Bab 5
Jerman 02:00 AM,
Dering telepon membangunkan Alaric dari tidur nyenyaknya, padahal dia baru beristirahat belum lama. Alaric membuang nafas kasar lalu mengambil handphone yang ada di nakas samping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menelpon dia langsung menggeser tombol hijau dan menempelkan di telingannya.
"Hallo!!" Ucap Alaric kesal setelah mengangkat teleponnya.
"Ini aku Joseph, bisakah kau ke Amerika, Alaric?" Ujar Joseph panik.
Alaric tahu, tidak mungkin Joseph mengganggunya jika tidak ada masalah.
"Katakanlah, apa kau melakukan kesalahan?" Tanya Alaric langsung pada intinya.
"Ya, sedikit Alaric. Ada yang membocorkan desain rancangan perusahaan kita dan akan segera di luncurkan di pasaran dalam waktu dekat ini. Kau harus kesini dan membantu ku, Alaric!" Ujar Joseph masih dalam keadaan bingung tidak tahu harus berbuat apa, karena ini salah satu proyek besar yang sedang di tanganinya, Joseph masih berjalan mondar-mandir di ruangan kerjanya sambil menunggu jawaban Alaric.
"Kau tenanglah, aku akan berangkat hari ini." Jawab singkat Alaric.
"Terimakasih, Presdir. Kau memang yang....."
Sebelum Joseph menyelesaikan ucapannya, sambungan telepon sudah di akhiri oleh Alaric.
Setelah memutuskan sambungan telepon Joseph, Alaric kemudian menelpon Edgar asistennya untuk menyiapkan jet pribadinya karena dia harus berangkat secepatnya ke Amerika.
Setelah sambungan telepon terhubung, "Edgar, kau siapkan jet pribadi, kita harus ke Amerika sekarang!" Ujar Alaric.
Di sisi lain Edgar masih dalam keadaan linglung karena dia baru saja tidur, dia mengira telepon itu hanya mimpi jadi ia tidak menanggapi.
Karena kesal tidak mendapat jawaban dari asistennya, Alaric pun berteriak di ujung telepon.
"Edgarrrrrrrr!!!!!"
Edgar terkejut karena teriakkan Alaric, "Pp-presdir, apa anda membutuhkan sesuatu?"
"Apa kau tidak mendengarkan ku, Edgar? Siapkan jet pribadi, kita berangkat ke Amerika. Tiga puluh menit lagi kau jemput di mansion!" Ucap Alaric tanpa penolakan.
"Bb-baik, Presdir. Segera saya siapkan."
Kemudian Alaric menutup sambungan teleponnya, dia beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap sebelum berangkat.
**
Satu jam kemudian Alaric sudah berada di dalam jet pribadi bersama Edgar dan kedua pengawalnya. Dia mengenakan pakaian casual karena setelah sampai Amerika dia tidak langsung datang ke kantor melainkan ke mansionnya terlebih dahulu.
"Edgar, kirimkan data karyawan bagian desain kantor cabang Amerika padaku, dan kau periksa latar belakang mereka semua, dan periksa juga segala aktivitas mereka akhir-akhir ini." Perintah Alaric setelah dia duduk di jet pribadinya.
"Baik, Presdir."
Kemudian hening di dalam jet pribadi karena mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Alaric memeriksa file yang dikirim Edgar di dalam tabletnya, sesekali dia mengernyitkan dahi saat membaca informasi karyawannya. Menurut data yang dikirim Edgar, Alaric sudah dapat menemukan orang yang membocorkan desain rancangan perusahaan miliknya, namun dia tidak ingin gegabah. Dia memerlukan bukti lebih detail, sehingga tidak akan merugikan banyak orang."
Alaric beranjak dari kursinya menuju kamar yang tersedia di jet pribadinya, sebelum sampai di depan pintu kamar dia menoleh menatap Edgar.
"Edgar, kau periksa dengan detail tentang Brandon Zhou. Aku ingin beristirahat, bangunkan aku jika sudah sampai."
"Baik, Presdir." Jawab Edgar sambil membungkukkan sedikit badannya.
Lalu Alaric berjalan memasuki kamar, sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang dia tak lupa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, karena Alaric mengidap mysophobia. Sesaat kemudian Alaric benar-benar tertidur lelap.
*toktoktok*
Ketukan pintu membangunkan Alaric dari tidur nyenyaknya, dia cukup lama tidur di pesawat kurang lebih selam empat jam. Dan kini ia sudah sampai di Amerika.
"Presdir..." Ujar Edgar sambil mengetuk pintu.
"Masuk.." Jawab Alaric singkat.
"Presdir, kita sudah sampai. Dan saya telah telah memeriksa secara detail Brandon Zhou, sudah saya kirimkan pada tablet Anda, Presdir."
"Baiklah, kau keluarlah dulu."
"Baik, Presdir." Kemudian Edgar keluar dari kamar Alaric.
Alaric beranjak dari ranjang dan merapikan pakaiannya sebelum keluar dari kamar. Jet pribadi Alaric mendarat di landasan yang ada di mansionnya, Alaric menuruni jet pribadinya diikuti Edgar dan kedua pengawalnya.
"Kalian istirahat dulu, kita lanjutkan pekerjaan besok."
"Baik, Presdir." Ucap Edgar dan pengawal bersamaan, kemudian mereka sedikit membungkukkan badan sebelum meninggalkan Alaric.
Alaric menuju ruang kerja yang berada di lantai dua untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum diselesaikannya.
Keesokan harinya, di Muller Group cabang Amerika. Alaric sedang duduk di kursi kulit kebesarannya, dia sambil sesekali memutar-mutarkan kursinya. Menatap tajam pada Joseph sahabatnya.
"Aku sudah menemukan orangnya, kau selesaikan sediri secepatnya."
"Apa kau yakin, Alaric?"
"Apa kau tidak percaya kemampuanku, Joseph?" Ujar Alaric sinis.
"Baiklah, Alaric. Akan ku urus segera. Aku pastikan dia menyesal telah berbuat curang pada Muller Group dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan dimanapun."
"Kau juga harus urus perusahaan yang bersekongkol dengan Brandon Zhou!"
"Ya, Alaric. Ku pastikan sesuai dengan yang keinginanmu."
Tanpa Alaric tahu, perusahaan yang bersekongkol dengan Brandon Zhou untuk mencuri desain rancangan perusahaannya adalah milik dari kekasih Aleyshia. James kekasih Aleyshia selalu menggunakan cara licik dan kotor untuk mendapatkan keuntungan pada perusahaannya segala macam cara ia lakukan demi keuntungan semata tanpa memperdulikan akibatnya.
**
Sore hari setelah Aleyshia selesai bekerja, ia mengendarai mobilnya menuju apartemen milik James. Ia ingin memberi kejutan pada James, karena mereka sudah lama tidak bertemu. Tapi bukan James yang terkejut akan kedatangan Aleyshia, melainkan Aleyshia yang terkejut saat ia sampai di depan pintu kamar milik kekasihnya yang tidak tertutup rapat. Suara erangan milik James dan sekretarisnya menyayat hati Aleyshia. Seketika air mata Aleyshia bercucuran, ia menutup mulutnya agar tak mengeluarkan suara. Aleyshia berdiri cukup lama melihat kekasihnya sedang bercinta dengan begitu bergairah. Ia pun mendengarkan percakapan diantara keduanya setelah puas bercinta, tidak lupa ia mengeluarkan telepon genggam untuk merekamnya.
"Sayang, apa kau menikmatinya?" Ucap Daiva lembut sambil mengusap dada James.
"Tentu Daiva, kau selalu bisa memuaskan ku. Beda dengan Aleyshia yang konservatif aku tidak pernah diizinkan untuk menyentuhnya bahkan mencium bibirnya pun tidak pernah padahal aku pria normal."
Daiva terkekeh mendengar penuturan James.
"Tapi kau tidak ingin meninggalkannya, sayang..." Ujar Daiva dengan sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Aku tidak akan meninggalkan Aleyshia, karena latar belakang keluarganya dapat membantu masa depanku. Kau tenang saja, walaupun aku menikah dengannya, kau akan tetap menjadi kekasihku." Ujar James sambil membelai rambut Daiva.
Tanpa James tahu Aleyshia sudah mendengarkan semua percakapan mereka bahkan merekamnya. Akhirnya Aleyshia memutuskan meninggalkan apartemen milik James tanpa mengeluarkan suara agar tidak ketahuan oleh mereka.
