Bab 1
“Anjing ya!” Maki Dera setelah mendengar cerita Yola untuk kesekian kalinya.
“Kamu mau sampai kapan sih La di butakan sama Arnesh? Gila! Tiga tahun loh? Apa gak capek? Jujur aja aku pribadi capek denger curhatan kamu yang lagi-lagi tentang Arnesh,”
Yola menghela nafas panjang, “Ya gimana Ra, kamu tahu sendiri aku dulu udah ngcrush Arensh dari jaman kita masih SMP,”
“Ya tapi kan dulu dia nolak kamu mentah-mentah gara-gara dulu kamu jelek sama item lagi,” Kata Dera jujur yang pikirannya langsung jauh melayang ke beberapa tahun yang lalu di mana ia masih sangat mengungat jelas bahwa Yola mengungkapkan perasaannya secara terang-terangan di pesan sms dan ya, jawaban Arnesh jelas saja menolak gadis itu secara langsung dengan alasan Yola bukan tipenya. Sialan! Mengingat hal tersebut rasanya memang membuat Dera langsung naik darah seketika.
“Coba sekarang?” Dera menatap ke arah Yola yang tengah duduk sebari menyeruput susu kotak rasa strawberry yang tadi sempat ia beli di kantin kampus.
“Setelah kamu udah glow up maksimal begini? Cakep! Putih! Glowing parah! Rambut panjang mana di warnaiin coklat ala-ala idol korea, badan goals maksimal dan dia malah ngejar-ngejar kamu tanpa ada perasaan bersalah sama sekali? Gila! Otak kamu sadarin sebentar deh La,” Omel Dera lemas sebari menghela nafas panjang dan menjatuhkan tubuhnya tepat di sebelah tubuh sahabatnya itu.
“Kalau aku jadi kamu, jelas aku bakal nyari yang lebih ganteng dari Arnesh. Ya gantengnya setara lah kaya aktor Refal Haldy minimal, kamu kan demen parah sama dia, masa sih La wajah udah cakep gini masih aja seleranya masih sama? Naikin dikit coba, kalau gak pepetin tuh kakak tingkat kita yang kemarin ospek kita, siapa tuh namanya? Aku lupa. Kak Rehan? Eh apa La?”
“Kak Rega Dera,” Jawab Yola malas karena sejujurnya mood gadis itu sudah menurun parah karena ini sudah kesekian kalinya Dera selalu mengomel kepadanya jika itu berhubungan dengan Arnesh.
Dan bagi Yola pun juga percuma, sahabatnya itu tidak akan pernah paham dengan apa yang ia rasakan selama ini bahkan perasaannya. Karena bagaimana pun Dera belum pernah merasakan hal tersebut sama sekali akibat jomblo akut yang sudah bertahun-tahun lamanya sekitar kurang lebih lima tahun secara berturut-turut.
“Ah iya! Kak Rega. Sumpah La kemana-mana juga masih cakepan dia, mana katanya dia blasteran arab kan? Mana warna bola matanya coklat terang lagi, bikin wajahnya makin kelihatan ganteng,” Ucapnya dengan wajah yang penuh kagum saat membayangkan wajah kak Rega yang memang terkenal satu kampus bukan karena wajahnya saja akan tetapi dengan prestasi yang laki-laki itu miliki.
“Dari pada gitu, mending kamu aja deh Ra yang deketin kak Rega. Aku gak minat sama sekali,” Kata Yola yang baru saja menghabiskan susu kotak strawberry miliknya dengan beberapa tegukan, lalu kemudian tangan yang masih memegang susu kotak kosong itu akhirnya ia lemparkan ke tong sampah yang tidak jauh dari sana.
“Gimana La? Hah! Kamu bener-bener ngeremehin aku deh kayaknya,” Kata Dera kesal.
“Sekelas kak Rega mana mau sama cewek modelan aku begini? Please deh aku sama kamu aja kalau jalan berdua udah kaya asisten rumah tangga kamu,”
Iya itu benar, jujur sebenarnya Dera juga sedang berjuang melawan jerawat-jerawat di wajahnya akibat salah memakain produk skincare dulu. Alhasil wajah gadis itu sedang tidak beraturan dan tidak sehat, alhasil membuat Dera semakin hari semakin tidak pede karena wajahnya. Kemana-mana gadis itu selalu memakai masker, sebenarnya bukan untuk melindungi dirinya dari sinar matahari dari debu. Akan tetapi juga menutupi wajahnya yang penuh dengan jerawat aktif dan bekas jerawat.
“Apa sih Ra, kebiasaan deh. Gak usah gitu. Nanti juga bisa glow up kok kaya aku, fighting dong!!!!!” Ucap Yola dengan nada semangat sebari mengepalkan tangannya ke udara agar menyemangati gadis tersebut.
Melihat wajah Yola yang penuh ketulusan menyemangatinya membuat Dera tersenyum lembut, lantas gadis tersebut tanpa permisi memeluk tubuh Yola.
“Beruntung banget punya sahabat kaya kamu, sebagaimana kadang nyebelin dan bodoh banget masalah cowok apalagi Arnesh,” Celetuk Dera kesal. Rasanya mulutnya auto pahit saat mengucapkan nama laki-laki tersebut.
“Seandainya dulu aku lebih percaya sama omongan dia, mungkin aku bakal jadi korban roasting terus tiap hari La, hah! Emang ya, bersahabatan bertiga memang selalu gak pernah awet,” Lanjutnya lagi sebari mengingat masa lalu tentang perihal persahabatan mereka.
“Udah lah, gak perlu di bahas juga. Ada kalanya semua terbuka dengan caramya sendiri. Waktu yang akan menjawab dan ju-“
“La, belum pulang?” suara laki-laki itu terdengar ke indera oendengaran Yola dan juga Dera sehingga membuat kedua gadis tersebut menoleh ke sumber suara itu.
Laki-laki dengan rambut hitam pekat dengan model rambut potongan mullet itu menunggu jawaban gadis yang sudah ia kenal selama ini.
“Loh Arnesh? Katanya gak ke kampus karena ada urusan sama mama kamu?” Celetuk Yola saat menyadari yang memanggilnya itu Arnesh, laki-laki yang sempat ia bahas dengan Dera beberapa waktu yang lalu.
Kedua matanya melirik sekilas ke arah Dera yang tengah memutar bola matanya jengah sebari malas melihat ke arah mereka berdua yang sedang mengobrol.
“Udah beres, jadi aku ikut kelas sore,” Jelas Arnesh. Langkahnya sedikit mendekat kemudian tangannya menepuk pelan pipi gadis itu pelan, karena jujur hal yang di sukai Arnesh dari Yola adalah pipi yang terluhat sedikit chubby di matanya dan itu sangat gemas dan imut bagi lami-laki tersebut.
“Oh baru mau masuk berarti?” Yola melempar pertanyaan, sebenarnya sekarang ini Yola tengah merasakan kesalahtingkah yang amat luar biasa di dalam dirinya, terlebih lagi perasaan yang sudah menggebu-gebu di dalam karena perilaku Arnesh yang menurutnya begitu manis.
Sial! Yola kenapa bisa lemah banget sih di mata laki-laki itu?
Arnesh menggelengkan kepalanya pelan, “Enggak, udah beres. Pak Rahmat masuk setelah itu ngasih tugas aja, habis gitu di suruh pulang gitu aja,”
“Mau pulang bareng gak? Atau mau makan dulu di luar?” Ajak Arnesh lembut, dan ya kelas sekali jawaban Yola yang selalu tidak bisa menolak akalan laki-laki itu setiap harinya.
Tentunya dengan anggukan kepala yang semangat terlebih lagi dengan senyuman yang merekah di wajah cantiknya Yola menyetujui ajakan Arnesh, “Boleh! Makan pecel lele di tempat biasa ya Nesh,” Ucap Yola semangat dengan nada yang terdengar seperti ke kanak-kanakan bagi Arnesh, dan ia menyukai itu, selalu.
“Yuk!” Tangan kanannya langsung menggenggam tangan mungil Yola, kemudian kea matanya menatap Dera yang berada di antra mereka berdua.
“Der, aku tinggal sama Yola gak apa-apa kan?” Tanya Arnesh sopan.
Dera menghela nafas panjang, “Aku larang pun kayaknya Yola bakal ngerengek dan kamu juga bakal maksa Nesh. Jadi terlalu sulit juga misahin kalian berdua,” Jawab Dera malas.
Mendengar tuturan Dera seperti itu membuat Arnesh dan Yola tertawa, “Itu tau, yaudah aku sama Yola pamit Bentar yap!”
