Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

10. Flashback

"Disaat mereka semakin membencimu..

Aku  akan semakin mencintaimu.."

Ellen bangun dari tidurnya dengan napas terengah. Jantungnya berdegub kencang membayangkan kembali mimpi buruk yang baru saja ia alami. Ellen memegang  kepalanya sendiri dengan dua tangannya, mata memejam. Pikirannya memutar kenangan enam tahun silam yang sangat sulit ia lupakan.

Beriringan dengan itu. Elvan masuk kedalam kamar adik perempuannya, berniat membangunkan Ellen di Minggu pagi yang cerah ini.

"Dek.."panggil Elvan namun sedikit terkejut melihat Ellen yang memegang kepalanya sendiri.

"Kamu kenapa, Ell?" Tanya Elvan yang bergegas menghampiri Ellen.

Ellen membuka matanya melihat ke arah Elvan. Kemudian merentangkan tangannya memeluk kakak pertamanya karna merasa ketakutan.

"Kakak..Ellen habis mimpi buruk," kata sambil menangis di pelukan Elvan.

Elvan mengusap kepala adiknya sambil mencoba menenangkan Ellen yang terisak di pelukannya.

"Kenapa, Ell? Kamu mimpi apa?" tanya Elvan ke arah Ellen yang sudah melepaskan pelukannya.

"Ellen mimpi itu lagi.." kata Ellen dengan suara terbata bata.

Elvan menghela napasnya kemudian kembali menarik tubuh Ellen kedalam pelukannya.

"Kamu udah ke makam Mama?"

Ellen menganggukan kepalanya sambil menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Ellen takut," kata Ellen sambil mengeratkan pelukannya pada pinggang sang kakak.

"Jangan takut Ellen, semuanya sudah berlalu. Mama sudah tenang di surga.."

Ellen menganggukan kepalanya kemudian melepaskan pelukan mereka.

"Dan Papa sudah sama kita..Semuanya baik-baik aja, Ell."

Elvan mengusap lembut kepala Ellen menggunakan telapak tangan kanannya dengan tangan kiri yang menggenggam erat jemari Ellen.

"Tapi, Kak. Sulit buat ngelupain semuanya. Meskipun udah enam tahun tapi tetep selalu terngiang di pikiran Ellen," jelas Ellen lagi.

"Mama lebih tenang sekarang, Ellen. Mama udah nggak ngerasain sakit hati lagi karna Papa,"

Ellen menganggukan kepalanya memahami ucapan Kakak kandungnya yang tersenyum ke arahnya.

Flashback on

"Jadi, siapa perempuan ini!" tanya Ellina dengan wajah yang berlinang air mata membawa kedua anaknya ke kantor suaminya.

"Dia istri siri ku dan anakku," kata Leon dengan wajah menyesalnya sambil menunjuk ke arah seorang wanita dengan anak laki- laki berumur empat belas tahunan.

"Tega kamu, mas. Kamu selingkuh empat belas tahun tanpa sedikitpun kamu ngomong sama aku. Dan bodohnya aku nggak pernah menaruh curiga sama kamu. Apalagi sampai kalian punya anak dari hubungan gelap kalian! Laki-laki macam apa kamu!"

Leon menatap ke arah Ellina dan kedua anaknnya dengan tatapan bersalah. Sudah satu minggu ini Leon tidur di rumah istri keduanya, dan meninggalkan Ellina begitu saja. Ellina yang merasa curiga dengan sikap suaminya akhir-akhir ini memilih untuk mendatangi kantor Leon usai menjemput kedua anaknya dari sekolah. Dan malah mendapati seorang perempuan dengan satu anak yang duduk bersantai di ruang kerja suaminya.

"Kamu inget nggak kamu punya dua anak yang udah besar?Ellen sudah umur sebelas tahun. Dan sebentar lagi Elvan lulus SMA. Di mana otak kamu, mas?Kenapa kamu se egois itu," kata Ellina dengan raut wajah kecewa.

Ellina berjalan ke arah perempuan yang berdiri di sudut ruangan sambil memegangi anaknya. Ellina menatap geram ke arah perempuan itu lalu menarik kasar baju perempuan itu dengan wajah yang berkobar kemarahan.

"Kamu! Kamu diciptakan sebagai wanita seharusnya kamu memiliki hati yang lebih peka sama yang namanya Sakit Hati! Tapi saya rasa kamu tidak punya hati sampai kamu mau menjadi istri kedua dari suami orang yang sudah punya anak dua!Seberapa rendahnya kamu sebagai wanita?! Hah!" Kata Ellina kemudian menampar keras pipi wanita itu.

Leon berjalan dengan rahang mengetat ke arah Ellina kemudian menarik tubuh Ellina yang masih menjambak ramput perempuan itu.

"PLAK!!"

Ellina terkejut dengan tamparan keras di pipinya yang membuatnya kehilangan keseimbangan.

"Mamaaa..." teriak Ellen kecil dengan tangisannya.

"Dasar nggak tahu diri! Sudah baik saya minta maaf ke kamu! Masih kamu mau menyiksa dia!" kata Leon dengan intonasi tinggi ke arah Ellina.

Ellina menatap ke arah Leon dengan tatapan mengintimidasinya kemudian berkata,"Iya saya tidak tahu diri katamu! Tapi, saya bertanggung jawab atas anakhanak saya! Saya tidak mementingkan ego saya demi kepentingan pribadi! Kalau saya mau, saya juga bisa berfoya-foya dengan pria lain dan tidak menunggu pria sepertimu yang selalu sibuk bekerja!"

"Saya bekerja juga untuk kalian!"

"Oh jadi kamu menghitung budi baikmu selama ini? Tapi sayang, kelakuan kotormu yang menutupi semua budi baikmu.."lanjut Ellina dengan senyum miring di wajahnya.

Ellina menatap ke arah Leon dan perempuan tadi dengan tatapan jijik sekaligus merendahkan. Hatinya benar-benar sakit menerima kenyataan yang sangat mengejutkan untuknya.

"Seharusnya kalau selama lima tahun pernikahan kamu lelah lebih baik kita berpisah. Bukan malah melanjutkan hubungan pernikahan dengan akhir menyakiti saya dan kedua anakmu ini!"

"Maafkan saya, mbak.." kata perempuan tadi sambil memohon ke arah Ellina.

"Jangan berharap saya memaafkan kamu. Sampai kapan pun! Dasar perempuan kurangajar perebut suami orang! Seharusnya kamu malu menyebut dirimu sendiri sebagai perempuan!"kata Ellina dengan lantang meskipun matanya tak berhenti mengeluarkan cairan kristal.

"Maaf mbak, saya tau saya salah.." katanya lagi dengan tangisan di wajahnya.

"Oh bagus kalo kamu sadar kamu salah! Dan ini? Anak kalian?" lanjut Ellina sambil menunjuk ke arah Ellino kecil dengan memincingkan matanya.

"Semoga anak kamu nggak akan pernah menyesal karna terlahir dari hubungan gelap ibunya dengan seorang pria ber anak dua," katanya lagi menatap geram ke arah sang suami, Leon.

"Jaga ucapan kamu, Ellina!"

"PLAK.."

"Mamaaa," jerit Ellen lagi saat pandangannya melihat tamparan keras dari Leon yang tertuju untuk Ellina.

"Papa jangan sakitin mama.." lanjut Ellina kecil dengan tangisan kencangnya.

Elvan memejamkan matanya dengan tangan yang memeluk tubuh Ellen kecil. Elvan sendiri bingung harus berbuat apa, Elvan hanya berusaha membendung air matanya melihat pertikaian kedua orang tuanya.

"Saya mau pisah sama kamu!" Kata Ellina tegas ke arah Leon.

Leon sedikit terkejut dengan kalimat yang keluar dari mulut Ellina, istri sahnya.

"Mbak..Kalian jangan pisah, biar saya dan Elino yang pergi.." kata perempuan itu lagi sambil memeluk anak laki lakinya.

"Siapa katamu? Elino?Apa maksudnya?! Kalian memberi nama ke anak kalian dengan awalan El juga?"

Ellina tersenyum miring kemudian bergumam."Dasar tidak tahu diri,"

Ellina beranjak dari sana kemudian menggendong Ellen kecil dan menggandeng Elvan keluar dari kantor suaminya. Ellina pergi dengan wajah berlinang air mata.

Dan mulai saat itu, Ellina menjadi sakit-sakitan hingga wanita itu mengidap penyakit paru-paru dan tidak bertahan lama Ellina meninggal dunia. Saat itu pula, Ellen dan Elvan merasa sangat terpukul dengan kejadian pahit yang menimpa kehidupan mereka.

Semenjak saat itu , istri kedua Leon di kabarkan meninggal karena kecelakaan.D an Elino tinggal bersama Ellen dan Elvan. Tapi, Elino tumbuh menjadi cowok pendiam dan dingin. Selalu mengunci diri di dalam kamar padahal semenjak kejadian itu, Elvan dan Ellen selalu menganggap Elino adalah saudara kandung mereka sendiri.

Flashback off

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel