Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Cafe

"Mencintaimu bukanlah pilihan untuku..

Mencintaimu adalah kewajiban yang harus aku lakukan..

Bukan..bukan kewajiban, lebih tepatnya tujuan.

Ya, mencintaimu adalah tujuan hidupku yang harus aku capai.

Meskipun sesulit apapun nanti aku akan berusaha mendapatkan tujuanku.."

Sore ini, di Cafe Sunny Story di tengah kota.Ellen duduk bersama Cala, sahabat karibnya sejak kecil. Mereka berdua memesan dua cup Coffe untuk sekedar menemani mereka menikmati Sore dengan tugas yang menumpuk sebagai seorang pelajar.

"Cala," panggil Ellen sambil memainkan sedotan minumannya.

"Hmm?" Tanya Cala yang sibuk mengetik sesuatu pada laptop di hadapannya.

"Cala pernah denger cinta pandangan pertama nggak?"

Cala mengangkat kepalanya menghadap ke arah Ellen yang terlihat melamun menerawang jauh ke depan.

"Pernah, emang kenapa?"

"Cala pernah nggak jatuh cinta sama orang sejak pertama Cala kenal orang itu?" Tanya Ellen lagi.

"Nggak pernah," jawab Cala acuh kemudian kembali fokus pada tugasnya.

"Ihhh Cala. Ellen serius nanya," gerutu Ellen kesal.

"Ya lo tau sendiri gue gonta ganti pacar aja nggak pernah, Ell.Pacar gue satu dan itu itu aja sejak pertama kali pacaran," jelas Cala sambil menyilangkan sebelah kakinya.

"Iya juga ya.." kekeh Ellen.

"Kenapa? Lo suka sama Cowok?" Tanya Cala curiga ke arah Ellen.

Ellen tersenyum dengan pipi berwarna merah muda.Ellen kembali mengingat wajah pria bad boy yang pagi tadi membuatnya jatuh cinta.

"Kalau Ellen bilang Ellen suka sama cowok itu padahal kita baru sekali ketemu, apa Ellen salah ya Cala?" Tanya Ellen dengan wajah seriusnya ke arah sang sahabat.

Cala menyilangkan kedua tangannya kemudian bersender pada senderan bangku.Wajahnya serius menatap ke arah Ellen yang menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Gue emang belom pernah merasakan jatuh cinta pandangan pertama.Tapi, gue percaya teori cinta bisa tumbuh kapan saja," jawab Cala mantap.

Ellen menganggukan kepalanya menyimak ucapan dari Cala.

"Lo suka sama siapa?Jangan jangan lo suka sama temen sekelas kita ya?" Tanya Cala curiga lagi.

Ellen menggelengkan kepalanya tidak setuju dengan pernyataan dari Cala.

"Bukan Cala,"

"Terus siapa?"tanya Cala sambil menyedot minumannya.

"Cala tau nggak anak kelas 12.Namanya Kelvin?"

Cala tersedak mendengarkan jawaban dari sahabatnya yang cantik tapi sedikit kendor otaknya ini.Cala membulatkan matanya ke arah Ellen dengan tatapan penuh tanya.

"Demi apa?Jangan bilang lo suka sama Kelvin?" Tanya Cala memastikan.

Ellen menganggukan kepalanya beberapa kali dengan senyum yang merekah di wajahnya.

"Emang kenapa Cala?"

"Ya Allah.Ampunilah hamba, kok punya temen cantik tapi begonya minta ampun.." kata Cala dramatis sambil menengadahkan tangannya ke atas.

Ellen menatap bingung ke arah Cala yang nampak aneh di hadapannya.

"Kelvin itu cowok ter bad boy di sekolahan Ellen.Dia itu sekolah nggak pernah bener, kerjaannya berantem, keroyokan, geng motor..pokoknya berandalan lah.." jelas Cala sambil memijat pelipisnya sendiri.

"Oh ya? Tapi Kelvin baik banget kok Cala.."

"Dari mana lo tau dia baik?Pasti lo ketemu dia pas di hukum tadi kan?"

Ellen menganggukan kepalanya antusias.

"Heh sayangku Ellen.Lo itu cantik, pakek banget.Banyak yang mau sama lo tapi lo tolak.Lo beruntung karna paras lo itu.Tapi jangan goblok goblok banget dong Ellen.Masa iya lo suka sama Kelvin?" Keta Cala sambil mengacak rambutnya sendiri.

"Kelvin ganteng.." jawab Ellen polos.

"What?" Geram Cala prustasi.

"Iya gue ngaku dia emang ganteng banget.Mirip yang jadi Dillan 1990,1991 aish apasih pokoknya itu.." kata Cala yang membuat Ellen menatapnya bingung.

"Kok Cala jadi bahas film Dillan?" Tanya Ellen heran.

"Eh iya juga.Udah skip.Iya Kelvin ganteng, tapi kelakuannya itu yang bikin dia nggak ganteng," kata Cala lagi sambil membenarkan rambutnya sendiri.

"Pasti Kelvin punya alasan sendiri kenapa dia kayak gitu, Cala."

Cala menatap ke arah Ellen yang menjawab ucapannya dengan wajah yang menunduk.

"Maksut lo?"

"Dulu kak Elvan waktu SMA juga nakal. Tapi, kak Elvan punya alasan kenapa dia kayak gitu. Kak Elvan ngelampiyasin rasa kecewa dia.Emang sih nggak semua orang nggak kayak gitu caranya.Tapi setiap orang juga beda beda,"

Cala menghela napasnya mendengar penjelasan Ellen yang kembali mengingat kejadian enam tahun silam.

"Maafin gue, Ell.Gue nggak bermaksut ngingetin lo sama kejadian itu,"

Ellen mengangkat wajahnya kemudian tersenyum ke atah Cala dengan wajah bersalahnya.

"Ellen nggak papa kok Cala.Ellen udah nggak sedih lagi?"

"Maafin gue tentang pendapat gue soal Kelvin, "

"Iyah Cala.Nggak papa, pandangan orang dan penilaian orang pasti beda beda."

Cala menganggukan kepalanya kemudian berkata."Gue cuma nggak mau, sahabat baik gue sakit hati karna cowok nggak bener."

"Kelvin nggak kayak gitu Cala.Ellen yakin, Kelvin sebenernya orang baik."

"Semoga," kata Cala kemudian tersenyum ke arah Ellen setelah menghela napasnya panjang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel