#3. SILUMAN KAMPRET
Begitu mendengar kabar kalau Malik sahabatnya berada di Bangkalan, Bambang langsung bertolak dari Surabaya lewat jembatan Suramadu ke Bangkalan.Malik adalah salah seorang sahabat yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidup.Mereka harus berpisah ketika ayahnya dipindah tugaskan ke Ujung Pandang.Beberapa tahun berselang ayah Bambang pun ditarik ke Surabaya.Sejak saat itu tidak ada komunikasi antara mereka baik lewat telon maupun surat. Setelah keluar telepon seluler dan semakin tahun perkembangannya makin pesat, Bambang menemukan keberadaan Malik melalui media sosial.
Ayah Malik sudah pensiun dan menikmati hari tuanya dikampung halaman sambil berkebun. Ayah Bambang pun sudah pensiun dan tinggal di Pakis Surabaya. Kini untuk mengisi masa pensiunnya ayah Bambang bekerja sebagai security disebuah perusahaan swasta.
Ketika tiba di rumah Malik, Bambang terkejut melihat Malik sudah beristri dengan dua orang anak.
"Azam dimana sekarang. Apa dia juga sudah menikah?" tanya Bambang.
"Dia kerja di kejaksaan tinggi negeri Palangkaraya. "
"wah, keren dia."
"Coba Malik dulu mau kuliah, mungkin ia juga bisa sekeren Azam, " kata ayah Malik.
Malik hanya senyum senyum dikulum.
"Masing masing anak kan lain pak. Seperti saya ini lima bersaudara lain lon, " Bambang membela Malik.
Setelah puas ber kangen kangenan sambil makan, Bambang pamitan.
"Bermalam disini aja Bang, kan lama tidak ketemu Malik, " ujar ayah Malik.
"Maaf Pak, besuk saya harus kuliah. Ada ujian pula. "
"Gitu ya. ya sudah kalau begitu yang penting kamu sudah tau rumah disini, kapan kapan kalau liburan bermalam disini. "
"Saya janji pak. "
Sebenarnya Malik dan ayahnya memaksa agar Bambang nginap saja.Namun besuk pagi Bambang ada ujian di kampusnya.
Dari Surabaya ke Bangkalan sepeda motor Bambang tidak menunjukkan tanda apa apa. Saat ia pulang dari Bangkalan ke arah Kamal,disekitar gili timur motornya tiba tiba mogok.Bambang membuka busi,karena biasanya hanya disitu penyakitnya.Namun hingga tiga kali ia bongkar pasang busi,motor tidak juga mau hidup.Babang mulai panik melihat matahari berangsur angsur tenggelam di selat Madura.Kendaraan yang lalu lalang berkurang. Ia coba menyetop satu dua mobil yang mengarah ke Kamal namun tak satu pun mau berhenti.
Setelah menuntun motornya sejauh 500 meter,ia melihat sebuah rumah dipinggir jalan desa.Kira kira 200 meteran dari jalan raya.Bambang menghampiri rumah itu siapa tau pemiliknya bisa menolong dalam bentuk apa pun.Rumah tersebut cukup besar terbuat dari papan dan berdiri menyendiri jauh dari rumah lainnya.
"Ada apa dik?" tanya seorang lelaki mungkin pemilik rumah itu.Bambang cerita apa yang ia alami.
"Ada bengkel diujung gili sana dik. paling ya sudah tutup."
"Gimana kalau saya titip sepeda motornya terus saya tak numpang kendaraan ke Surabaya."
"Susah dik,ndak mungkin orang mau berhenti karena takut dirampok."
"Masjidnya dimana pak, saya mau tidur disana aja."
"Gini aja dik.Adik tidur disini aja.Kebetulan ada kamar kosong.Kamar anak saya. Ia kuliah di Airlangga."
"Saya juga di Airlangga pak. Ambil hukum."
Bambang beruntung ketemu orang sebaik Pandi dan istrinya.Mungkin karena ia dan anaknya satu universitas jadi ada kemistri gitu.Bambang dijamu makan malam yang lumayan mewah.Bukan mewahnya menu yang membuat nikmat, tapi keramah tamahan kedua suami istri itu.Usai makan mereka ngobrol seputar aktivitas di kampus dan sepak terjang mahasiswa mengingat Surabaya adalah kota terbesar setelah Jakarta.Tentu gaya hidupnya pun kebarat baratan.
Jam sepuluh malam Bambang dipersilahkan istirahat.Besuk pagi Pandi mau ke Surabaya bawa beras dagangannya sekalian bawa sepeda motornya ke bengkel diujung gili timur.
Kamar anaknya Pandi bersih, rapi, harum.Namanya juga kamar cewek.Habiyeh pulang sebulan sekali paling dua hari tidur dirumah kemudian ke Surabaya lagi.
Didalam kamar Habiyeh tidak ada barang barang selain ranjang kecil, meja kursi belajar dan almari pakaian kecil.Didinding tertempel beberapa poster artis Bolliwood, salman khan, Shah rukhan,Kajol ,Sareena kapoor.Kamar Habiyeh paling ujung kiri sedang kamar Pandi paling ujung kanan.Kamar tengah kosong,entah kamar siapa.
