Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

11. Hatimu boleh patah

"Hatimu boleh patah..

Matamu boleh basah..

Tapi jangan pernah menyerah..

Cintamu masih jauh tak terarah..

Percayalah dan yakinlah..

Apapun yang di takdirkan untukmu tidak mungkin menjadi milik orang lain.."

Ellen berjalan menuruni tangga rumahnya dengan senyum ceria yang menggambarkan seorang gadis bernama Ellen.

Siang ini Ellen mengenakan celana jeans boy friend lengkap dengan sweeter katun yang melekat sempurna di tubuhnya. Hari Minggu yang indah, hari yang selalu ditunggu dan dinantikan Ellen karna di setiap hari Minggu, Elvan akan mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kota.

"Kakak.." panggil Ellen saat melihat kedua kakak laki lakinya yang duduk di bawah sofa ruang keluarga.

Elvan memalingkan pandangannya dari sebuah layar besar di hadapan mereka.

Elino masih terus sibuk memainkan ponsel di tangannya.

"Eh Ellen.."

Ellen tersenyum ke arah Elvan kemudian memeluk kakak tertuanya itu dari belakang.

"Mau kemana kita hari ini?" Tanya Elvan sambil memutar kepala ke arah Ellen yang bersandar di atas bahunya.

"Ellen pengen ke Mall.."

Elvan menganggukan kepalanya menyetujui keinginan adik perempuan yang sangat ia sayangi. Ellen menoleh ke arah Elino yang masih sibuk bermain dengan ponsel di tangannya. Ellen menggerutu kesal kemudian beralih duduk di hadapan Ellino sambil menatap wajah kakak keduanya yang sangat tampan itu dengan tatapan memohon.

"Apa.." tanya Elino tanpa menolehkan wajahnya ke arah Ellen.

"Kakak ganteng deh," kata Ellen sambil menyangga kepalanya menggunakan kedua tangan yang tertutup sweeter.

"Udah tau," jawab Elino acuh sambil terus terfokus pada game di ponselnya.

"Ihh kakak, No. Liatin Ellen dulu..Lagian di dalam Game PUBG nggak ada cewek secantik Ellen kan?Masa cewek cantik di anggurin sih," gerutu Ellen membuat Elvan terkekeh melihat tingkah adiknya yang suka mengganggu Ellino.

Ellino menghela napasnya kemudian melihat ke arah Ellen yang sudah merubah ekspresi wajahnya.

"Apa?" tanya Elino tanpa basa- basi. Karena sebenarnya dia tau keinginan adik tersayangnya itu.

"Kak, No. Hari ini ikut ke Mall sama Ellen sama kak Elvan yah.." kata Ellen dengan wajah antusiasnya.

Elino mengerutkan keningnya kemudian dengan segera menggelengkan kepalanya menolak ajakan Ellen.

"Ayoolah, Kak. Jarang-jarang kita jalan bareng. Kakak selalu sibuk kuliah, kak Elvan juga. Ellen juga sekolah terus.." jelas Ellen sambil memajukan bibir bawahnya.

"Di rumah udah sering ketemu," jawab Elino sambil tersenyum singkat.

"Ayooo dong kak.."

"Nggak."

"Ih kak, No. Ellen pengen jalan- jalan sama kak Elvan sama kak Elno.."

"Nggak mau,"

"Kenapa?"

"Mager,"

"Ayoo dong kakak Elino yang ganteng.."bujuk Ellen sambil mengedipkan matanya beberapa kali dengan kedua tangan menyatu memohon di depan dada.

"Nggak mau.."

Ellen menekuk bibirnya menatap ke arah Elino dengan tatapan kesal. Elvan menahan tawanya melihat tingkah Ellen yang membujuk Elino yang sebentar lagi akan mengeluarkan senjatanya ampuh. Ekspresi wajah menggemaskan yang biasa di keluarkan Ellen untuk Elvan.

"Huaaaaa...jadi kak Elino beneran nggak mau..huaaa kak Elino nggak sayang sama Ellen lagi..hiks..Papaa..hikss.."

Elino gelagapan sendiri mendengar tangisan Ellen yang tiba-tiba saja pecah. Dengan tangan kanan nya Elino membekap mulut Ellen yang terus saja menangis sambil berteriak memanggil Papa mereka.

"Stttt udah-udah jangan nangis," kata Elino setelah Ellen meredakan tangisannya yang kencang.

Elvan membuang muka ke arah lain sambil terkikik geli melihat reaksi Elino yang mendapatkan jurus jitu dari Ellen.

"Kakak Elino jahat..Nggak mau jalan sama Ellen padahal Ellen cantik,"

"Aduuh..iya-iya aku ikut."

Ellen tersenyum lebar memperlihatkan deretan giginya. Kemudian memeluk Elino yang berada di hadapannya.

"Yeeeeaaaay makasih kakak Elino ganteng," kata Ellen sambil mencium pipi Elino.

Elino menghela napasnya melihat kelakuan adik perempuannya yang sangat ekspresif Ini. Baginya sudah biasa mendapatkan ciuman di pipi dari Ellen. Karna itu adalah bentuk rasa sayang Ellen untuknya. Bahkan Elvan dan Elino sendiri enggan untuk berpacaran atau menjalin cinta. Karena mereka berdua ingin lebih fokus menjaga Ellen adik perempuan mereka yang masih polos dan kekanak- kanakan.

Elvan dan Elino lebih berperan sebagai orang tua sekaligus kakak yang baik bagi Ellen. Mengingat mereka sudah tidak memiliki seorang ibu, dan ayah yang selalu sibuk bekerja.

"Hmm.." gumam Elino setelah Ellen melepaskan pelukannya.

"Iyaudah..Sekarang berangkat," ajak Ellen antusias sambil bangkit berdiri.

Elvan membuang napasnya sambil melihat ke arah Ellen yang sudah berdiri antusias. Berbeda dengan Elino yang mengacak rambutnya karna harus ikut ajakan Ellen yang menurutnya sangat buang-buang waktu dan tenaga.

"Ayooo kakak. Ganteng- ganteng jangan mager!" Kesal Ellen sambil menarik kedua tangan kakaknya untuk bangkit berdiri.

"Ijin papa dulu," kata Elvan mengingatkan mereka bertiga untuk minta ijin ke Leon yang berada di ruang kerjanya.

Ellen menganggukan kepalanya antusias kemudian berjalan terlebih dahulu ke arah ruang kerja Papa mereka.

"Papaa.." panggil Ellen di balik pintu.

"Masuk Ellen," kata seorang dari dalam ruangan dengan suara baritonnya.

Ellen membuka pintu kayu berukuran besar yang sangat berat untuk sekedar di buka. Setelah masuk ke dalam ruangan dengan tatanan buku pada rak-rak yang berjejer rapih, Ellen mencari seorang pria di balik meja kerja dengan senyum sayu ke arah putrinya.

"Papa.." kata Ellen dengan senyuman lalu mendekat ke arah papanya.

Elvan dan Elino ikut masuk kedalam ruangan. Elvan menyilangkan kedua tangannya di depan dada sambil berdiri di hadapan Leon. Sedangkan, Elino memasukan kedua telapak tangannya ke dalam saku celana.

Leon menatap ke tiga anak mereka yang berkumpul di ruangannya dengan tatapan penuh tanya.

"Ada apa?" tanya Leon sambil menatap ketiga anaknya bergantian.

"Papa..Ellen, kak Elvan sama Kak Elno ijin jalan jalan ya hari ini.." kata Ellen mewakili mereka bertiga.

Leon menarik napasnya sambil tersenyum mendengar ucapan puteri cantiknya. Kemudian berkata "Kalian tau? Gaya kalian yang masuk ke ruangan Papa seperti seorang mafia berskandal besar yang sedang mengintrograsi mangsanya. Dan memberikan umpan gadis cantik.." kata Leon menyampaikan pemikirannya ke arah anak-anaknya.

Elvan tersenyum kecil kemudian berkata."Se garang itukah kita, pah?"

Leon terkekeh kecil menanggapi ucapan anak sulungnya. Ellen menatap bingung ke arah Leon dan Elvan secara bergantian karna tidak paham dengan topik pembicaraan mereka saat ini.

"Papa tidak menyangka, anak- anak papa sudah tumbuh besar. Dan ini yang papa takutkan.." kata Leon sambil menundukan kepalanya.

"Takut apa?" Tanya Elino tanpa basa basi.

"Papa takut kalian akan membalas perbuatan papa yang menyakiti kedua ibu kalian. Papa menyesal dengan dosa masa lalu, tapi Papa nggak pernah nyesel punya kalian. Maafkan papa.." kata Leon dengan raut wajah menyesalnya.

Ellen menundukan wajahnya. Tidak berani mengangkat kepala. Ingatannya kembali pada pimpi buruk yang ia alami pagi tadi, dan itu masih sangat terngiang di kepalanya. Apalagi ucapan Papanya yang selalu merasa bersalah dan meminta maaf pada mereka. Membuat hati Ellen merasa sangat sedih.

"Papa bisa terima kenyataan kalau nanti Papa masuk neraka karna dosa papa. Tapi, kedua wanita itu tidak bersalah. Dan karna ke egoisan Papa kalian bertiga jadi korbannya.." lanjut Leon sambil menyangga kepalanya di atas meja.

"Semua yang sudah berlalu nggak bisa kembali lagi seperti semula. Semuanya udah lewat, Pa. Mama Ellina dan Dania udah bahagia di Surga. Tugas kita disini berdoa dan memperbaiki semuanya.." kata Elvan sambil berjalan ke arah Leon kemudian menepuk bahu pria tua itu.

"Lagian aku, Elino dan Ellen udah iklas sama semuanya. Kita juga udah berhubungan baik dan bisa saling menerima sebagai keluarga. Kalau mungkin kejadian itu nggak terjadi, aku dan Ellen nggak akan mungkin punya saudara laki-laki yang ganteng ini.." lanjut Elvan dengan kekehan di akhir kalimatnya.

Elino melihat ke arah Elvan yang tersenyum ke arahnya kemudian melihat ke arah Ellen bergantian.

"Elino juga udah terima semuanya. Elino iklas, dan beruntung menjadi bagian dari keluarga kalian," kata Elino yang membuat Leon mengangkat kepalanya.

"Semua kesalahan di masa lalu emang nggak bisa di ulang. Tapi, semuanya masih bisa di perbaiki.." kata Elvan kemudian memeluk bahu Leon.

Leon tersenyum ke arah putra dan purtinya yang semakin tumbuh dewasa. Leon beryukur, setidaknya ketiga anaknya sudah memaafkan kesalahan Leon. Soal dosa, biarkan itu menjadi urusannya dengan Tuhan kelak.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel