#4. GENDERUWO 1
Jam sepuluh pagi, Subur, Darman, Bani dan Santo sudah berkumpul diruang belakang rumah Subur. Dihadapan mereka beberapa lembar kertas untuk corat coret. Sebuah tabel daftar result togel dari berbagai negara. Subur bertindak sebagai pimpinan yang bertugas meramal prediksi keluar togel putaran Singapur siang nanti. Ramalan selesai, semua siap pasang togel on line putaran Singapur siang nanti. Ada yang pasang habis 100 ribu hingga 300 ribu.
Togel on line ini dalam sehari semalam ada sedikitnya 10 kali putaran dari berbagai negara. Kalau satu putaran pasang 100 ribu berarti satu hari mereka membuang uang sekitar satu juta rupiah. Padahal keuntungan dari dagang nasi goreng hanya sekitar 300 ribu sehari. Memang, ada kalanya mereka menang. Tapi bila dikalkulasi antara menang dan kalahnya banyak kalahnya.
Diantara ketiga kawannya, Subur paling berani spekulasi tapi lebih tepatnya paling nekat tanpa perhitungan, akibatnya sering bingung setiap kali mau belanja bahan jualan. Satu satunya jalan mendapatkan modal dengan cepat tanpa ribet pinjan uang pada koperasi harian. Subur bahkan sampai punya tanggungan lima koperasi harian.
Sebagaimana pepatah yang mengatakan bahwa besar pasak daripada tiang. Begitulah yang dialami Subur. Sebulan dua bulan ia masih bisa gali lubang tutup lubang. Namun pada bulan bulan berikutnya sampailah pada batas kebuntuan Subur mengatur keuangannya sementara tagihan koperasi harian belum teratasi, ia sudah ditekan oleh tagihan rentenir bulanan.
Dalam kebuntuan pikirnya, malam itu Subur tidak jualan. Ia berjalan dan terus hingga sampai disebuah jembatan yang terkenal angker. Dijembatan itu sering terjadi kecelakaan bahkan tak sekali dua mobil masuk jurang sedalam 25 meteran. Dalam kondisi normal, orang orang tidak berani melintasi jembatan itu seorang diri. Namun karena malam itu Subur sudah putus asa menghadapi kenyataan hidup akibat ulahnya sendiri, ia berani berdiri seorang diri diatas jembatan.
Entah sudah berapa lama ia berdiri diatas jembatan dan akhirnya memutuskan untuk mengakhir hidup. Subur melompat terjun menjemput ajal sementara didasar jurang bebatuan besar siap menghancurkan kepala Subur. Namun sekitar 2 meter dari dasar jurang tubuh Subur ditangkap sesuatu tak jelas.
Subur siuman dari pingsannya. Ia bingung menyadari dirinya terbaring dikasur empuk dan harum.
"Bangun Bur, minum kopinya." ujar seseorang dengan suara berat berwibawa. Subur bangkit menghampiri seorang lelaki seusia dirinya namun ia lebih berwibawa. Tatapannya tajam menukik sampai dinding hati.
"Aku Bawor. Aku yang menolongmu dari kematian yang konyol."
"Saya tidak sanggup lagi menghadapi kehidupan ini."
"Bukannya kamu sendiri yang membuat masalah hingga mempersulit dirimu sendiri."
"Ya. Tapi semua sudah berakhir. Saya pun ingin mengakhiri hidup ini."
Bawor keluar dari kamar membawa sesuatu yang dibungkus koran. Bungkusan itu ditaruhnya dimeja.
"Aku tau masalah kamu Bur. Buka bungkusan itu. Kurasa itu lebih dari cukup untuk membayar semua hutang hutangmu."
"Apa ini ?"
"Buka saja."
Subur tercengang melihat tumpukan uang ratusan ribu. Ditaksir sekitar 50 jutaan.
"Kamu bisa bawa pulang uang itu dan kamu bisa mendapat uang sebanyak itu setiap saat. Tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya ?"
Bawor minta Subur berbagi istri. Maksudnya Bawor dan Subur bergantian tidur dengan istrinya. Subur bingung, bagaimana caranya. Kalau Subur siap saja yang penting benar janji Bawor dapat mendatangkan uang dalam jumlah banyak seperti dimeja itu. Tapi bagaimana dengan istrinya. Apakah ia bersedia karena kasus poliandri di negara ini belum pernah terjadi sebab memang dilarang oleh agama. Mungkin ada tapi illegal satu istri dua suami.
Setelah Bawor menjelaskan bagaimana prakteknya nanti, Subur bersedia menerima syarat tersebut.
"Sekarang pulanglah. Bawa uang itu. Ingat, jangan menoleh kebelakang sebelum sampai rumah. Kedua kamu harus tetap jualan agar orang tidak curiga. Ketiga, tidak usah lagi main togel."
"Siap."
Mereka salaman. Subur pulang membawa uang. Sesuai petunjuk Bawor ia diminta jalan lurus aja.
Subur terus berjalan lurus tanpa belok meski pun dalam hati bertanya tanya ia berada dimana seperti padang pasir. Siapa gerangan Bawor. Benarkah apa yang ia katakan. Sesekali Subur penasaran ingin menengok kebelakang namun godaan itu bisa diatasi. Berkali kali pula ia melihat uang dalam kantong kresek, masih utuh. Tepat saat pergeseran ruang dan waktu, Subur sempat bleng selanjutnya ia mendengar bisikan dari Bawor bahwa Subur lulus ujian. Begitu kesadarannya pulih, ia sudah berdiri didepan pintu rumah.
"Dari mana aja mas seminggu tidak pulang, tanpa kabar, handphone mati ?" tanya istrinya.
Seminggu. Perasaan baru malam tadi ia keluar rumah.
"Aku nyari pinjaman ketemanku. Malah dikasih buat modal usaha."
Subur membuka bungkusan dalam kantong kresek. Marni istrinya terperanjat melihat uang sebanyak itu.
"Kamu menang togel mas?"
"Tadi kan sudah kubilang. Dikasih teman buat modal usaha. Aku tidak boleh lagi pasang togel."
"Syukurlah mas kalau gitu."
"Jangan ribut. Diam diam aja."
"Ya mas."
Istri Subur ke pasar belanja untuk jualan besuk sekalian mau beli kalung.
"Malam ini giliranku Bur." bisik Bawor.
"Saya harus gimana."
Bawor menyuruh Subur keluar rumah jam 18.00 saat magrib. Bilang pamit beli rokok sebentar. Tapi Subur diminta tidur di hotel kalau perlu sama psk atau apalah banyak aja nyari lewat sosial media supaya tidak kepikiran yang dirumah. Subur banyak aja pegang uang.
"Gitu aja ?"
"Nanti aku kasih tau lagi."
Menjelang magrib Subur pamitan keluar beli rokok. Sapuluh menit berselang Subur kw alias Bawor yang berwujud Subur asli, pulang membawa martabak kesukaan Marni.
Mereka duduk bercengkerama diruang tamu sambil nonton tv. Marni menyandarkan kepala dibahu Bawor. Sudah lama Subur tidak bermanis manis seperti ini sejak tiga tahun lalu.
"Nanti tvnya ganti tv baru yang 43 inci kaya punya pak jaksa itu ya mas?" kata Marni manja.
"Harus. Sekalian DVD nya buat karaokean."
"Beneran mas !?"
Marni menciumi pipi Bawor berwujud Subur. Perempuan memang gini. Tau laki punya duit banyak aja lengket kaya perangko.
Pukul sepuluh mereka masuk kamar untuk istirahat.Tidak seperti biasa Marni menawarkan diri untuk melayani suami. Biasanya jangankan menawarkan diri, suami minta jatah dengan paksa ada saja alasannya. Sakit perutlah, pusinglah.
Marni heran, bertanya tanya dalam hati. Kenapa malam ini suaminya tiba tiba kasar, beringas, perkasa. Tapi Marni suka. Seperti inilah yang diharap. Selama ini Subur terkesan letoy, kurang perkasa.
Petang tadi sebelum ke hotel Subur jalan jalan dulu dan akhirnya masuk sebuah cafe. Meski pun seumur hidup ia tidak pernah duduk di cafe, malam ini ia cukup pede karena dikantong banyak uang. Sambil menikmati kopi aneh menurutnya, Subur membuka sosmed yang biasa menampilkan konten prostitusi on line. Setelah pilih pilih Subur menentukan seorang penyedia layanan jasa bernama Widi. Usianya sekitar 19 tahun. Menurut pengakuannya ia mahasiswi disebuah perguruan tinggi swasta. Subur tidak peduli. Ia hanya ingin sekali kali kencan dengan ABG.
Setelah sepakat soal tarif, Widi menemui Subur di cafe. Demi kenyamanan bersama Widi minta 50 persen dimuka, sisanya setelah eksekusi. Diluar dugaan Subur membayar dua kali lipat langsung dimuka. Selanjutnya mereka ke hotel. Subur merasa berada diatas angin. Belum apa apa Widi sudah menawarkan berbagai versi.
Sekitar pukul lima dinihari Subur terbangun mendengar bisikan Bawor. Ia berpesan agar Subur tidak terkejut saat jelang fajar nanti karena Bawor sudah memindahkan dirinya kekamar dirumah bersama Marni. Subur juga diminta melihat dibawah kasur tapi jangan sampai Marni tau.
Meski pun sudah dikasih tau Bawor, Subur terkejut juga saat dibangunkan Marni.
"Malam tadi kamu luar biasa mas. Pake obat kuat ya!?" tanya Marni manja. Hati Subur sebenarnya serasa tersayat sayat mendengar itu. Meski pun ia sendiri sangat puas akan pelayanan Widi. Namun bagaimana pun juga Marni adalah istri sahnya.
Marni turun dari ranjang hanya mengenakan selimut untuk membalut separo tubuhnya. Ia ke dapur membuatkan kopi.
Mumpung Marni ke dapur, Subur membuka kasur dan ia terbelalak melihat uang ratusan berhamburan dibawah kasur.
