Persiapan Pensi dan Ujian Persahabatan
Minggu-minggu berlalu sejak Alya dan Reno memutuskan bekerja sama. Suasana OSIS berubah total. Mereka memadukan ide segar Reno dengan pengalaman Alya dalam mengelola anggaran dan organisasi.
Pagi itu, ruang OSIS dipenuhi kegaduhan. Sari sibuk membagi tugas, sementara Rina memeriksa daftar sponsor. Alya memimpin rapat dengan penuh semangat.
“Kita sudah dapat sponsor utama dari toko elektronik di dekat pasar,” kata Rina. “Ini bisa bantu banyak.”
Reno menambahkan, “Dan geng aku juga siap membantu pasang dekorasi. Semuanya tema Galaksi!”
Suasana penuh semangat, tapi di balik itu semua, ada ketegangan yang tak terlihat.
---
Suatu sore, saat Alya dan Reno sedang memeriksa perlengkapan dekorasi di gudang, Alya tiba-tiba mendapat pesan dari nomor tak dikenal.
“Kalau kamu sayang sama pensi, hati-hati dengan dana. Ada yang mau ngacak-acak semuanya.”
Alya menunjukkan pesan itu pada Reno.
“Gimana menurutmu?” tanyanya.
Reno memicingkan mata. “Artinya kita harus lebih waspada.”
---
Hari berikutnya, kehebohan meledak. Dana yang sudah terkumpul sebagian besar tiba-tiba hilang dari rekening OSIS.
Rina panik. “Ini gak mungkin kecolongan! Dana ini harusnya aman!”
Alya berusaha tenang. “Kita harus cari tahu siapa yang bisa akses rekening dan kapan pencurian itu terjadi.”
Semua anggota mulai saling curiga. Ketegangan di OSIS meningkat.
---
Di tengah kekacauan itu, Reno tetap tenang dan menawarkan ide.
“Kita manfaatkan jaringan geng aku buat cari informasi. Biasanya ada yang tahu gerak-gerik mencurigakan di sekolah.”
Alya ragu, tapi terpaksa setuju. Mereka membentuk tim kecil yang terdiri dari anggota OSIS dan geng Reno untuk menyelidiki.
---
Beberapa hari kemudian, mereka menemukan petunjuk yang mengarah ke seseorang dari OSIS senior yang merasa posisinya terancam dengan munculnya Reno.
Alya merasa kecewa sekaligus terpukul. “Jadi selama ini ada yang bermain kotor di dalam?”
Reno mengangguk. “Ini ujian. Kita harus buktikan kalau kita bisa jujur dan bekerja sama tanpa harus saling menjatuhkan.”
Persiapan pensi makin mendekati puncak. Meski dana berkurang, semangat mereka tak padam.
Mereka mulai menggalang dana tambahan dengan acara kecil-kecilan, seperti bazar makanan dan konser mini.
Hubungan Alya dan Reno pun makin erat, bukan hanya sebagai rekan kerja tapi juga sebagai teman yang saling menguatkan.
Suatu malam, saat mereka berdua menata dekorasi terakhir, Reno menatap Alya.
“Kamu tahu, aku awalnya takut kamu bakal ninggalin aku begitu tahu siapa aku sebenarnya.”
Alya tersenyum. “Aku juga pernah takut, tapi kamu membuktikan kalau kamu lebih dari sekadar ketua geng.”
Mereka tertawa kecil, menghapus segala keraguan yang pernah ada.
Namun, bayangan ancaman masih membayangi mereka.
Siapa sebenarnya yang mengacak-acak dana OSIS?
Bisakah mereka menyelesaikan pensi tepat waktu?
Dan apakah persahabatan serta kepercayaan yang dibangun bisa bertahan menghadapi ujian terakhir?
****
Pagi itu suasana ruang OSIS penuh kecemasan. Dana yang hilang membuat sebagian besar anggota mulai hilang kepercayaan, saling menuding tanpa bukti jelas. Alya berusaha menenangkan semua.
“Kita harus tetap fokus. Saling tuduh gak akan menyelesaikan masalah,” katanya dengan suara tegas.
Reno mengangguk. “Aku sudah minta bantuan geng aku untuk menyelidiki. Kita harus temukan pelakunya sebelum pensi dimulai.”
Tim kecil yang terdiri dari anggota OSIS dan geng Reno mulai menyelidiki dengan cara berbeda. Mereka mencari jejak digital, menanyai staf sekolah, dan mengamati gerak-gerik mencurigakan di sekolah.
Beberapa hari berlalu, dan Alya mulai menerima laporan yang mengarah ke satu nama: Dito, ketua OSIS senior tahun lalu yang merasa posisinya terancam oleh kedatangan Reno.
Suatu sore, Alya dan Reno menemui Dito secara langsung di kantin.
“Dito, kami tahu kamu yang mengacak-acak dana OSIS,” kata Alya dengan nada lembut tapi tegas.
Dito tertawa sinis. “Kalian pikir aku takut? Pensi ini cuma permainan buat kalian, bukan buat aku. Aku cuma mau nunjukin siapa yang sebenarnya berkuasa di sekolah ini.”
Reno berdiri tegak. “Kamu salah. Kekuasaan bukan soal uang atau posisi, tapi soal kepercayaan dan kerja sama.”
Konflik memuncak ketika Dito mengancam akan membocorkan rahasia Reno ke guru dan kepala sekolah. Tapi Alya yakin, bukti yang mereka punya cukup kuat untuk mengamankan posisi mereka.
Dengan bantuan guru pembina OSIS, Dito akhirnya dihadapkan pada konsekuensi tindakan curang nya. Dana berhasil dikembalikan sebagian, dan persiapan pensi dilanjutkan dengan semangat baru.
Di malam pensi, sekolah dipenuhi gemerlap lampu dan suara riuh penuh semangat. Semua berjalan lancar, dari bazar makanan sampai penampilan band dan tari.
Alya berdiri di samping Reno, tersenyum puas.
“Kita berhasil,” katanya pelan.
Reno menatapnya dengan mata hangat. “Ini baru permulaan, Alya. Kita buktikan bahwa dengan kerja sama dan kejujuran, kita bisa melampaui semua rintangan.”
Pensi berakhir dengan tepuk tangan meriah, meninggalkan kenangan manis sekaligus pelajaran berharga bagi seluruh anggota OSIS dan siswa.
