Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 9 - BELA TERUS AJA DIA

“Aduh tuh cowok bad beneran ngeselin ya, sial lagi kan gue kalau ada dia!” Agatha sedang mengeringkan rambutnya ia pusing kenapa hari ini hidupnya sial saat Aldo berada di dekatnya.

“Apa sebaiknya gue mundur aja ya suka sama Kak Alvin? Lagian gue capek gak direspon.” Agatha kembali berbicara sendirian.

“Atau gue tetep berjuang tapi gak ada kepastian?” Lagi-lagi Agatha memastikan perasaannya untuk senior tampan itu.

“Aduh bikin kepala tambah pusing deh.” Akhirnya Agatha memutuskan untuk membaca novel.

“Tuh kan lagi-lagi gue bego, ngapain novel tadi gue lempar ke tuh cowok bad sekarang gak ada yang bisa gue baca kan.” Sesalnya mengingat kejadian tadi sempat membuat Agatha kesal setengah mati.

“Ah iya baca ini aja deh.” Ucapnya menarik sebuah buku ‘Bad Boy, I Love You’.

“Astaga kenapa ini buku sih yang muncul, suka sama bad boy? Idih bego banget ceweknya udah tau bad boy rusuh suka bikin ribut.” Gerutu Agatha tapi sambil tetap membawa buku itu ke tempat tidur.

“Oke kita liat sejauh mana kebodohan cewek di novel ini.” Agatha menyeringai.

From : Putri

‘Tha, jangan lupa besok bawa rundown penerimaan murid baru.’

Sebuah SMS masuk ke telepon genggam milik Agatha.

“Oh iya rundown nya dimana ya? Mampus gue, sial lagi kan gara-gara bad boy.” Ucap Agatha kesal kemudian mencari rundown acara untuk besok tapi ia tidak menemukannya.

081230200079 calling

‘Halo.’ Sebuah suara masuk milik seorang laki-laki.

‘Halo, ini siapa ya?’ Tanya Agatha bingung, sambil ia terus mencari rundown acaranya, matilah ia bila itu tidak ketemu.

‘Lagi sibuk cari rundown acara ya?’ Deg jantungnya seperti berhenti mendadak saat ia kembali mengulang kalimat itu, sepertinya ia tahu sekarang berbicara dengan siapa

‘Elo?! Lo pasti nyuri rundown gue ya? Lo tuh iseng banget ya? Lo tau gak sih itu penting banget buat besok? Lo tuh ya gak berhenti buat hidup gue sengsara!’ Oceh Agatha membuat orang di sambungan itu hanya terkekeh mendengar suara Agatha yang sudah seperti bebek.

‘Bla..bla..bla udah ngomongnya? Bawel lo.’ Ucap Aldo, ya orang itu adalah Aldo.

‘Lo bilang gue bawel? Untung aja lo gak di depan muka gue, kalau gak abis lo!’ Ancam Agatha sambil membuat mukanya seseram mungkin.

Suara tawa kencang masuk ke telinga Agatha. ‘Coba ya kita buktiin, liat deh ke arah jendela.’ Suara itu masih saja diiringi tawa dengan segera Agatha yang sedang berada di tingkat emosi tinggi melotot melihat seorang cowok dengan jaket jeans bersandar di motor sport hitamnya sambil mengangkat satu sudut bibirnya.

‘Lo pergi atau gue teriak maling?’

Terlihat ada sebuah pergerakan, Aldo membawakan lembaran kertas dan di lambai-lambaikan ke arah jendela, sedangkan Agatha sudah mengepalkan tangan dan pipinya yang mengembang seketika tampak merah. Ia langsung mematikan HP-nya dan melangkah keluar rumah.

“Mau kemana de?” Tanya Gea yang sedang membaca beberapa berkas di ruang tamu.

“Peduli kakak apa?” Tanya Agatha dengan angkuh.

“Kakak gak akan izinin sampai kamu bilang mau kemana?” Gea segera menghadang jalan Agatha, dan yang di halangi hanya mendengus.

“Urusin aja tuh kertas-kertas lebih penting kan?” tanya Agatha sambil tersenyum, Gea sedikit tersentak mendengar apa yang keluar dari bibir mungil adiknya itu. Karena suasana hening jadi Agatha segera melangkahkan kakinya keluar untuk menyelesaikan masalah dengan pengacau hidupnya saat ini.

Gea mengintip dari jendela melihat apa yang hendak dilakukan adiknya malam-malam begini dengan seorang cowok, matanya semakin menyipit

“Sini!” Agatha ingin mengambil kertas itu tapi,

“Seorang Ketos SMA Bima Garuda yang terhormat sebagai teladan sebaiknya Anda harus mengucapkan terimakasih terlebih dahulu.” Aldo buru-buru mengangkat kertas itu tinggi-tinggi sehingga Agatha yang memang tubuhnya tidak terlalu tinggi sulit menggapainya.

Tapi, jangan panggil ia Agatha bila ia berhenti berjuang. Sampai sekarang Agatha masih berusaha menggapai kertas itu dengan melompat setinggi mungkin namun hasilnya nihil.

“Dasar pendek!” Ucapan itu tiba-tiba terlontar dari bibir Aldo yang sekarang sedang melihat gadisnya ini terus berusaha tak kenal lelah. Agatha geram mendengar pernyataan Aldo jadilah ia menginjak kaki Aldo dengan sekencang mungkin lalu dengan cepat mengambil kertas yang ada di tangan Aldo.

“Udah pendek licik lagi.” Lagi-lagi Aldo menghina Agatha.

“Eh cowok bad yang stress, lo tuh gila ya?” tanya Agatha akhirnya.

“Bodo deh, udah bagus malam-malam gini gue luangin waktu buat tuh kertas eh malah gak di hargain gini gak ada ucapan makasih nya juga.”

“Itu gue temuin dibuku yang lo lempar ke gue.” Ia langsung memakai helm dan segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Agatha mematung melihat seolah-olah ia adalah manusia yang paling jahat.

“Perasaan dia yang nyusahin hidup gue, kenapa dia yang sedih gitu?” Agatha bingung melihat motor Aldo menjauh.

*******

Pagi hari saat waktu menunjukan Pk 06.30 semua anggota OSIS sedang berkumpul di ruang rapat sambil mempersiapkan segala perlengkapan agar acara hari ini berjalan dengan lancar.

“Sie acara beres?” Tanya Agatha di ruang rapat.

“Beres bu bos.” jawab Tia, Sisi, Tomi, dan Gery bersamaan dan Agatha tersenyum.

“Perlengkapan beres?” Tanya Agatha lagi.

“Beres bu Ketu.” Ucap Dio,Gilang, dan Irga bersamaan.

“Oke karena gue rasa semuanya sudah siap kita berdoa untuk kelancaran Masa Orientasi Siswa hari ini, berdoa mulai.” “Selesai.”

Anak-anak kelas 10 yang memiliki wajah lugu nan polos mulai berbaris di lapangan dengan sangat tertib dan rapi.

“Selamat pagi semua.” Ucap Tomi yang kebetulan akan menjadi pembuka acara pada kali ini.

Semuanya terlihat lancar, tidak ada yang menyalahi aturan yang memang sudah di tetapkan oleh sekolah. Agatha sekarang sudah selesai memberikan kata sambutan dan ia bersiap untuk mengawasi kegiatan go green.

“Kamu yang pakai jaket.” Ucapnya saat melihat seorang siswi mengenakan jaket berwarna pink di tengah lapangan sedang berjalan tak tentu arah.

“Kamu kenapa pakai jaket? Kan peraturannya ketika sampai digerbang jaket dilepas.” Agatha memperhatikan dengan seksama.

“Dan kamu juga gak pakai nametag ?” Agatha berusaha menemukan nama gadis itu.

“Ma..af kak saya kesiangan jadi gak bawa nametag terus saya juga lagi sakit harus pakai jaket.” Lagi-lagi gadis itu berbicara dengan menunduk tanpa menatap Agatha, menurut Agatha tak salah bukan bila ia kesal amarahnya mulai menyulut tanda ia geram dengan anak-anak yang tidak patuh pada peraturan.

“Kalau sakit kenapa masuk? Kamu tahu kan sekolah ini punya standar tinggi bagi setiap muridnya. Sekarang kamu udah punya dua pelanggaran, kamu ikut saya ke meja piket aja deh untuk catat nama kamu di buku pelanggaran.” untungnya Agatha masih memiliki sisi baik dengan tidak menghukum gadis lugu ini.

“Lo takut sama nih cewek? Biar gue yang lawan.” Sebuah suara menginterupsi pergerakan Agatha.

“Lo berani tulis nama adik gue di buku pelanggaran?” Tanya suara itu yang ternyata Steffi.

“Oh jadi ini adik lo? Sama-sama gak tau aturan ya kakak sama adik.” Agatha menyeringai menantang.

“Jaga mulut lo nenek lampir atau gue gak janji acara OSIS lo berjalan lancar.” Steffi lagi-lagi mengancam.

“Gue gak pernah takut sama lo!” Ucap Agatha sekarang lebih sinis.

“Gak pernah di ajarin ibu lo sih buat ngehargain orang lain?” Dan tepat sekali sesuai niat Steffi ucapan itu langsung menyulut emosi Agatha, ketika mendengar mamanya di singgung ia tidak akan terima siapapun itu, ia dengan bersiap akan menampar pipi mulus Steffi dengan wajah memerah menahan luapan emosi ditambah teriknya matahari namun ada sebuah tangan yang menahannya ia menatap tangan itu yang mencengkramnya tidak terlalu kuat tapi mampu membuatnya terdiam beberapa saat.

“Lo tuh gak boleh semena-mena!” Ucap suara itu santai sedangkan dada Agatha turun naik nafasnya tidak beraturan lagi-lagi cowok ini mengacaukan hidupnya sekarang ia membela Steffi yang telah menyinggung mamanya.

“Lo tuh gatau apa-apa jadi gausah ikut campur!” Agatha geram masih berusaha melepaskan tangannya namun Aldo masih saja menggenggamnya, suara Agatha yang meninggi membuat mereka menjadi pusat perhatian.

“Gue lepasin tapi jangan tampar Steffi!” Suara itu masih saja dingin, sejujurnya Aldo merasakan pertentangan hebat ia tidak akan pernah mau membela Steffi karna baginya Steffi adalah masa lalu sedangkan cewek keras kepala dihadapannya ini adalah masa depannya.

Agatha kesal dengan situasi ini, ia tidak suka menjadi pusat perhatian ketika ia kalah telak karena tidak bisa menampar mulut pedas Steffi yang sungguh kelewat batas jadi ia menarik kasar tangannya dan reaksi itu tidak pernah diduga oleh semua orang disitu terutama Aldo karena biasanya Agatha akan kembali berdebat dengannya.

Setelah tangan Agatha lepas ia menatap benci kepada Steffi dengan mata yang penuh emosi kemudian ia segera berjalan cepat menuju gedung sekolah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel