Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

II

**

Di ruang rapat,

"Baiklah nona Aleyshia, saya akan melihat presentasi anda, kemudian saya akan memutuskan tentang kerjasama kita kali ini akan berlanjut atau tidak, semua tergantung pada anda hari ini. Silahkan nona...." ucap Alaric tegas dengan suara baritonnya.

Aleyshia mempresentasikan proposalnya dengan lancar dan sangat percaya diri.

Dia terlihat sangat cerdas dan sangat menguasai apa yang telah ia presentasikan dalam menjelaskan proposal yang telah ia buat.

Aleyshia sesekali tersenyum pada saat mempresentasikan proposalnya membuat dia semakin mempesona dan sangat cantik untuk orang-orang yang melihatnya, membuat Alaric terpesona dan sedikit penasaran pada sosok Aleyshia.

Alaric mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama setiap hal yang dipaparkan oleh Aleyshia di depan, dan sesekali ia akan menganggukkan kepalanya ke arah Joseph dan Edgar.

Setelah selesai mempresentasikan proposalnya, Aleyshia duduk kembali ke kursi di sebelah sekretarisnya, dia terlihat sedikit gugup hingga tanpa sadar menggigit bibir bawahnya, saat ini ia merasa jantungnya berdetak begitu kencang.

Dia tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, selama ia diberi tanggung jawab oleh Arnold untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan lain, baru kali ini Aleyshia merasa gugup saat presentasi di depan Alaric.

Wajah Alaric sangat serius dan tajam saat menatapnya yang membuat Aleyshia semakin gugup.

Alaric melihat dan meneliti lagi proposal yang dibawa oleh Aleyshia, begitu juga dengan Joseph dan asistennya. Kemudian Alaric mulai membaca kontrak kerjasama mereka, ia melirik sekilas pada Aleyshia yang sedang gugup dan wajahnya sedikit pucat, Alaric menarik sedikit sudut bibirnya tanpa sadar.

"Baiklah nona, saya suka dengan proposal anda dan saya menyetujui kerjasama kita kali ini. Saya harap kerjasama kita dapat menguntungkan kedua belah pihak perusahaan." Ucap Alaric sambil menandatangani kontrak tersebut.

"Benarkah? Terimakasih tuan Alaric. Semoga kerjasama kita berjalan dengan baik dan lancar." Ucap Aleyshia senang, wajah pucatnya kini sudah berubah menjadi merah merona dan bersemangat.

Mereka saling berjabat tangan menandakan kerjasama berjalan dengan baik.

Sebelum Aleyshia dan sekretarisnya meninggalkan ruang rapat di gedung Muller Group, mereka berbasa basi sebentar dan kemudian berpamitan untuk kembali ke kantor mereka.

Namun langkah kaki Aleyshia dan sekretarisnya terhenti ketika tiba-tiba saja Joseph memanggil Aleyshia untuk mengajaknya makan siang bersama.

"Nona, bagaimana kalau kita makan siang bersama?" Ucap Joseph.

"Maaf tuan bukan maksud saya menolak, tapi saya sudah ada janji di luar, mungkin lain kali kita bisa makan bersama di lain waktu." Ucap Aleyshia ramah dengan senyum mempesonanya.

Alaric yang masih duduk di posisinya, mendengar jawaban dari Aleyshia hanya meliriknya sekilas.

Sepeninggalnya Aleyshia dari ruang rapat, kini tinggal Alaric, Joseph dan Edgar. Joseph memandang Alaric yang sedang tersenyum tipis. Dia merasa sedikit aneh pada sahabatnya yang seperti gunung es tersebut. Lalu Joseph menyenggol lengan Alaric, yang membuat Alaric sadar dari lamunannya.

Joseph menahan tawanya, karena ia tahu jika sahabatnya paling kesal jika di ganggu.

"Apa kau tertarik dengan Aleyshia?" Goda Joseph pada sahabatnya.

"Omong kosong." Ucap Alaric.

"Edgar, ayo kita kembali ke mansion, aku sudah tidak tahan disini."

"Baik, Presdir."

"Hei, kau tidak perlu terburu-buru Alaric." Teriak joseph yang menyadari sahabatnya sudah berjalan keluar.

"Tidak, aku ingin beristirahat. Aku tidak tahan berdekatan terlalu lama denganmu."

"Seharusnya kau bersyukur karena aku yang berada disini bukan Daniel, Alaric."

Alaric menggertakan giginya saat mendengar nama Daniel. Daniel juga sahabatnya, hanya saja dia lebih berani menantang dan menggoda Alaric.

"Sudahlah, kau boleh datang ke mansionku nanti malam, aku benar-benar ingin beristirahat sebentar."

Lalu Alaric meninggalkan Muller Group menuju mansionnya yang berada di pusat kota Amerika bersama Edgar.

**

Alaric berjalan memasuki mansionnya, langkahnya terhenti kemudian menoleh pada Edgar.

"Apa ada yang anda butuhkan, Presdir?"

Setelah hening untuk beberapa detik barulah Alaric berkata, "Tidak, kau boleh istirahat."

"Baik, Presdir. Jika membutuhkan sesuatu panggil saja saya, terimakasih." Ucap Edgar sambil membungkuk.

Alaric menaiki anak tangga satu per satu menuju lantai dua, dimana kamarnya berada.

Ia langsung membersihkan diri sebelum istirahat, saat merebahkan tubuhnya di ranjang king size miliknya, tanpa sadar Alaric membayangkan wajah Aleyshia yang memiliki manik mata berwarna amber yang begitu mempesona.

"Arrgghh! Apa yang aku pikirkan!" Gerutu Alarik dalam hatinya, sambil mengacak-acak rambutnya kesal.

**

Malam harinya ditempat lain, tak jauh berbeda dengan Alaric, Aleyshia yang akan beristirahat pun tiba-tiba terbayang wajah dingin Alaric.

"Aleyshia, apa yang kau pikirkan! Tidak seharusnya kau memikirkan pria lain, kau memiliki kekasih Aleyshia!" Batin Aleyshia mengingatkan pada dirinya sendiri.

Kemudian Aleyshia mengambil telepon genggam miliknya yang ia taruh di nakas samping tempat tidur untuk menghubungi kekasihnya. Setelah dering cukup lama telepon pun akhirnya terhubung.

"Hallo babe, aku sangat merindukanmu..." Sapa manja Aleyshia pada kekasihnya James.

"Ya babe, akupun sangat merindukanmu." Jawab James.

"Apa kau sangat sibuk akhir-akhir ini babe, kau jarang menemui ku?"

"Maafkan aku babe, aku dinas di luar akhir-akhir ini."

"Tidak apa-apa, jagalah kesehatanmu babe. I love you.."

"I love you too."

Dan sambungan telepon pun berakhir. Tanpa Aleyshia tahu di tempat lain kekasihnya sedang memadu kasih bersama sekretarisnya.

"Sayang, ayo kita lanjutkan yang tadi sempat tertunda karena telepon dari kekasihmu." Goda Daiva sekretaris James.

Kemudian dia melangkahkan kakinya mendekati James dan langsung duduk di pangkuannya.

Daiva mencium dan menjilat leher James, membuat tenggorokan James naik turun. Dengan agresifnya Daiva mencium bibir milik James lalu ia sedikit menggigit bibir bawah James untuk memudahkannya mengabsen setiap rongga didalam mulut James, sesekali ia akan menghisap lidah James saling mencecap dan bertautan untuk bertukar saliva.

Hingga James ikut terpancing oleh godaan yang telah diberikan Daiva padanya, sekarang tangan James sudah tidak bisa tinggal diam saja dengan godaan-godaan yang terus diberikan Daiva, ia mulai meremas payudara yang cukup besar milik Daiva mungkin 36D ukuran payudaranya.

Daiva melenguh nikmat saat tangan James meremas lembut kemudian berubah kasar pada payudaranya.

Satu persatu kancing kemeja Diava mulai terlepas, James langsung membenamkan kepalanya di depan dua gundukan itu untuk menjilat dan menghisap secara bergantian, tangannya tetap meremas gundukan itu sambil memainkan nipple Daiva.

"Ahhhhh....." Mulut nakal Daiva akhirnya mengeluarkan suara nakal karena sudah tidak bisa ia tahan lagi, ia sungguh sangat menikmati sentuhan tangan James.

Tidak kalah nakalnya dengan tangan James, Daiva pun mulai meraba bagian sensitif James, membuka kancing celana James, melepaskannya dan membuang ke sembarang tempat.

Daiva mulai meraba satu gundukan panjang milik James yang mulai membesar karena gairahnya sudah terpancing, melumat, kemudian menghisap dan menjilat seperti menikmati ice cream.

James tersenyum sesekali memejamkan matanya menikmati aksi nakal Daiva, aliran darah di tubuh James sudah seperti di aliri listrik yang menandakan ia menginginkan lebih dari apa yang sedang Daiva lakukan saat ini.

James menggendong tubuh Daiva menuju ranjang, kini ditubuh mereka berdua sudah tidak ada sehelai benangpun. Sekarang Daiva sudah berada di bawah tubuh James, James mulai memasukkan miliknya ke dalam milik Daiva. Desahan-desahan mulai keluar dari mulut Daiva yang menikmati penyatuan tubuh mereka. Malam ini menjadi malam yang sangat memabukkan untuk mereka berdua.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel