Bab 2
“Pak! Biasa ya. Pecel lele dua porsi, yang satu lagi nasinya nambah satu,” Ucap Arnesh saat dirinya baru saja duduk di tempat bisa dirinya dan Yola duduk untuk makan di pecel lele pak Joko, langganan mereka sejak tiga tahun yang lalu. Di mana awal Arnesh mengajak Yola untuk jalan berdua keluar, mungkin kalian menyebutnya kencan, tapi bagi Arnesh lebih dari sebuah satu kata itu. Karena bagaimana pun di mata laki-laki tersebut Yola bukanlah gadis yang selalu dirinya buat untuk menghilangkan rasa bosan atau semacamnya.
Entahlah, sebenarnya Arnesh pun kurang memahami perasaannya sendiri karena apapun yang terjadi Yola adalah gadis yang ia butuhkan selama ini, maka dari itu Arnesh selalu tidak ingin kehilangan gadis tersebut.
“Eh nesh! Dua minggu lagi sheila on 7 mau konser nih di bogor, nonton yuk!” Ajak Yola tanpa menoleh ke arah laki-laki itu karena kedua matanya masih terfokus pada layar ponselnya dan sibuk mengscroll social media miliknya.
“Boleh-boleh,” Jawab Arnesh sebari kedua tangannya mengambil pesanan miliknya dan Yola dari kedua tangan pak Joko.
“Makasih ya pak,” ucapnya sebari tersenyum hangat ke arah milik warung pecel lele langganannya itu.
“Santai den,” Jawab pak Joko sebari melangkahkan kakinya menjauh dari pelanggan setia miliknya.
Setelah pandangannya melihat Pak Joko pergi dari situ, Arnesh langsung menoleh ke arah Yola yang masih sibuk dengan ponsel gadis itu.
Tangan kanannya sedikit menggeser piring ke arah hadapan Yola.
“Harga tiketnya berapa?” Tanya Arnesh sebari mengambil ponsel dari tangan Yola, kemudian wajahnya sedikit mengarah ke arah piring yang berisi makanan yang sudah berada di hadapan gadis tersebut, memberi kode agar Yola makan terlebih dahulu. Begitu pun juga Arnesh yang juga berniat untuk fokus makan.
“Yang paling belakang tuh tadi aku lihat harganya sekitar seratus lima puluh ribu, karena ternyata ada guest startnya juga kalau gak sal-“
“Sambelnya jangan banyak-banyak, udah tahu lambung hobi kumat kapan aja,” Potong Arnesh sambil menyentil kepala gadis itu pelan dengan kedua jarinya, saat kedua mata laki-laki tersebut menangkap Yola tengah mengambil tiga sendok teh munjung sambel di mangkok kecil yang sudah di sediakan.
Yola sedikit terkekeh pelan, “Kamu tahu sendiri sambelnya pak Joko enak banget, bahkan di pake nasi anget tanpa lauk aja udah mantep,”
Mendengar jawaban Yola seperti itu membuat Arnesh menggelengkan kepalanya pelan sebari kekehan kecilnya itu terdengar samar ke indera pendengaran milik gadis yang ada di sebelahnya.
Jika di lihat-lihat sekarang, dunia seperti halnya milik mereka berdua ya? Di tambah beberapa pelanggan yang terkadang tertuju ke arah mereka berdua dan menatap kagum ke mereka, entah tatapan itu kepada Yola dan entah juga itu mengarah ke Arnesh. Mereka tidak terlalu peduli, karena bagaimana pun kedua pasangan tersebut sedang menikmati kebersamaan mereka.
Dan kalo di pandang juga, mereka seperti halnya pasangan kekasih yang cocok dari segimana pun.
Mari kita lihat, dengan laki-laki yang memiliki style outfit yang simple namun tidak terlihat norak atau semacamnya.
Terlebih lagi, potongan rambut Arnesh yang di potong model mullet di mana potongan rambut tersebut sedang trend di kalangan muda jaman sekarang.
Rahang yang tajam sehingga potongan tersebut cocok di wajahnya membuat dirinya terlihat semakin tampan dua kali lipat dari biasanya.
Sejujurnya dari sekian kalangan laki-laki di kampusnya sekarang ini, Arnesh akan kalah pamor dengan beberapa laki-laki di sana yang jelas memang kelevelan kegantengannya sangatlah tinggi.
Akan tetapi Arnesh juga jika berada di tengah-tengah mereka, laki-laki itu tidak terlalu jelek juga karena bagaimana pun dengan style outfit yang tidak pernah gagal sekaligus kharismanya yang entah kenapa selalu mampu membuat gadis-gadis di kampus tertarik padanya. Itu sudah menjadi nilai tanbahan bagi Arnesh, alhasil Arnesh juga lumayan di kenal oleh mahasiswa-mahasiswi di kampusnya dari berbagai macam jurusan.
Belum lagi gadis yang ada di sebelahnya, Yola. Gadis berambut panjang yang sedikit bergelombang. Di mana rambutnya ia sengaja di kuncrit setengah dengan pita berwarna hitam di sana, sehingga rambut bawahnya tergerai halus ke bawah dengan sedikit bergelombang.
Dengan warna rambut yang sengaja ia warnai dengan warna light choco di mana ia terlihat seperti idol-idol korea yang sedang trend sekarang ini, wajah putih bersih tanpa polesan make up di sana. Hanya lipstik berwarna nude yang menghiasi bibir mungilnya, dan juga kedua kelopak mata yang memang sengaja ia pasang dengan bulu mata palsu natural sehingga gadis tersebut terlihat cantik dan menarik di mata orang lain.
Benar-benar kombinasi yang pas jika mereka bersama, tidak jomplang sebelah atau pun semacamya. Semua benar-benar sempurna.
“Jadi harga tiketnya berapa?” Tanya Arnesh setelah selesai menghabiskan es teh miliknya lalu menatap ke arah Yola yang juga baru selesai menghabiskan makanannya kemudian meminum habis es jeruk yang ada di atas meja.
“Yang biasa tuh harganya seratus lima puluh ribu, belum sama adminnya. Terus yang vip sekitar empat ratusan gitu,” Jawab Yola sebari mengambil selembar tissue di hadapannya.
“Yaudah, kita beli yang VIP kalau gitu,”
Yola langsung menoleh, menatap Arnesh dengan tatapan terkejut. Namun jauh dari lubuk hatinya saat ini Yola tengah senang karena Arnesh akan membelikan tiket untuk mereka berdua yang VIP.
“Serius?!!” Ucap Yola memastikan.
Melihat tingkah laku Yola yang sangat menggemaskan di mata laki-laki itu Arnesh refleks tertawa kecil karena salah tingkah dan tangan kanannya menyentuh ujung kepala Yola dan mengacak-ngacaknha lembut.
“Iya serius, masa iya fansnya sheila on 7 gak nonton di bagian VIP,” Jawab Arnes dengan tangan yang turun ke pipi chubby lalu mencubitnya pelan.
“Kamu kan idolaiin banget bang duta,”
“Lah bukannya kamu juga ya? Kadang suka halu pengen jadi sugar babynya dia?”
Mendengar itu sontak Yola tertawa kecil, “Apaan sih Nesh, orang aku bercanda doang,”
“Oh, bercanda,” Celetuk Arnesh sebari mendekatkan kepalanya ke wajah Yola secara dekat. “Kalau jadi sugar baby aku mau berarti ya?” Lanjutnya lagi sebari mengurangi jarak kepalanya dengan wajah Yola.
Harum wangi ciri khaas gadis itu tercium ke indera penciumannya dan itu sunggu membuat Arnesh semakin menyukai wangi tubuhnya.
Refleks, tangan Yola menoyor pelan kepala Arnesh dengan tangan kanannya, “Apa deh kumat banget,” Kekehan itu terdengar.
“Pulang yuk, takutnya keburu malem,”
Melihat Yola yang salah tingkah seperti itu membuat Arnesh tertawa terbahak-bahak, “Kamu sadar gak sih La, wajah udah merah kaya tomat? HAHAH lucu banget sih! Jadi gemesh,”
“Arnesh! Diem gak? Ayo pulang,” Ujarnya dengan nada yang sedikit merengek manja, sedangkan Arnesh masih tertawa namun ia pun bangkit dari duduknya sebari menuruti keinginan gadis tersebut untuk pulang.
“Iya, ayo pulang honey,”
