Bab 6
Setelah meninggalkan apartemen James, Aleyshia mengendarai mobilnya menuju club malam eksekutif yang berada di Amerika. Ia duduk di kursi persis depan bartender, Aleyshia memesan berbagai macam minuman beralkohol, dia ingin melupakan segala kesedihan dan penghianatan yang telah dilakukan oleh kekasihnya.
Aleyshia terus menengguk habis gelas-gelas yang berisi cairan yang membuat kesadarannya sedikit demi sedikit menghilang. Ada beberapa pria yang mencoba mendekati Aleyshia yang mabuk sendirian, pria-pria itu membelalakan matanya saat menatap wajah Aleyshia yang sangat cantik, apalagi disaat mabuk membuat wajahnya semakin merona menambah daya tariknya. Pria-pria itu seperti mendapatkan mangsa saat melihat Aleyshia.
Tidak jauh dari tempat Aleyshia duduk, mata elang milik Alaric mengawasi gerak-gerik mereka. Sebelum tangan pria-pria itu menyentuh Aleyshia dan akan membawanya pergi, Alaric sudah muncul di depan mereka untuk menghentikannya.
"Apa yang kau lakukan? Menggangu saja, minggir!!!" Ujar salah satu pria pada Alaric.
"Dia kekasihku, apa kalian ingin mencari masalah dengan ku?" Ujar Alaric dengan menatap tajam pria-pria itu. Pria-pria yang ditatap seperti itu oleh Alaric sedikit takut, namun masih keras kepala.
"Omong kosong! Menyingkirlah!!
Melihat penolakan dari pria-pria tersebut, Alaric langsung memberikan kode pada Edgar dan pengawalnya. Tanpa menunggu lama, pengawal Alaric langsung menahan pria-pria itu.
"Edgar, kau selesaikan masalah disini, berikan kunci mobil padaku."
"Baik, Presdir." Edgar sedikit membungkukkan badan dan memberikan kunci mobil pada Alaric.
Alaric yang sudah menerima kunci mobil langsung menggendong Aleyshia yang tidak sadarkan diri ala bridal style menuju parkiran mobil.
Edgar dan pengawal Alaric yang melihat bosnya menggendong wanita sedikit tercengang.
Sesampainya di dalam mobil Alaric mengatur posisi Aleyshia agar nyaman dan setelah itu memasangkan sabuk pengaman padanya. Kemudian Alaric mengambil telepon genggam miliknya untuk menelpon sahabatnya. Setelah berdering cukup lama sambungan telepon terhubung.
"Aku sudah pergi dari club, ada urusan mendadak." Ujar Alaric pada Joseph.
Sebelum mendapatkan jawaban, Alaric sudah memutuskan sambungan teleponnya.
Tanpa pikir panjang Alaric mengendarai mobil menuju mansion, karena tidak tahu harus mengantar Aleyshia yang mabuk dan tidak sadarkan diri kemana.
Alaric menggendong Aleyshia turun dari mobil, pengurus rumah yang sudah diberitahu oleh Edgar menunggu Alaric di pintu masuk mansion, melihat Alaric menggendong wanita asing turun dari mobil. Wajah pengurus rumah yang tua dan serius itupun terkejut dibuatnya.
Pengurus rumah sudah berusia lima puluh tahun lebih, dia seorang wanita yang baik dan tegas.
"Tuan muda, nona ini adalah???"
"Teman." Jawab Alaric singkat pada bibi Eva.
"Bibi, bolehkah kau bantu aku membersihkan badan wanita ini?" Tanya Alaric lembut.
"Baik, Tuan." Ujar bibi Eva dengan sedikit membungkukkan badan.
Alaric berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua, untuk membawa Aleyshia ke kamar yang berada disebelah kamar miliknya, diikuti oleh bibi Eva dibelakangnya.
Setelah sampai dikamar Alaric langsung merebahkan tubuh Aleyshia di ranjang, sebelum Alaric beranjak pergi langkahnya dihentikan oleh suara bibi Eva.
"Mm, Tuan. Disini tidak ada pakaian untuk nona ini." Ucap bibi Eva pada Alaric.
"Kau ambil saja piyama milik ku, bi." Bibi Eva yang mendengar ucapan Alaric pun tercengang dia sudah bekerja dengan keluarga Muller sangat lama, dia juga tahu bahwa tuan mudanya memiliki mysophobia, jadi tidak sembarang orang bisa menyentuh barang-barang miliknya. Ini untuk pertama kalinya ada wanita yang diperbolehkan mengenakan pakaian tuannya.
"Baik, tuan."
"Bi, besok pagi buatkan dia sup pereda mabuk. Jangan ceritakan masalah ini dengan nyonya maupun tuan besar."
"Baik, tuan. Saya mengerti."
Mendengar Alaric berkata seperti itu, bibi Eva segera menghilangkan pemikirannya untuk memberitahu nyonya besar tentang putra semata wayangnya yang membawa wanita asing ke dalam mansion. Bibi Eva paham dengan sifat Alaric, sekali mengkhianati maka dipastikan sudah tidak dapat bekerja disamping Alaric.
Kemudian Alaric meninggalkan Aleyshia dengan bi Eva, dia pergi keruang kerjanya untuk memeriksa pekerjaan. Setelah dokumen yang terakhir Alaric menyandarkan punggungnya pada kursi sesekali iya memijat keningnya. Ia merasa heran pada tingkah lakunya sendiri yang mau mengurusi urusan oranglain, padahal baru sekali dia bertemu dengan Aleyshia saat membahas kerjasama, namun dia tidak ingin melihat Aleyshia dalam bahaya maupun dilecehkan oleh pria-pria yang dia lihat di club malam tadi. Kemudian Alaric beranjak dari ruang kerjanya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum istirahat.
Setelah membersihkan tubuhnya, ia berniat untuk beristirahat. Namun saat merebahkan tubuhnya di ranjang pikirannya kembali pada Aleyshia, jadi ia memutuskan untuk melihat wanita itu terlebih dahulu. Alaric beranjak dari ranjangnya menuju kamar sebelah yang ditempati Aleyshia, ia sedikit ragu namun tetap membuka knop pintu secara perlahan agar tidak mengganggu Aleyshia yang sedang beristirahat. Alaric berjalan perlahan mendekat pada ranjang yang ditiduri Aleyshia, ia melihat bahwa tidur Aleyshia yang tidak nyaman dan sedikit mengerutkan keningnya, bulir air mata sedikit keluar di ujung mata Aleyshia. Alaric yang melihat itupun ikut mengerutkan keningnya ia berpikir bahwa Aleyshia mungkin sedang mimpi buruk. Ia mengambil tisu untuk menyeka air mata Aleyshia, kemudian ia mengusap lembut kening Aleyshia. Saat menyentuh kulit Aleyshia, Alaric merasakan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, akan tetapi perasaan itu juga pergi dengan cepat, dan Alaric tidak bisa mengerti perasaan ini. Alaric meninggalkan Aleyshia menuju kamarnya untuk beristirahat, ia tidak lupa membersihkan tangannya yang ia rasa sedikit tidak bersih. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan langsung terlelap.
**
Keesokan harinya, Aleyshia terbangun karena sinar matahari yang masuk dari celah-celah tirai kamar. Ia sedikit demi sedikit membuka matanya, melihat sekeliling dengan linglung. Ia menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, ia merasakan berat pada kepalanya. Ia begitu terkejut saat tahu dirinya bukan dikamar miliknya. Aleyshia segera menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia begitu tercengang dengan piyama laki-laki yang ia kenakan.
"Aaaaaaaaaaaaa....." Aleyshia menjerit memecah keheningan di mansion Alaric.
Bibi Eva yang sedari tadi menunggu didepan pintu kamar yang sedang ditempati Aleyshia pun terkejut saat mendengar jeritan dari dalam kamar, dia buru-buru membuka knop pintu dan masuk ke dalam kamar untuk memeriksa apa yang terjadi pada Aleyshia.
"Nona, apa anda merasa tidak nyaman? Saya akan bawakan sup pereda mabuk." Ujar bibi Eva lembut.
Aleyshia menatap penuh waspada pada wanita paruh baya yang sekarang ada dihadapannya.
"Kau siapa? Dan kenapa aku bisa berada disini? Lalu pakaian ini?" Tanya Aleyshia berturut-turut.
"Nona, anda mabuk semalam, dan tuan kami yang mambawa anda kesini. Pakaian itu milik tuan kami, namun saya yang membantu anda menggantinya karena pakaian anda terkena alkohol." Tutur bibi Eva.
Aleyshia yang mendengar bahwa wanita paruh baya tersebut yang membantunya mengganti pakaian merasa sedikit lega.
"Siapa tuan mu?"
"Tuan muda Alaric, nona. Beliau sudah menunggu anda dimeja makan."
"Baiklah, saya akan turun setelah membersihkan badan. M-maaf bi, bagaimana dengan pakaianku?" Tanya Aleyshia canggung.
"Pakaian nona sudah saya bersihkan, sudah saya taruh di sofa."
"Terimakasih, bi." Ucap Aleyshia dengan senyum yang mengembang.
"Baik, nona. Saya permisi dulu."
Bi Eva berlalu meninggalkan Aleyshia menuju ruang makan dimana Alaric berada.
