pagi-pagi udah kucel mukanya?"

Ellen menggelengkan kepalanya sambil tersenyum mencoba menyembunyikan pikirannya yang selalu tertuju pada Kelvin.

"Yakin nggak papa?" Tanya Cala memastikan.

"Iyah, Ellen nggak papa.." jawab Ellen kemudian menaruh tote bag milik Cala ke bangku gadis itu sendiri.

Ellen berjalan ke arah mejanya sendiri yang berada di belakang Cala.

"Eh, Ell.."

Mengangkat wajahnya ke arah Cala yang baru saja memanggilnya. Dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa Cala?"

"Gue udah tau informasi tentang Kelvin," kata Cala membuat Ellen menatapnya dengan antusias.

"Cala serius?" Tanyanya lagi memastikan.

Cala menganggukan kepalanya.

"Cala tau dari mana?"

"Halah, gampang cari informasi tentang Kelvin anak berandalan itu. Hampir seantero Sekolah tau," jelas Cala yang membuat senyum di wajah Ellen pudar.

"Cala jangan bilang gitu. Kelvin bukan anak berandalan," bela Ellen tak terima ketika mendengar nama Kelvin di jelek jelekan oleh sahabatnya sendiri.

"Ya emang kenyataanya begitu, Ell."

"Coba deh Cala bayangin. Seandainya Arsen nya Cala juga Ellen jelek jelekin. Cala terima nggak kalau Ellen bilang Arsen anak berandalan?" Tanya Ellen ke arah Cala membuat gadis itu bungkam seketika.

"Iya kan masalahnya beda, Ell.."

"Iya, tau kok..Arsen nggak berpenampilan buruk kayak Kelvin. Tapi, kita kan juga nggak kenal Kelvin aslinya seperti apa. Mungkin aja itu hanya penampilan luar Kelvin, dan sebenernya Kelvin itu baik.." jelas Ellen lagi.

"Gue nggak bermaksut bandingin Arsen sama Kelvin, maafin gue Ell.." kata Cala dengan nada penyesalannya.

"Cala nggak salah kok, jadi apa yang harus Ellen maafin. Cala mungkin bener, karna Ellen sendiri juga belom tau faktanya seperti apa.."

Cala tersenyum ke arah Ellen. Sahabat yang selalu membuatnya mengenal suatu hal yang baru, sahabat yang selalu mengajarkannya arti sabar, iklas dan mengasihi orang lain. Cala tau, setiap kebaikan yang Ellen lakukan itu semua selalu tulus dari gadis itu.

❤️

7.4.19

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel