Pustaka
Bahasa Indonesia

Akhirnya Bertemu Denganmu

122.0K · Tamat
Almerys
87
Bab
128.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Dikhianati oleh kekasihnya, Aleyshia Smith yang putus asa pergi ke club malam untuk melampiaskan kesedihannya. Siapa sangka jika ia bertemu dengan rekan bisnisnya yang sekaligus jodohnya di masa depan.

PresdirposesifromantisRomansacinta sejatiSweetPernikahanBosFlash MarriageRomansaMemanjakan

I

Alaric Abraham Muller, seorang pria tampan kelahiran jerman yang sekarang berusia 27 tahun.

Alaric sekarang sedang makan malam berasama kedua orang tuanya.

"Alaric," panggil sang mama setelah mereka selesai makan malam.

Lalu Alaric pun menoleh dan mendekati sang mama yang sedang duduk di ruang keluarga besama papanya.

"Ma, ada apa?"

Lalu Alana menggenggam tangan putranya.

"Alaric, kapan kau akan mengenalkan calon istrimu pada mama dan papa?"

Alaric memejamkan matanya sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Alana.

Ini sangat sulit untuk Alaric karena ia tidak sedang dekat bahkan tidak pernah menjalin hubungan dengan lawan jenisnya, hal ini yang membuat Alana kadang berpikir negatif pada putra semata wayangnya.

Banyak yang mendekati Alaric, namun putranya sama sekali tidak pernah tergoda dan mau menanggapi wanita-wanita tersebut.

"Mama, Alaric mohon untuk tidak memaksa tentang hal ini, jika sudah saatnya Alaric pasti akan menikah, ma. Tapi tidak untuk sekarang, jadi mengertilah ma." Alaric melontarkan dengan suara selembut mungkin agar mamanya tidak kecewa.

"Maafkan mama Alaric, karena sudah memaksamu karena kami ingin sekali menimang cucu. Kemarilah mama ingin memeluk putra mama."

Lalu Alaric pun memeluk wanita yang paling disayanginya itu.

"Tidak apa-apa. Aku sangat menyayangimu, ma."

Alric menarik nafas sejenak,

"Ma, pa. Mungkin minggu depan aku harus pergi ke Amerika. Ada hal yang harus ku urus."

"Apakah ada masalah, Alaric?" Tanya Thomas pada putranya.

"Tidak pa hanya ingin meninjau cabang yang ada disana serta memperluasnya, mama dan papa jagalah kesehatan kalian saat aku pergi ke Amerika."

Nyonya dan tuan Muller hanya menganggukkan kepalanya.

**

Seminggu kemudian,

Alaric ditemani Edgar asistennya dan dua pengawalnya pergi berkunjung ke Amerika menggunakan jet pribadinya.

Dia mengenakan setelan jas berwarna hitam buatan tangan yang semakin menambah aura ketampanannya serta pesonanya.

"Edgar, apakah semuanya sudah kau urus?"

"Sudah, Presdir. Kita akan bertemu dengan klien besok untuk membahas kerjasama memperluas cabang kita di Amerika."

Alaric hanya mengangguk kecil,

"Baiklah. Aku akan beristirahat sebentar."

"Baik, Presdir."

Alaric berjalan menuju kamar yang ada didalam jet pribadinya. Ia melepas jas serta membuka dua buah kancing kemeja yang ia kenakan, dan itu menambah aura keseksian yang dimilikinya.

Alaric membersihkan badannya sebelum merebahkan tubuhnya, ia ingin istirahat sejenak karena semalaman dia terus bekerja tanpa memperdulikan waktu untuk beristirahat.

Ia memejamkan matanya, dan benar-benar langsung tertidur.

**

4 jam telah berlalu, kini Alaric sudah terbangun dan sedang duduk sambil memeriksa pekerjaan yang ada di tabnya.

"Presdir, apa ingin ke mansion dulu setelah sampai?"

"Tidak, kita langsung ke kantor dulu. Aku ingin bertemu Joseph."

"Baik, Presdir."

Sebelum menuruni jet pribadinya, Alaric merapikan terlebih dulu setelan jasnya.

Ia turun terlebih dahulu dan di ikuti Edgar asistennya dan dua pengawalnya.

Alaric menaiki mobil yang dikemudikan pengawalnya. Mobil itu melesat lancar di jalanan Amerika menuju cabang Muller Group.

"Selamat sore, Presdir." Sapa Joseph pada sahabatnya.

Langsung di tataplah joseph dengan pandangan dingin yang seperti dapat membunuh orang oleh Alaric.

Ya, Alaric sangat tidak suka apabila di panggil Presdir oleh sahabatnya.

"Selamat sore, Alaric." Joseph mengulang sapaannya pada Alaric.

"Hmm"

"Joseph, bagaimana tentang rekan kerjasama kita kali ini?"

"Untuk kerjasama yang kedua kali ini mereka ingin langsung bertemu denganmu, Alaric!"

"Karena pada saat kerjasama sebelumnya kau tidak datang dan hanya memantau dari jerman."

"Kenapa mereka ingin sekali bertemu dengan ku? Bukankah sebelumnya kau juga dapat menyelesaikannya?" Sambil memincingkan mata hitam legamnya pada Joseph.

"Entahlah, Alaric. Mungkin karena yang sekarang datang adalah yang akan menjadi pewaris Smith Group. Kabarnya dia sangat cantik, mungkin kau akan terpesona." Goda joseph pada sahabatnya.

"Jadi pada kerjasama kita yang pertama adalah perwakilannya yang datang?"

"Ya, Alaric."

"Baiklah kau segera aturkan jadwal pertemuannya, joseph."

"Ya, bagaimana kalau setelah ini kita ke club?"

"Tidak, Joseph. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku."

"Kau sudah kaya raya Alaric, hartamu sanggup membiayai hingga cicit-cicitmu kelak. Apa kau tidak bosan bekerja terus?" Tanya Joseph pada sahabatnya.

"Tidak." Jawab Alaric singkat.

**

Keesokan harinya di gedung Group Muller.

Alaric sedang duduk di kursi kulit kebesarannya sambil memeriksa pekerjaan, dia sedang menunggu klien untuk membahas masalah kontrak kerjasama.

Alaric terus-menerus melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangannya, karena sesuai janji yang telah di buat klien akan datang jam sembilan, tapi sampai jam sembilan kurang lima menit klien belum tampak batang hidungnya.

Alaric yang hampir kesal karena mengira klien akan datang terlambat, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan pintu di kantornya.

*toktoktok*

"Presdir."

"Masuklah."

"Nona, masuklah." Kata Edgar pada Aleyshia.

"Terimakasih." Balas Aleyshia dengan senyuman yang membuat orang terpesona.

Aleyshia memasuki kantor Alaric diikuti oleh sekretarisnya, sedangkan Alaric masih berkutat dengan file-filenya tanpa mengangkat kepalanya. Sampai Aleyshia berdeham barulah Alaric mengangkat kepalanya.

*ehem*

Alaric sedikit terpesona pada Aleyshia, gadis muda dengan manik mata berwarna amber, rambut sedikit bergelombang sebahu berwarna coklat dan body seperti model, detik berikutnya Alaric kembali menjadi dingin seperti biasanya. Alaric berdiri dari kursinya, menghampiri Joseph untuk menyapa Aleyshia.

"Perkenalkan nona, saya Joseph dan dia adalah Alaric." Sapa Joseph sambil menjulurkan tangannya pada Aleyshia.

"Hallo tuan, saya Aleyshia Smith. Senang bertemu dengan anda." Ucap Aleyshia sambil menjabat uluran tangan Joseph dan Alaric.

"Silahkan duduk nona." Ucap Joseph pada Aleyshia dan sekretarisnya.

Aleyshia mengangguk kecil, lalu ia pun duduk di sofa yg ada di dalam kantor. Sekilas Aleyshia melirik pada Alaric, karena dari awal sampai ia duduk di sofa Alaric tidak berucap apapun.

"Bagaimana nona, tentang proyek kerjasama kita kali ini?" Tanya Alaric pada Aleyshia setelah lama hening.

"Saya ingin mempresentasikan secara langsung pada tuan tentang proyek kali ini, karena ada beberapa hal yang saya ubah, tuan." Jawab Aleyshia.

"Baiklah nona, mari kita bicarakan di ruang rapat."

Edgar yang sedari tadi telah menunggu di depan pintu, kini mengarahkan Alaric, Joseph, Aleyshia dan sekretarisnya menuju ruang rapat di lantai dua puluh lima