Bambang sudah berbaring namun bangun lagi.Pikirannya tergelitik oleh rasa penasan akan kamar tengah yang kosong. Ia mencari cari celah untuk mengintip kamar sebelah,namun tidak ditemukan.Meski pun dindingnya hanya terbuat dari papan tapi tampaknya semua rapat.Bambang kembali berbaring setelah mematikan lampu. Seketika itu barulah kelihatan kalau ada dua lubang kecil bekas paku. Bambang masih penasaran. Ia ngintip lagi dari lubang yang tingginya sejajar dengan pusat.Ternyata kamar sebelah memang kosong melompong tidak ada apa apanya. Bambang kembali berbaring untuk tidur.
Entah pukul berapa, Bambang terkejut mendengar pintu kamar Pandi terbuka.Ia pikir Pandi atau istrinya mau ketoilet.Tapi langkah itu menuju kearah kamar tengah dan membuka pintunya.Mau ngapain ibu itu masuk kamar kosong.Bambang bangkit pelan pelan mengintip ke kamar sebelah.
Bambang tercengang melihat ietri Pandi berdiri tepat ditengah tengah kamar melucuti pakaiannya satu persatu.Tubuh Bambang mulai bereaksi. Lutut gemetar, tangan lemas lunglai, jantung berdebar debar, dan parahnya hasrat kelelakiannya bergejolak. Apakah istri Pandi tau kalau sedang diintip kemudian sengaja begitu agar kelelakian Bambang tergoda. Kenyataannya Bambang memang sudah tergoda.Andai saja Pandi tidak ada dirumah mungkin ia sudah nyosor ke kamar sebelah.
Hasrat kelelakian Bambang sudah tak terkendali lagi mentok diubun ubun.Namun tiba tiba semua sirna.Hasrat jiwa yang semula membara laksana kawah gunung merapi padam seketika manakala Bambang melihat tubuh istrinya Pandi yang putih mulus berubah wujud jadi semacam kelelawar.Sekujur tubuh ditumbuhi bulu lebat kecoklatan.Mata merah. Kelelawar jadian itu membuka jendela dan terbang entah kemana.
Bambang jatuh terduduk. Sekujur tubuh basah oleh keringat. Ia tidak kuasa lagi berdiri.Kali terasa lemas. Bambang duduk bersedengku bersandar pada tempat tidur. Bibir bergetar,mulut komat kamit melafalkan doa tapi yang keluar dari mulut hanya ak uk ak uk.
Sekitar jam 02 dinihari kelelawar jadian itu kembali masuk kamar dan menutup jendela.Rasa ketakutan Bambang dikalahkan oleh rasa penasarannya ingin tau,ia mengintip lagi.Kelelawar jadian itu berdiri tepat ditengah ruang kamar. Perutnya tampak buncit tidak seperti tadi.Beberapa detik berselang Bambang terperanjat melihat dari ketujuh lubang ditubuh makhluk itu,mulut,telinga, hidung, dubur dan kemaluan mengucur beras seperti kran memenuhi lantai hingga sebatas lutut. Selanjutnya makhluk itu kembali ke wujud aslinya,istri Pandi yang cantik bertubuh putih mulus.Ia keluar tanpa mengenakan pakaian untuk mandi.Sementara itu dari kamar Pandi terdengar suara ia mendengkur.
Bambang tidak tidur sampai pagi.Ia hanya cuci muka, kemudian bergabung dengan Pandi dan istrinya untuk sarapan.Membayangkan kejadian tadi malam,Bambang rasa mau muntah melihat nasi dipiring.
"Maaf pak,saya tidak biasa sarapan. Paling ngopi sama makan kue." ujar Bambang.
Istri Pandi bangkit. Mengambil bolu di lemari.
Usai sarapan istri Pandi mengambil amplop dari tasnya.
"Titip kasihkan Habiyeh ya dik. Nah,ini untuk bayar bengkel nanti." ujar istrinya Pandi seraya memberi uang pada Bambang sekitar satu jutaan.
"Waduh,saya jadi nggak enak ini bu.Sudah merepotkan bapak dan ibu, " kata Bambang basa basi, tapi uang itu tersebut diterimanya juga.
"Jangan dipikirkan.Kami sudah biasa melakukan ini pada orang orang yang membutuhkan. Apalagi adik saat ini butuh pertolongan.Tolong awas awasi Habiyeh ya dik."
"Saya usahakan semampu saya. Soalnya fakultas Habiyeh dan fakultas saya lumayan jauh."
Mereka berangkat. Pandi membawa mobil L 300 open cup penuh dengan tumpukan karung beras yang akan dibawa ke Surabaya.Bambang dan sepeda motornya diturunkan dibengkel ujung gili timur.Mobil Pandi bergerak meninggalkan Bambang yang berdiri terpaku membayangkan kejadian malam tadi.Tapi bagaimana pun juga ia bersyukur ketemu mereka.Soal perilaku aneh yang mereka lakukan itu urusan mereka dengan Tuhan.Bambang tidak bisa membayangkan bagaimana wajah Habiyeh,apakah ia secantik ibunya.Apakah ia tau kalau orang tuanya punya laku seperti itu.
Bambang menimang nimang uang pemberian ibunya Habiyeh. Ia berpikir apakah ibunya Habiyeh sebenarnya tau kalau malam tadi diintip dan ini uang ini untuk tutup mulut agar Bambang tidak cerita pada Habiyeh tentang kejadian malam tadi, Bambang tidak. mengerti.
"Apanya yang rusak. dik? " tanya montir membuyarkan lamunan Bambang.
"Anunya pak, kelelawar nya, eh... maksud saya nggak mau di starter, " jawab Bambang gelagapan.
Montir hanya tersenyum melihat tingkah Bambang, selanjutnya ia mulai memeriksa motor Bambang.
