Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4

Semua ucapan dan pemahaman nya masih secerdas di masa lalu, seperti orang yang hanya jatuh di ketinggian sederhana, tidak ada lecet atau apa pun. Hanya balutan perban berdarah di kening sebagai akibatnya. Pandji sendiri merasa wanita ini di beri keberuntungan yang aneh.

"Semalam aku tidak melihat mu." Lamia lama berpikir dan mulai menjadi curiga. "Seseorang mengatakan padaku kalau sistem peraturan mansion ini adalah wajib hukumnya untuk menghadiri makan malam di ruang makan keluarga."

Pandji tersenyum sedikit. "Aku baru saja datang."

"Datang? Memang nya kamu habis dari mana?"

"Sekarang boleh aku yang bertanya?" Pandji tidak membiarkan Lamia bicara terus-menerus saat dia melanjutkan kata-katanya.

"Kamu bisa mengaku kalau kamu amnesia sekarang, dan dokter juga mengklaim seperti itu. Tapi bukan berarti kamu bisa mengeruk informasi tentang apa pun dariku."

Lamia tidak mengerti mengenai sikap Pandji yang tiba-tiba berubah menjadi dingin. Dengan kalimat akhir itu, Pandji lalu pergi dari hadapan nya, memasuki mansion tanpa menoleh lagi pada Lamia yang masih setia diam menatap punggung belakang nya.

Lamia masih berdiri di sana, mendengus terheran dan memilih menatap danau dengan pertanyaan berkecamuk di dalam kepalanya ketika seorang pelayan berlari untuk memanggil nya. Lamia masih setia melamun untuk sementara waktu, terduduk di atas sebuah batu dan memandang pantulan wajah nya di air danau saat Sheryn mendekat.

"Nyonya, mengapa Nyonya di luar? Nyonya seharusnya beristirahat di kamar. Mari saya antar kembali, makan siang Anda sudah saya siapkan di kamar."

Lamia hanya melirik Sheryn tanpa daya, menghela napas sebelum bicara.

"Sheryn, bagaimana aku bersikap selama ini?"

"Apa?"

"Kamu bilang kamu sudah bekerja di sini selama lebih dari tiga tahun. Kamu pasti tau aku bagaimana."

Sheryn sedikit bingung harus menjawab nya seperti apa, tapi melihat Lamia yang serius menatapnya, menunggu dengan sabar, Sheryn akhirnya menjawab. "Tidak

terlalu buruk."

"Maksud mu?"

"Nyonya dulu sangat pendiam. Keluar hanya untuk mengambil buku, kebanyakan Anda selalu mendekam di dalam kamar dan tidak pernah keluar sampai saat makan malam tiba."

"Kenapa aku pendiam? Kenapa aku selalu di dalam kamar? Apa ada sesuatu yang terjadi padaku?"

"Saya tidak tahu Nyonya."

"Lalu bagaimana kabar pernikahan ku dengan Abi?"

Sheryn menjadi tidak enak. Dia tidak tahu harus menjawab jujur atau bohong karena hubungan di antara Nyonya dan si Tuan Besar Kedua lebih cocok di katakan aneh.

Jadi Sheryn mengambil langkah aman. "Hubungan kalian tidak terlalu harmonis."

Apa karena itu, mereka menempati kamar terpisah? Lamia menebak-nebak.

"Berapa lama aku sudah menikah?"

"Sudah lebih dua tahun ini Nyonya." Sheryn sebentar terdiam dan dengan cemas mengingatkan.

"Nyonya, sebaiknya Anda jangan terlalu banyak berpikir."

"Aku tau, banyak pelayan yang suka sekali bergosip, baik itu tentang masalah di luar rumah atau di dalam rumah.

Memanfaatkan kesetiaan mu pada rumah mansion ini, pasti kamu memiliki teman ngobrol atau sahabat baik di sini, benar? Bukan karena aku ingin memutar keras otak ku, aku sama sekali tidak ingat apa pun. Aku hanya penasaran, apa kamu tau,

mengapa aku dan Abi bisa menikah?"

"Yang saya tahu, kalian berdua menikah karena di jodohkan.” Sheryn akhirnya menceritakan sedikit, “Bisnis keluarga Anda mengalami penurunan kala itu, dan keluarga Anda tidak mampu untuk membayar sehingga menyerahkan Anda pada majikan keluarga kami. Karena pada dasarnya saat itu Tuan Lingga sudah memiliki isteri, akhirnya Anda di nikahkan

dengan Tuan Abi."

Lamia segera terkaget. Jadi dirinya ini telah di jual untuk menutupi hutang perusahaan? Betapa kejam keluarga nya memperlakukan nya bagai sebuah benda yang patut di tukarkan menjadi uang. "Aku tidak mengerti, mengapa Abi menerima ku sebagai isteri nya? Dia kan bisa menolak."

"Tuan Besar Rhandra yang mengatur semua itu. Beliau adalah si perencana pernikahan kalian berdua. Karena Tuan Abi terlihat tidak memiliki niat untuk menikah dan lebih suka bekerja, Tuan Besar khawatir sehingga pernikahan kalian akhirnya terjadi."

Lamia membawa telunjuk nya ke bibir untuk di gigit, dia tidak tahu bahwa masalah pernikahan nya bisa se-kompleks itu.

"Jadi, kapan Ayah mertua ku akhirnya meninggal?"

"Setengah tahun yang lalu Nyonya. Beliau meninggal di kamar nya karena sakit."

"Sakit? Sakit apa?"

"Serangan jantung."

Lamia tidak bisa terus penasaran. "Kamu bilang dia meninggal karena serangan jantung. Apa ada seseorang yang telah jahat mengagetkan nya sebelum nya?"

"Saya tidak tahu." Sheryn lalu menyela. "Nyonya, sebaiknya jangan terlalu sering menanyakan soal kematian Tuan Besar ketika berada di sekitar mansion."

Lamia langsung mengerutkan kening nya. "Kenapa?"

"Banyak orang yang berduka sampai sekarang. Tuan Besar Rhandra adalah pria tua yang baik. Semasa hidupnya dia selalu tidak pernah lupa memberikan bantuan pada siapa pun orang yang perlu di bantu. Nyonya Besar begitu mencintai nya hingga sampai wafat nya tiba, beliau jadi depresi. Tolong jangan pernah mengungkit ini lagi. Di depan saya, atau di depan siapa pun. Anda hanya akan membuat Nyonya Besar nanti teringat dan sedih jika sampai dia tahu, hal buruk nya dia bisa marah pada Anda."

Lamia terdiam mengerti. Pasti rasanya sakit ditinggalkan oleh orang yang kita cintai selamanya. Lamia berpikir kalau sikap dingin Merry mengacu pada ia yang tidak menyukai nya, tapi ternyata lebih dari itu.

Berpikir perlahan tentang bagaimana semua orang yang tampak tidak suka padanya, Lamia baru mengetahui hari ini bahwa ia adalah anak yang di jual dan seorang isteri yang tidak di inginkan.

Lamia tidak tahu apakah ia juga termasuk menantu di inginkan atau tidak. Seseorang yang mengatur kehidupan nya sampai seperti ini telah meninggal, Lamia tidak bisa terus di mansion ini dan menjadi seseorang tak kasat mata. la juga tidak bisa pulang ke rumah karena ulah kejam kedua orang tua nya yang menukarkan dirinya. Lamia menjadi sedih. Apakah tidak ada satu pun orang yang menginginkan nya? Semua orang menjaga jarak darinya. Entah apa yang telah ia lakukan di masa lalu sehingga membuat hampir seluruh penghuni mansion takut kepadanya.

"Sheryn, apa yang harus aku lakukan?" Sheryn mendengar kesedihan di nada bicara Lamia ketika majikan nya itu melanjutkan.

"Aku telah menikahi seseorang yang tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Setelah sang takdir membawa si perencana pergi, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak suka di sini. Aku ingin menghilang saja kalau bisa."

Sheryn menatap Lamia dengan kosong, mengikuti tatapan muram Lamia yang tertuju ke air danau. Ia ikut merasa sedih.

"Nyonya, kamu memiliki hidup yang sulit."

Malam itu, Lamia melihat bahwa pandji ikut makan bersama di ruang makan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel