Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

13. Aku sudah membuktikan

"Aku sudah membuktikannya tanpa kamu sadari.

Aku sudah memperjuangkannya tanpa kamu hargai.

Aku sudah berulang kali mengejarmu tanpa kamu peduli.

Aku juga punya rasa lelah saat semuanya yang aku lakukan tidak pernah ternilai lagi.

Jadi, jangan salahkan aku saat kamu mulai menyadari dan aku sudah pergi."

Ellen menatap motor yang berhenti di sebuah gang sempit. Elvan menghentikan mobilnya di pinggir jalan tanpa mematikan mesin mobil itu.

Ellen terus memusatkan perhatiannya pada Kelvin yang mulai menyopot helm full face miliknya. Sedangkan Elino melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah masam.

Elvan melirik Ellen dari sepion tengah mobilnya. Ellen nampak serius memandangi garak gerik cowok di hadapan mereka.

Saat Kelvin berjalan ke arah gang sempit yang terlihat sepi sambil menenteng beberapa plastik berisi makanan cepat saji yang di beli cowok itu dari Mall tadi. Ellen berniat membuntuti Kelvin dan turun dari mobil yang saat ini ia tumpangi.

"Mau kemana kamu, El?" Tanya Elvan saat sang Adik mulai membuka pintu mobil belakang.

"Ellen mau lihat Kelvin, kak."

Elino menghela napasnya panjang kemudian memutarkan kepalanya ke arah Ellen yang sudah siap turun dari mobil.

"Kelakuan adik lo tuh," kata Elino pada Elvan saat Ellen sudah turun dari mobil. Elvan menoleh ke arah Elino kemudian bergantian melihat ke arah Ellen yang berjalan ke arah gang sempit.

"Gue nggak tau apa yang ada di pikiran dia. Udah jelas dia di tolak kasar sama cowok tadi. Terus apa pentingnya coba kita mbuntutin cowok kayak gitu?" Jelas Elino lagi dengan nada kesal.

"Gue yakin, Ellen pengen cari tau sesuatu. Udah ayok turun," ajak Elvan kemudian ikut turun dari mobilnya.

Elino menghela napasnya lagi. Dengan malas cowok itu ikut turun dari mobil dan berjalan ke arah gang sempit dan kumuh di hadapan mereka.

Ellen berdiri dengan wajah tercengang. Matanya membulat lebar dengan bibir yang mengatup rapat. Langkahnya terhenti seketika saat seseorang yang ia cari berada di hadapannya.

Cowok itu tidak lagi sendiri, dia di kerumuni beberapa anak kecil dengan pakaian kumuh dan kotor. Wajah ceria anak-anak itu menerima beberapa makanan pemberian Kelvin membuat hati Ellen tersentuh.

"Terimakasih, bang Kelvin.."

Kelvin tersenyum kemudian mengusap rambut anak perempuan berbaju koyak itu dengan lembut.

"Di makan ya, di habisin. Kalian harus sehat oke?" Lanjut Kelvin lagi yang di angguki beberapa anak jalanan di sana.

Ellen menundukan kepalanya. Baru kali ini ia melihat senyum dari wajah Kelvin yang sama sekali tidak pernah di keluarkan cowok itu sebelumnya. Ellen melihat senyuman tulus yang tersirat dari wajah tampan Kelvin.

Ellen kembali mengangkat wajahnya. Kelvin terlihat tertawa bersama anak- anak yang masih mengerumuninya.

Di balik sifat berandalan dan dinginnya seorang Kelvin. Terdapat hati yang lembut, yang selama ini tidak banyak orang ketahui. Ellen menemukan sisi lain dari dalam diri Kelvin. Kelvin sebenarnya sangat baik, cowok itu tidak seburuk yang orang- orang fikirkan.

"Bang Kelvin mau ke mana?"

"Abang khusus kesini buat kalian," jawab Kelvin tanpa memudarkan senyumannya.

"Bang Kelvin nggak makan?" tanya salah satu anak laki laki yang terlihat menyantap ayam goreng di tangannya dengan lahap.

Kelvin melihat ke arah anak laki- laki itu dengan senyuman di wajahnya. Ellen tau apa arti senyuman itu, Ellen yakin hati Kelvin menyembunyikan sesuatu.

"Enggak kok, Abang udah makan tadi," jawab Kelvin sambil mengusap lengan anak laki laki yang bertanya padanya.

"Bang Kelvin ayamnya enak,"

"Oh ya? Besok Abang bawain lagi ya. Yang penting kalian harus makan yang kenyang oke? Kalian harus sehat biar bisa terus Sekolah. Jangan males Sekolah lagi ya,"

Anak-anak itu menganggukan kepalanya sambil melahap makanan di tangan mereka.

Ellen memutar tubuhnya. Berniat pergi meninggalkan tempat itu. Namun, saat tubuhnya berbalik. Tidak sengaja Elvan dan Elino datang dengan raut wajah cemas mereka.

Elino yang akan membuka suaranya tercengang melihat cowok berandalan di hadapannya dan apa yang orang itu lakukan bersama beberapa anak jalanan di sana.

Elvan ikut melihat ke arah Kelvin. Sama halnya dengan Ellen atau Elino, Elvan pun ikut terkejut dengan pemandangan yang mereka saksikan sekarang.

"Kelvin baik," gumam Ellen sambil menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Elvan.

Elvan memeluk kepala Ellen menggunakan tangan kanannya. Dugaan mereka salah. Dugaan yang sama sekali tidak benar hanya karna menilai dari segi penampilan pria itu.

"Kelvin baik, Ellen salah selama ini.." lanjut Ellen menyesali kesalahannya sendiri.

"Sttt..Kakak masih nggak ngerti. Kamu bisa jelasin ke kakak?"

Ellen menganggukan kepalanya ke arah Elvan. Elvan pun tersenyum ke arah Ellen kemudian menggandeng adiknya untuk pergi dari tempat itu.

Elino masih melihat ke arah Kelvin tanpa sedetikpun memalingkan pandangannya. Dengan sekali tarikan napas panjang. Elino ikut berbalik meninggalkan gang kumuh tempat mereka berada saat ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel