Bab 7
Diruang makan Alaric masih tengah sibuk dengan tablet miliknya, ia memantau pekerjaan karyawannya menggunakan tablet ketika ia sedang tidak berada di Jerman. Alaric yang menyadari ada langkah kaki seseorang mendekat, langsung mengangkat sedikit kepalanya. Ia merasa sedikit kecewa tatkala yang dilihat bi Eva bukan Aleyshia.
"Arghhhhhhh, perasaan macam apa ini!!!!" Umpat Alaric dalam hati.
"Tuan, nona sudah bangun. Ia sedang membersihkan badan." Ujar bi Eva pada Alaric.
"Ya. Kau sudah boleh mulai menyiapkan sarapan, jangan lupa sup pereda mabuk untuknya, terimakasih bi."
"Baik, tuan." Bi eva sedikit membungkukkan badan sebelum meninggalkan Alaric untuk menyiapkan sarapan dan sup pereda mabuk.
Ruang makan kembali hening, Alaric masih sibuk dengan tabletnya.
Setengah jam kemudian Aleyshia menghampiri Alaric ke ruang makan.
"Tuan Alaric, terimakasih..." Ujar Aleyshia ramah.
"Ya." Jawab Alaric singkat tanpa mengangkat kepalanya.
Kemudian Aleyshia duduk sedikit berjarak dengan kursi yang Alaric duduki.
Alaric yang melihat gerak-gerik Aleyshia mengernyitkan keningnya.
"Apa aku sangat menakutkan, duduk saja begitu jauh." Ucap Alaric dalam hatinya.
Bi Eva mulai menyiapkan makanan dan sup pereda mabuk perintah Alaric. Ia melayani Alaric terlebih dahulu sebelum mendekat ke Aleyshia.
"Nona, kau minum sup ini dulu agar perutmu nyaman." Ujar bibi Eva lembut pada Aleyshia.
"Maaf, merepotkan mu bi."
Aleyshia merasa sangat malu karena ketahuan mabuk ia menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Tidak nona, saya permisi tuan dan nona."
Bi Eva membungkukkan badan lalu meninggalkan ruang makan, memberikan waktu untuk mereka menikmati sarapan.
Setelah mereka berdua selesai sarapan, Aleyshia memulai pembicaraan untuk menghilangkan keheningan yang ada di ruang makan.
"Mmm, Tuan Alaric terimakasih atas bantuannya. Saya permisi pulang, lain kali saya akan traktir anda makan untuk membalas sedikit kebaikan anda." Ujar Aleyshia ramah dengan senyuman yang sangat mempesona menurut Alaric.
"Tidak perlu nona, mari saya antar. Sekalian saya pergi ke kantor."
"Tidak, tidak tuan. Akan sangat merepotkan, jika anda mengantar saya."
"Saya tidak menerima penolakan, nona Aleyshia Smith." Ujar Alaric dingin.
"Baiklah, kalau begitu sangat merepotkan anda tuan."
Mereka berdua beranjak dari ruang makan menuju mobil yang sudah menunggu mereka didepan, Edgar yang melihat Alaric dan Aleyshia langsung datang menyambut.
"Selamat pagi, Presdir dan nona Aleyshia." Ujar Edgar yang hanya di balas anggukkan dari Alaric.
"Pagi, asisten Edgar." Jawab ramah Aleyshia.
Edgar membukakan pintu mobil untuk mereka berdua, Edgar langsung duduk dikemudi bersiap melajukan mobilnya.
"Kau ingin ke club mengambil mobil atau langsung ke rumah, nona Aleyshia?" Tanya Alaric yang sudah mulai sibuk dengan tabletnya.
"Kerumah saja tuan, saya takut orang tua saya khawatir."
"Baiklah, antar nona Aleyshia terlebih dahulu Edgar sebelum kita ke kantor."
"Baik, Presdir."
"Nona Aleyshia, dimana anda tinggal?" Tanya Edgar pada Aleyshia.
Lalu Aleyshia memberitahukan alamatnya pada Edgar.
Sepanjang perjalanan hanya bunyi keyboard yang Alaric ketik dengan jari-jari panjang miliknya, sedangkan Aleyshia fokus melihat pemandangan di sepanjang jalan menuju rumahnya.
"Nona Aleyshia, jika anda ingin mabuk sebaiknya membawa teman. Agar tidak seperti kejadian tadi malam, anda hampir saja dibawa oleh beberapa pria mabuk." Ujar Alaric panjang lebar tidak seperti biasanya yang berbicara hanya seperlunya, namun dia ingin mengingatkan Aleyshia agar menjaga keamanan diri sendiri.
Entah perasaan apa yang sedang ia rasakan, Edgar yang sedang fokus mengendarai, mendengar Alaric berbicara cukup panjang pun tercengang, sangat diluar dugaannya tuannya yang seperti gunung es, untuk pertama kalinya mau mengingatkan wanita asing.
Aleyshia yang sedang melihat pemandangan pun terkejut mendengar penuturan dari Alaric, pasalnya ia sama sekali tidak mengingat kejadian di club malam.
"B-benarkah yang kau katakan tuan?" Ada keterkejutan dan ketakutan yang terlintas dimata Aleyshia.
Pandangan itu tidak luput dari tatapan Alaric.
"Jika kau tidak percaya, kau boleh memeriksa cctv di club." Ujar Alaric ketus sambil melirik Aleyshia.
"B-bukan itu maksud saya tuan, tapi......"
"Tidak masalah." Alaric memotong ucapan Aleyshia yang belum selesai.
Setelah perjalanan yang menempuh waktu sekitar tiga puluhan menit, Edgar memberhentikan mobilnya. Ia turun dan membukakan pintu untuk Aleyshia.
Aleyshia segera turun dari mobil, ia lalu menghadap Alaric dan sedikit membungkukkan badan untuk mengucapkan terimakasih.
"Tuan Alaric, terimakasih." Ujar Aleyshia ramah disertai senyuman yang mengembang.
"Hmmm," jawab singkat Alaric disertai anggukkan kecil.
Edgar sudah kembali di posisi kemudinya bersiap melajukan mobil menunggu perintah tuannya.
"Jalan Edgar, apa kau ingin kita terlambat?" Ujar Alaric ketus.
"Baik, Presdir." Lalu Edgar mengemudikan mobil menuju Muller Group.
**
Dimansion keluarga Aleyshia,
Angelica dan Arnold yang diberitahu pengurus rumah bahwa putri semata wayangnya telah pulang, langsung menuju pintu utama mansion untuk menemui putrinya.
Angelica langsung memeluk putri semata wayangnya, air mata tidak luput keluar dari ujung kelopaknya.
Aleyshia yang merasakan bahunya basah langsung merenggangkan pelukan Angelica.
"Hei, mom kenapa kau menangis?" Aleyshia merasa bingung melihat Angelica yang menangis tersedu-sedu.
"Kau membuat kami khawatir, sayang. Kami menghubungi Clara, Jennifer bahkan James, tapi tidak ada satupun dari mereka yang tahu keberadaan mu. Kami menghubungi mu tapi kau tidak menjawabnya." Ujar Angelica lirih pada putrinya, ia kembali memeluk erat Aleyshia.
Aleyshia mencoba menenangkan Angelica dengan membelai lembut punggung mamanya, saat mendengar nama James disebut ada kebencian dalam hati Aleyshia.
"Aku akan menceritakan semua yang aku lakukan semalam pada kalian mom dan daddy. Mari kita duduk, aku lelah berdiri terus." Lalu Aleyshia menggandeng lengan kedua orang tuanya, mengajak mereka untuk duduk di sofa.
"Aku akan menceritakannya, tapi kalian harus berjanji padaku tidak akan marah." Syarat Aleyshia pada kedua orang tuanya.
"Ya, sayang. Ceritakan apa yang kau lakukan." Ujar Arnold dengan membelai kepala putrinya.
"Aku pergi ke club malam untuk membuang kejenuhan, jadi aku memesan beberapa minuman beralkohol, lalu aku mabuk dan hampir tidak sadarkan diri. Saat aku hampir dibawa oleh beberapa pria mabuk di club malam, Tuan Alaric melihatnya dan menolong ku. Tuan Alaric membawa ku ke mansion miliknya." Ujar Aleyshia.
Aleyshia tidak menceritakan kejadian yang dia lihat di apartemen James, karena dia tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Ia ingin membalas perlakuan James dengan tangannya sendiri tanpa melibatkan kedua orang tuanya.
Arnold yang mendengar penuturan putrinya tanpa pikir panjang langsung menyentil dahi Aleyshia. Ia sesungguhnya sangat marah, namun sudah berjanji pada putrinya untuk tidak marah.
"Dadd!!!!! Ini sakit." Gerutu Aleyshia pada Arnold.
Angelica yang melihat perlakuan suaminya langsung menatap tajam Arnold, ia mengusap dahi Aleyshia yang sudah berwarna merah karena di sentil oleh Arnold.
"Kau harus berjanji pada dad dan mommy untuk tidak mabuk-mabukkan lagi sendirian, setidaknya kau membawa temanmu atau kau ingin daddy memberikan pengawal untuk mengikutimu, Aleyshia? Kau tidak tahu betapa khawatirnya kami semalaman, hingga mommy mu tidak bisa tidur nyenyak dan menangis terus menerus. Untung tadi pagi ada telepon dari asisten tuan Alaric, memberitahu kami bahwa kau baik-baik saja dan akan segera diantar. Aleyshia, mulai hari ini apa yang akan kau lakukan beri tahu kami, agar kami tidak khawatir terutama mommy mu yang begitu sedih saat kau tidak pulang." Tutur Arnold menasehati putri semata wayangnya dengan membelai lembut kepala putrinya.
"Ya, dad. Aleyshia berjanji! Dad, mommy maafkan aku. Tapi dad jangan berikan aku pengawalan, aku berjanji akan selalu memberi kabar pada kalian."
"Baiklah." Ujar Arnold pasrah.
"Apa kau sudah sarapan sayang?" Tanya Angelica yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan ayah dan anaknya.
"Sudah mom, aku sudah makan di mansion tuan Alaric. Pengurus rumah juga membuatkan ku sup pereda mabuk." Jelas Aleyshia memberitahu Angelica supaya tidak khawatir.
"Apakah dad dan mommy belum sarapan?" Tanya Aleyshia menyelidik.
"Ya kami belum sarapan, mommy mu tidak mau makan sebelum kau pulang." Ujar Arnold.
"Sungguh maafkan aku mom, ayo aku akan temani kalian sarapan." Ujar Aleyshia sambil mengusap lembut lengan Angelica.
Kemudian mereka bertiga beranjak dari ruang keluarga menuju ruang makan.
