Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Sudah sampai di belakang gedung fakultas hukum yang terkenal sepi dan tidak banyak di kunjungi banyak orang. Akhirnya Arnesh mendorong tubuh Rena dengan kasar sebari melepaskan lengan yang ia cengkram sekuat tenaga.

“Gila ya!,” Ucap laki-laki itu dengan anda tinggi.

“Gila kamu Na,” Jari telunjuknya menunjuk ke arah wajah gadis itu dengan di beri jarak beberapa senti di sana, dan itu cukup membuat Rena sedikit ketakutan sebenarnya. Karena jujur ia belum pernah melihat Arnesh semarah dan seemosi ini selama ia kenal dengan laki-laki itu.

Terlebih lagi, sebagaimana permasalahan dulu pun sepertinya Arnesh tidak semarah ini bahkan terkesan diam. Tidak banyak bicara juga, setelah itu cukup ia akan menjauh dari dirinya dengan waktu yang tidak menentu.

“Mau kamu apa sih hah?! Gak ada otak sama sekali? Apa otak sengaja di taro di tete mangkanya ngomong seenaknya kaya orang murahan?” Jelas Arnesh tanpa memperdulikan bahasanya lagi.

Mendengar kata murahan yang keluar dari mulut laki-laki itu membuat Rena refleks membelalakan kedua kelopak matanya, “Maksud kamu? Apaan murahan? Siapa yang murahan?”

“Lah? Memangnya di sini ada orang lagi?” Jawab Arnesh, laki-laki tersbeut sedikit menggelengkan kepalanya pelan.

“Udah deh, gak usah sok bego gitu. Gak udah ngatain aku naif juga kalau ternyata kamu lebih naif dari aku,”

“Sejak awal, diri kamu juga emang murahan kali Na. Gak sadar? Apa memang menolak sadar karena merasa diri kamu cantik atau laku?” Lagi-lagi Arnesh tertawa meremehkan.

“Ck! Kalau boleh jujur juga sejak awal masih cantikan Yola kali. Sebagaimana body dia kurus kerempeng pun dia masih punya hati sama attitude yang baik ketimbang kamu yang selalu merasa cantik padahal di mata aku biasa aja,”

Hampir saja Rena melongo mendengar tuturan Arnesh yang benar-benar kelewat kurang ajar baginya saat ini, terlebih lagi rasanya harga diri Rena sedang di injak-injak oleh laki-laki yang tengah berdiri di hadapannya.

Tanpa permisi, tangan kanan Rena menampar keras pipi Arnesh dan itu sebenarnya tidak berpengaruh sama sekali bagi Arnesh karena dirinya mempunyai rahang keras yang bis amenahan pukulan pelan terutama yang di hasilkan oleh seorang gadis.

“Bahasa kamu enteng banget ya kalau ngatain aku Nesh? Gila! Gak nyangka lemes parah!” Celetuk Rena dengan nada yang serak.

Sakit hati? Itu sudah pasti. Bahkan rasanya Rena benar-benar tidak bisa mengucapkan kata-kata untuk mendeskripikan perasaannya.

“Na, itu fakta! Sejak awal di mana aku ngajak kamu main berdua di rumah aku. Itu bukan karena pure keinginan aku pribadi, tapi karena Fery cerita ke aku kalau kalian pernah tidur bareng and yeah! He said you good at sex,” Ucap Arnesh yang mencoba menjelaskan dan meluruskan apa yang terjadi dulu tentang niat laki-laki itu sejak awal.

“Tapi, setelah aku berhasil ngajak kamu secara cuma-cuma hanya modal ngajak main doang ke rumah aku. Kamu duluan kan yang buka baju bahkan telanjang di depan aku? Siapa yang mancing? Aku apa kamu? Kalau aku sih jelas ngikutin naluri aku sebagai laki-laki lah Na, karena gimana pun kucing kalau di kasih ikan ya bakal di makan abis. Kaya aku ke kamu,”

“Oh! Satu lagi. Ternyata kamu gak sehebat yang aku pikir sewaktu kamu di atas ranjang, karena honestly Yola satu-satunya cewek yang bisa naklukin aku bahkan bisa ikutin alur permainan yang aku buat. Na seharusnya kamu sadar kamu gak special yang kamu pikir selama ini,”

Panas.

Panas membara akibat sulutan yang di buat oleh Arnesh.

Rasanya Rena ingin benar-benar menghilang sekarang, rasanya ia tidak mampu di tampar oleh fakta sekaligus kenyataan oleh Arnesh sendiri.

Dan di tambah lagi, sejujurnya semua hal yang menurut Rena selama ini sewaktu dengan Arnesh sangat special.

Iya, kalian benar. Sejak awal Rena menganggap hubungan dirinya dengan Arnesh special sebelum adanya hubungan Arnesh dengan Yola kala itu.

Karena sejak dulu, ia tahu bahwa Arnesh menolak Yola secara mentah-mentah akibat wajah jelek gadis itu dulu. Bahkan menurutnya selama ini Rena selalu merasa bahwa dirinya selalu di atas Yola karena memang gadis tersebut tidak ada apa-apanya bahkan daya tarik pun tidak ada!

Perlu di garis bawahi, itu dulu. Tidak berlaku untuk sekarang-sekarang ini bahkan semenjak Yola yang banyak perubahan dari wajahnya karena memang dirinya sangat rajin memakai produk-produk kosmetik selama ini.

“Kalau emang aku gak special itu di mata kamu, kenapa empat bulan yang lalu kamu nerima ajakan aku sih Nesh!?” Tanyanya dengan nada yang menahan air mata secara mati-matian.

“Padahal jelas di sana kamu ngejalanin hubungan sama Yola yang entah apa itu namanya, tapi kenapa masih mau aku ajak tidur bareng?” Tanya Rena frustasi. “Aku rasa dengan kamu nerima ajakan itu, hubungan kita emang se-special itu,”

Arnesh tidak menjawab, seperti halnya lontaran Rena adalah perkataan skakmat yang mampu membuat laki-laki itu terdiam seribu bahasa.

“JAWAB!” Paksanya dengan nada yang sedikit meninggi.

“Yola emang hanya sebatas mainan kamu doang kan Nesh? Kaya cewek-cewek lain termasuk aku salah satunya. Iya kan? Aku tahu kamu bukan tipikal laki-laki yang suka berkomitmen. Oh! Itu jelas dari jaman SMA bukan sih? Mangkanya dari dulu kamu gak pernah awet kalau punya hubungan,”

“Karena jiwa murahan kamu yang udah mendarah daging dari jaman dulu, tapi sayang sikap murahan kamu ke tutup gender yang kamu punya dari lahir alhasil gak ada yang sadar hal itu,” Ucap Rena panjang lebar dengan luapan emosi yang ia berhasil katakan secara terang-terangan kepada laki-laki yang ada di hadapannya.

Dadanya terlihat naik turun karena rasa sesak yang sejak tadi sudah ia rasakan akibat rasa tangis yang ia tahan sejak tadi.

Sedangkan Arnesh hanya menatap gadis tersebut dengan tagapan datarnya.

“Udah?” Tanya Arnesh. “Udah marahnya?”

“Udah ngomelnya?”

“Udah juga kan luapin uneg-uneg kamu yang selama ini kamu tahan?”

Arnesh menghela nafas, masih dengan menatap Rena lurus yang masih bersih kumuh membalas tatapan Arnesh yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

“Sekarang bagian aku yang ngomong dan kasih jawaban ke kamu,”

Arnesh menarik nafas panjangnya, “Permasalahan empat bulan yang lalu, aku rasa itu udah clear karena gimana pun Yola pun juga udah tahu dan udah maafin kita berdua. Tapi di sini aku bakal jelasin alasan aku nerima ajakan kamu malam itu,”

“Sikap normalisasi cowok lah Na, di mana sejak awal aku memang hypersex. Dan Yola tahu itu, kamu belum tahu kan?” Arnesh melipat kedua tangannya di depan dada bidang milik lami-laki tersebut

“Dan kamu tiba-tiba bilang udah ada di depan rumah, tengah malem. Di mana aku lagi high karena foto Yola yang dia post di instagram malam itu,” Pikiran Arnesh melayang ke salah satu Yola yang menjadi favoritnya sampai detik ini karena wajah imutnya dinpadukan memakai baju crop tee berwarna putih sehingga memperlihatkan perut datar dan pinggul ramping gadis tersebut yang selalu menjadi kesukaannya.

“Sedangkan Yola? Dia gak bisa menuhin hasrat aku karena dia baru datang bulan di sore itu juga. Jadi? Dengan kamu ngajakin aku secara cuma-cuma di saat aku butuh pelampiasaan masa aku tolak sih?” Arnesh terkekeh pelan. “Haha ya jelas enggak lah Na,”

“Aku rasa kamu gak sebego itu buat tahu pikiran aku terutama cowok itu kaya apa,”

Dan detik itu juga, Rena benar-benar harga dirinya di injak-injak oleh Arnesh untuk yang kedua kalinya.

Arnesh? Sepertinya memang definisi laki-laki yang brengsek di kalangan beberapa wanita yang pernah bersamanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel