Bab 3
Dua minggu kemudian,
Alaric kembali ke Jerman menggunakan jet pribadinya ditemani Edgar dan dua pengawalnya. Ia kembali karena pekerjaan yang ada di Amerika sudah diselesaikan, Muller Group berpusat di Jerman, jadi dia lebih sering tinggal di Jerman bersama kedua orang tuanya.
Orang tua Alaric mendidik anaknya dengan sangat ketat dan disiplin, dari kecil Alaric sudah di didik untuk menjadi penerus keluarga Muller. Semua biaya pendidikan mengadalkan jeri payahnya seorang diri dengan kerja keras dan ketekunannya, Alaric setiap tahun mendapatkan beasiswa semenjak dia sekolah dasar hingga saat kuliah di Harvard, tak jarang dia pun bekerja part time saat masih berkuliah. Banyak yang memandang rendah Alaric karena anak beasiswa, karena tidak ada orang yang tahu tentang latar belakang keluarga Alaric. Dia merahasiakan semua itu untuk hidup secara sederhana di negeri orang, agar menghindari bahaya atau ancaman yang membuat orang tuanya khawatir.
Alaric sedang duduk di kursi kulit kebesarannya. Dia baru saja menerima laporan yang diberikan oleh karyawannya untuk diperiksa. Alaric sudah memimpin selama lima tahun, setelah lulus kuliah dia langsung menggantikan ayahnya menjadi pimpinan Muller Group. Ayahnya ingin bersantai dan beristirahat menikmati waktu tuanya besama istri tercintanya menjalani hari-hari dengan sederhana, namun tak jarang ayahnya membantu putra semata wayangnya bila menemui kendala dalam pekerjaannya.
Alaric terkenal sebagai kaisar di dunia bisnis karena tangan besi dan kemampuan memimpin perusahaan terbesar salah satu di dunia. Dibawah pimpinannya, Muller Group berkembang semakin besar dan memiliki banyak cabang di seluruh dunia.
Dengan kehebatan yang dimiliki Alaric tak sedikit wanita yang berbondong-bondong ingin dekat dengannya. Tidak hanya memiliki kekuasaan, Alaric sangat tampan memiliki postur tubuh yang atletis dengan tempramen yang dingin mampu membuat para wanita bertekluk lutut padanya. Namun hingga umur 27 tahun ia masih belum pernah jatuh hati pada lawan jenis, karena di pikirannya masih fokus pada pekerjaannya.
Saat Alaric sedang menyandarkan punggungnya sambil memejamkan mata untuk beristirahat sejenak, tiba-tiba pintu kantornya di buka tanpa di ketuk pintunya. Alaric membuang nafas kasar sambil melirik sinis ke arah pintu dan melihat Daniel sahabatnya yang datang tiba-tiba dari Amerika.
"Apa aku mengganggumu Presdir Alaric?"
Pria itu melangkah mendekati meja Alaric dan langsung duduk di hadapannya.
"Apa yang membuat tuan Daniel berkunjung ke kantorku?" Ujar Alaric saat melihat sahabatnya duduk dihadapannya.
Daniel tersenyum tipis, "Apa kau tidak menyambutku, Alaric? Setidaknya kau harus memberikan ku sedikit minuman."
Alaric menatap sinis sahabatnya, lalu beranjak dari kursi, menuju mini bar yang ada di ruangannya untuk mengambil sebotol wine dan gelas. Kemudian Alaric mengisi dua gelas tersebut dan memberikan salah satunya pada Daniel.
Alaric menggoyang-goyangkan gelas yang berisi wine sebelum mulai menyesapnya, "Ada keperluan apa yang membuatmu datang ke Jerman?"
"Aku hanya ingin mengunjungi mu, kau lupa menemuiku saat di Amerika bukan?" Ujar Daniel melirik sahabatnya sambil memainkan gelasnya.
"Aku terlalu sibuk mengurus pekerjaan ku, sedangkan kau sibuk dengan wanitamu, maka dari itu aku tidak ingin menggangumu. Jadi apa tujuanmu datang ke sini? Apa kau bertemu klien?"
Daniel membuang napas kasar lalu berkata, "Aku datang kesini memang untuk menemui mu, bukan untuk urusan pekerjaan. Aku ingin mengundangmu di acara pertunanganku 2 bulan lagi dengan Jennifer.
Alaric tersenyum menanggapi perkataan sahabatnya tersebut yang memberi tahu bahwa akan bertunangan.
"Baiklah, aku akan datang di acara pertunanganmu." Sambil menyesap winenya.
"Alaric, mari kita lupakan pekerjaan sejenak, temani aku ke club malam untuk bersenang-senang saat aku di Jerman." Kebiasaan Daniel saat berpergian selalu menyempatkan datang ke club malam.
"Malam ini aku tidak bisa, banyak pekerjaan yang harus ku urus. Kau pergilah sendiri." Tolak Alaric pada sahabatnya.
Daniel mendengus dingin, "kapan kau akan menikmati waktumu, Alaric? Kau ini benar-benar hanya pekerjaan yang ada di otakmu. Hingga detik ini ku dengar kau masih tetap sendiri, apa kau memang ingin hidup sendiri, Alaric?"
"Daniel, kau terlalu banyak berbicara!!" Ucap Alaric kesal.
"Kau ini, sudahlah Alaric aku akan bersenang-senang sebelum kembali ke Amerika." Sambil berkata Daniel membalikan badan dan meninggalkan ruang kerja Alaric.
Sepeninggalan Daniel, Alaric kembali memeriksa pekerjaannya. Sesekali dia memejamkan matanya, namun saat memejamkan mata bayangan Aleyshia selalu muncul dalam pikirannya yang kadang membuat Alaric bingung kenapa bayangan wanita itu sering muncul akhir-akhir ini membuat dia sedikit tidak fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Lalu Alaric menekan tombol intercom yang ada di kantornya untuk memanggil Edgar asistennya. Ketukan pintu membuyarkan lamunan Alaric.
*tuktuktuk*
"Masuk." Ucap Alaric singkat.
Kemudian Edgar mendekati meja Alaric dan berdiri persis didepannya.
"Apa ada yang bisa saya bantu, Presdir?"
"Tolong kau periksa tentang Aleyshia Smith untuk ku, Edgar." Ujar Alaric tanpa mengangkat kepala.
Edgar yang mendengar perkataan bosnya pun terkejut tidak biasanya bosnya memerintah untuk memeriksa seorang wanita, namun kesadaran Edgar kembali saat mendengar bosnya berdeham.
"B-baik, Presdir. Saya akan memeriksanya secepat mungkin."
"Hmm."
"Kalau tidak ada yang lain, saya permisi dulu, Presdir." Alaric hanya menganggukan kepala, kemudian Edgar meninggalkan ruang kerja Alaric untuk menyelesaikan pekerjaan yang baru di berikan oleh presdirnya.
Kecepatan bekerja Egdar tidak bisa diragukan, kurang dari satu jam sudah mendapatkan semua data tentang Aleyshia Smith, karena itu Egdar menjadi salah satu orang kepercayaan Alaric. Kemudian dia kembali datang mengunjungi kantor bosnya. Edgar kemudian mengetuk pintu di depannya sebelum dipersilahkan masuk.
"Masuk."
"Presdir, ini dokumen yang Anda minta dan semua informasi sudah ada dalam dokumen tersebut." Lalu Edgar menyerahkan dokumen pada bosnya.
"Terimaksih, Edgar. Kau boleh keluar dan lanjutkan pekerjaan mu." Ujar Alaric sambil menatap dokumen yang ada di mejanya.
"Baik, Presdir." Edgar sedikit membungkukkan badan dan lalu berjalan meninggalkan ruangan bosnya.
Kemudian Alaric membaca informasi yang sudah di berikan oleh Edgar, sedikit demi sedikit muncul rasa kagum pada benak Alaric saat membaca informasi Aleyshia. Wanita yang lebih muda tiga tahun dari Alaric tidak hanya cantik dia juga sangat cerdas, di usia yang masih sangat muda dia mulai belajar untuk mempimpin perusahaan ayahnya. Ayahnya mulai mempercayakan bisnisnya karena melihat bakat dari putri semata wayangnya tersebut. Namun belum sepenuhnya diberikan kekuasaan melihat putrinya masih sangat muda dan ingin memberikan putrinya sedikit kebebasan untuk menikmati masa mudanya.
Hingga di halaman terakhir informasi yang Alaric baca, membuat gelayar aneh pada hatinya saat mengetahui bahwa Aleyshia sudah memiliki kekasih yang sudah menjalin hubungan selama kurang dari tiga tahun. Ada perasaan kecewa yang tiba-tiba muncul, membuat Alaric mengerutkan dahinya. Karena merasa aneh pada perasaannya tersebut.
