chapter 4
Keesokan paginya, Rangga terbangun dengan perasaan segar.
Mungkin karena hari ini tak ada tuntutan pekerjaan, tak ada deadline yang menjerat pikirannya.
Ia tak terlalu memikirkannya. Setelah mandi cepat dan bersiap, Rangga berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri.
Berbeda dari kemarin, kali ini ia menyesuaikan mentalnya.
Tak ada lagi rasa takut dengan kekuatan super nya Raka Yakin ia dapat dengan mudah membunuh monster mutant, Ia menegaskan keyakinannya sendiri.
Keluar dari unitnya, Rangga menyadari sesuatu yang aneh.
Tetangga yang biasanya cerewet, suka bergosip di depan pintu, kini tak menampakkan batang hidungnya.
Tapi Rangga tak peduli. Ia berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah.
Gedung apartemen itu sepi, Terlalu sepi.
Tak ada satu pun penghuni lain yang berkeliaran, hanya Rangga sendiri.
Ia tahu sebagian besar dari mereka memilih bersembunyi, menunggu penyelamatan yang entah datang atau tidak.
Sesampainya di lantai satu, ia membuka pintu utama yang rusak—bekas pertarungan semalam—dan melangkah keluar.
Udara pagi yang lembap menyambutnya, tapi pemandangan di depan mata membuat napasnya tercekat.
Begitu Rangga melangkah keluar dari pintu apartemen yang rusak, dunia yang ia kenal seperti menghilang.
Udara pagi masih terasa lembap seperti biasa, namun hawa sunyi yang menelannya membawa kesan janggal. Di hadapannya, pemandangan kota yang dulu ramai kini telah berubah menjadi sesuatu yang tak bisa dikenali.
Pepohonan besar menjulang liar di antara bangunan, akarnya merobek aspal dan menyelimuti trotoar yang dulu padat. Dedaunan rimbun menjuntai dari lantai atas gedung-gedung, seolah alam telah menyerbu dan menelan peradaban manusia tanpa perlawanan.
Lampu jalan berdiri miring, sebagian patah tertimpa dahan. Kabel listrik menjuntai tak beraturan di antara semak-semak liar yang tumbuh dari retakan jalan.
Gedung-gedung apartemen di sekelilingnya masih berdiri, tapi catnya memudar dan dindingnya mulai ditumbuhi lumut. Jendela-jendela yang menganga kosong seolah menatap hampa, seperti mata dari bangkai raksasa yang tak lagi hidup.
Tak terdengar suara mesin, tak ada langkah kaki, bahkan burung pun tak berkicau. Hanya suara angin yang menggerakkan daun-daun, melintasi bangunan seperti bisikan dunia yang telah lama ditinggalkan.
Semua terasa seperti kota mati—sunyi, hijau, dan asing. Seolah manusia telah punah dalam semalam, digantikan oleh kehendak liar alam yang merebut kembali wilayahnya.
Matanya menatap langit yang tertutup kabut tipis, lalu dengan sekali dorongan ia melompat ke sebuah dahan pohon besar lalu ia bergerak cepat, muncul di atas sebuah dahan pohon tinggi.
Dari ketinggian, ia memandang sekeliling—hutan, reruntuhan, dan kehampaan.
Tanpa membuang waktu, ia melompat dari satu dahan ke dahan lain, lincah seperti bayangan.
Sejak membangkitkan kekuatan super, rangga merasa fisik nya menjadi lebih kuat dari manusia biasa pada umum nya
sekarang ia dapat mengucapkan selamat tinggal kepada tubuh lama yang lemah dan kekurangan ginjal.
Sehingga sekarang ia dapat menjadi pria sejati lebih lama yang membuat Rangga senang dan puas.
Karena sudah lama menjadi perjaka hingga 28 tahun lama nya.
Pada saat bersamaan Rangga tak sabar untuk mencari wanita untuk pelampiasan hasrat.
Rangga sama sekali tak munafik tentang ini, Sekarang Akhir dunia siapa yang peduli dengan moral?
Hanya saja untuk saat ini Rangga sama sekali tak terburu-buru tentang hal ini.
Karena ia sekarang telah membangkitkan kekuatan super.
Rangga tentu memiliki kepercayaan diri untuk memilih wanita tidak lebih rendah dengan standar kecantikan 90 poin.
Namun saat ini Rangga harus fokus untuk mencari perbekalan dan mencari cara untuk menjadi lebih kuat.
Melompat dari satu dahan pohon ke dahan pohon lain nya Rangga terlihat sangat lincah dan cekatan.
Dalam beberapa saat Rangga dengan mudah menguasai dan mengerti medan pepohonan ini.
Dengan cepat pergi ke arah jalan sebuah toko kelontong dalam ingatan nya.
Di bawah, hutan itu sunyi.
Sampai tiba-tiba, ia berhenti di ujung dahan.
Matanya menangkap sosok bergerak di antara semak.
itu adalah seeekor anjing namun lebih besar dari kebanyakan anjing dengan panjang lebih dari 2 meter ia terlihat lebih kuat dari pada anjing kemarin di bunuh Rangga.
Dengan wajah ganas ia menoleh lalu menatap Rangga di atas pohon mengongong dengan panik dan haus darah.
Normal nya hewan seperti anjing sudah di domestikasi oleh manusia selama ribuan tahun telah kehilangan insting liar alami nya.
Dan telah menjadi teman manusia dan di jinakan oleh manusia namun melihat golden retriver ini, Tahu sesuatu telah merubah anjing ini kembali menjadi ke nenek moyang mereka.
Rangga menduga bahwa Perubahan anjing ini memiliki penyebab sama dengan perubahan pada tumbuhan yang tumbuh tidak normal.
Dengan cepat Raka Turun dari pepohonan tinggi berhadapan langsung dengan anjing mutant besar ini, Anjing mutant itu mengangap ini adalah kesempatan bergegas ke arah Rangga dengan mulut terbuka lebar seperti ingin menggigit Rangga.
Raka juga sudah siap menghindar ke samping dengan cepat dengan fisik dan reaksi nya saat ini sudah cukup untuk di bandingkan dengan anjing mutant didepan nya.
setelah menghindari ke samping pada saat bersamaan Rangga juga menebas dengan pisau pendek nya tepat ke punggung anjing itu.
Namun sayang nya dengan bulu lebat anjing itu itu Rangga hanya dapat sedikit menggores kulit nya.
pada saat bersamaan juga anjing itu sedikit kesakitan juga menggongong bergegas ke arah rangga seperti orang gila, kali ini ia mecoba mencakar Rangga.
Rangga sendiri sama sekali tak ragu langsung memobilisasi kekuatan super kehidupan nya mengendalikan pertumbuhan rumput di sekitar nya dengan cepat melilit kaki anjing itu.
Menyebabkan nya terjatuh, dengan gerakan lainnya rangga juga mengendalikan rumput itu terus melilit anjing itu seperti melilit pangsit.
Rangga merasa sedikit penasaran bagaimana batasan lilitan rumput ini berkerja, Raka lalu mulai mengendalikan rumput itu terus melilit anjing mutant itu erat sambil terus mempererat ikatan nya secara perlahan-lahan.
Awal nya anjing mutant yang dililit itu bergerak-gerak mencoba melawan
Namun tak lama anjing mutant itu berhenti bergerak karena kehabisan nafas, Namun Rangga sama sekali tak berniat berhenti dan terus melilit mayat anjing mutant itu tampa ampun.
Pada saat bersamaan Rangga juga menerima notifikasi sistem.
[Selamat! Anda telah membunuh: Mutant Tingkat 1 – Kelas Rendah.]
[Mendapatkan: 1 Poin Evolusi.]
Seiring dengan melilitnya tanaman itu semakin erat, tubuh anjing bergetar hebat, dan bisa terdengar suara pecah, seperti daging yang dihancurkan oleh tangan tak terlihat.
pada saat bersamaan Raka juga mengendalikan rumput itu untuk melepaskan 'mayat' anjing mutant itu atau bahkan tidak bisa di sebut lagi mayat namun lebih seperti daging tumbuk.
adegan ini cukup kejam dan sadis namun Rangga hanya melirik dingin ke arah 'mayat' itu dengan acuh tak acuh.
Dan Rangga dapat menyimpulkan Rumput di kendalikan oleh nya sama sekali tak dapat di remeh kan, di bawah kendali skill pertumbuhan nya Rangga dapat membuat rumput di kendalikan nya menjadi sekeras besi dan selentur karet.
