Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 8 - LANGIT SORE

Aldo mengusap wajahnya kasar setelah kejadian dia membela Steffi dan menjatuhkan image seorang Agatha, Aldo tahu ini kesalahan fatal. Agatha tidak akan pernah suka dirinya di rendahkan dan image baiknya hancur tapi, ia juga mengemban amanat orang tua Steffi.

Flashback On

"Aldo, janji ya sama om dan tante kamu bakal jaga Steffi sampai kapanpun." Ucap Om Danu yang memang adalah sahabat baik keluarga Aldo.

"iya om, saya janji akan selalu jaga Steffi.' Ucap Aldo memandangi wanita yang sejak kelas 2 SMP menemaninya.

"Maaf ya kalau Steffi ngambekan atau seperti anak kecil tapi, sebenarnya dia anak yang baik." Kali ini Tante Yunita yang berbicara dan di balas senyuman oleh Aldo.

"Walaupun suatu saat rasa cinta kamu untuk Steffi hilang karena ketidakcocokan tolong, tetap sayangi dia sebagai kakakmu. Om titip Steffi." Suara Om Danu langsung terngiang dan teringat di kepala Aldo. Dia berjanji akan terus menyayangi Steffi seperti kakaknya sendiri. Itu janjinya, Om Danu dan Tante Yunita harus pergi ke Sydney untuk melanjutkan pekerjaan mereka tapi, mereka tenang sudah menitipkan Steffi pada orang yang tepat.

Flashback Off

Hari ini cowok bad gila dan stress itu membuat image-nya hancur untuk yang kedua kalinya, mengapa hidupnya yang dulu tenang sekarang mulai hancur perlahan dengan kehadiran cowok labil itu?

Ia terus mengusap wajahnya kasar. "Maaf." Kata itu yang tiba-tiba dia dengar, sepertinya tanpa ia mendongakkan kepalanya ia tahu siapa pemilik suara itu.

Keheningan yang menyelimuti dua insan itu di dalam ruangan OSIS saat ini setelah kata maaf itu terucap tak ada yang mengeluarkan suara. Sibuk dengan pikirannya masing-masing seperti Agatha yang sekarang dibuat pusing dengan segala reputasi dan jabatannya juga Aldo yang tahu gadisnya ini terluka karna apa yang dia perbuat jadi ia hanya menatap gadis itu yang tampak gelisah.

Sampai ada seseorang yang masuk ke ruang OSIS ya dia Mila gadis yang selalu ditolong Agatha.

"Ma..ma – af.." Ucapnya saat melihat di dalam ruang OSIS ada dua orang yang selalu bermusuhan ya memang di sekolah ini sangat terkenal dari awal masuk bagaimana Agatha yang kesal kepada Aldo yang suka sekali melanggar peraturan dan menjahili semua orang tidak terkecuali Agatha yang sering menjadi bulan-bulanan Aldo tapi, itu dulu sejak saat dimana Agatha menampar pipi Aldo di titik itu Aldo menjauhi Agatha , Aldo tetaplah Aldo yang iseng, konyol, gila terhadap semua orang kecuali Agatha ya cewek ini yang sebenarnya tidak dibenci Aldo justru ia mempunyai rasa kepada Ketua OSIS itu. Mila segera pergi, disusul Agatha yang tak pernah ingin menatap wajah Aldo.

*******

Agatha merasa hari ini kesialannya semakin meradang karena ia kembali masuk ke dalam daerah terlarang Aldo, ia kembali ke daerah yang tidak ingin ia masukin kedua kalinya kenapa cowok itu selalu membuat darahnya mendidih dari dulu ia tidak suka karena Aldo adalah bad boy sekolah yang kerjaannya hanya mengacau dan membuat ulah tapi, dia menyukai kakaknya yang sangat sempurna.

"Oh iya gue belum liat Kak Alvin deh." ucap Agatha mencari sosok orang yang ia rindukan.

"Dor!" Suara kencang yang membuat Agatha mendengus kesal.

"Lo kira lagi main petak umpet?" Tanya Agatha masih mencari kesana dan kemari melihat ke segala arah.

"Nyariin kak Alvin ya?" Tanya Riska mencolek dagu Agatha.

"Iya nih, kalian liat gak sih dia kemana?" Tanya Agatha.

"Setau gue dia gak masuk soalnya gue tadi disuruh catat di buku pelanggaran siapa aja yang gak masuk." Ucap Febri yang memang paling di sayang oleh guru-guru karena rajin membantu.

"Apa?! Dia gak masuk? Dalam sejarah nih, dia gak pernah gak masuk. Sakit? Izin?" Tanya Agatha panik.

"Dia alpha." Dua kata itu membuat jantung Agatha mencelos pasalnya selama ia bersekolah disini tidak sekalipun mendengar bahwa Alvin tidak masuk bahkan waktu itu saat Alvin sakit ia tetap masuk berbeda dengan Aldo yang sering bolos lagi-lagi cowok bad itu muncul di pikiran Agatha.

"Dia kenapa ya?" Tanya Agatha sedih.

"Lebay deh, dia mau bolos belasan kali juga pasti lulus kan dia cucu pemilik sekolah." Ucap Riska santai.

"Aduh Ris, lo gak paham dia tuh beda dari si bad boy itu dia itu tanggung jawab dan gak gunain keistimewaannya itu jadi tameng buat dia ngelakuin pelanggaran." Agatha tersenyum mukanya memerah membayangkan wajah Alvin saat tersenyum.

"Bodo deh Tha, masuk yuk." Riska menarik kedua sahabatnya itu menuju kelas.

*******

"Tha, lo naik apa pulangnya?" Tanya Febri saat mereka sudah sampai digerbang.

"Gatau nih, palingan sih naik bus." Ucap Agatha melirik kesana dan kemari.

"Kaki lo kan masih sakit?" Tanya Riska.

"Lebay deh." Agatha tertawa.

"Yang gue bingung kaki sama lutut lo luka dan barengan sama sikunya Aldo yang luka dan kakinya pincang?" Febri menatap Aldo yang memang hari ini sulit berjalan sekarang dia sedang berjalan menuju motor sport-nya.

"Jodoh!" Cetus Riska cepat sedangkan aku yang mendengar langsung mencubitnya.

"Galak amat sih, gue kan bilang fakta."

"Iya gue jodoh sama Kak Alvin." Ucap Agatha

"Lo pada belum mau pulang apa?" Tanya Agatha pada kedua sahabatnya itu.

"Lo ngusir?" Tanya Riska.

"Bukan gitu maksud gue, biasa kan kalian denger bel langsung ngibrit." Ucap Agatha terkekeh.

"Gue sih mau nunggu lo, siapa tau Kak Alvin jemput lo dan ngajak pulang bareng." Ucap Febri tersenyum dan tentu saja Agatha berharap begitu.

"Eh Tha, lo jadi gak mau deketin Aldo lagi?" Tanya Riska saat Aldo lewat di depan mereka begitu saja.

"Gak deh gue kapok." Ucap Agatha kesal melihat kesialan beruntun di hidupnya.

"Terus lo gak mau usaha apa-apa?" Tanya Riska lagi.

"Gue usaha dengan cara gue sendiri lah Ris, lagian gue juga males berurusan sama bad boy sekolah macem dia."

"Lo? Mau usaha sendiri? Caranya?" Pertanyaan beruntun itu membuat Agatha berpikir tentang apa yang ia ucapkan sebelumnya.

"Ya..ya. liat nanti deh, lagian gue rasa kemarin gue dianterin udah awal yang baik dan pasti dia minimal udah kenal gue kan?" Agatha tersenyum.

*******

Agatha terlihat menyusuri jalan menuju rumahnya, karena bus yang ditunggu-tunggu tidak datang jadi dia memutuskan untuk berjalan kaki walaupun lututnya masih nyeri. Dia menikmati saat-saat seperti ini, saat dimana dia dapat menikmati pemberian terindah Tuhan yaitu pepohonan indah yang ada di kanan dan kiri jalan itu sudah membuat hati Agatha sejuk setidaknya sekarang pikirannya jernih lepas dari semua urusan OSIS, pelajaran sekolah, dan ya masalah hidup.

Jika ia melihat awan mendung sehabis hujan dan pepohonan ia akan mengingat sang mama, persis di saat sekarang ia menemukan kenyataan pahit nan pilu mama yang begitu dikasihi dan dicintai harus meninggalkan dunia untuk selama-lamanya, ia benci pada dirinya sendiri karena ia mamanya rela berkorban hanya untuk dirinya.

Flashback On

"Gatha jangan nakal ya, mama beliin es krim dulu." ucap seorang mama kepada anak perempuannya saat mereka sedang berjalan di jalan raya, sang ibu yang sangat mencintai anaknya tidak ingin anaknya yang baru berusia 7 tahun akan sakit bila terkena gerimis.

"Iya Mama." Jawab sang anak sambil tersenyum memegangi balon pink nya. Sang mama pun meninggalkan anaknya untuk pergi menuruti keinginan anak perempuannya itu, angin sehabis hujan cukup kencang dan sang anak tak sengaja melepaskan genggamannya pada balon itu ia pun panik dan mengejar balon itu, ia tidak melihat kekiri dan kanan tak sadar ada sebuah mobil datang.

Mamanya sadar anaknya menghilang dan melihat sebuah mobil melaju dan mendekat ke arah sang anak dan dipacu cukup tinggi pun segera berlari, sedangkan si anak hanya terdiam melihat mobil itu ia bingung harus seperti apa. Kejadian yang tak di inginkan pun terjadi mama Agatha mendorong sang anak dan membiarkan dirinya tertabrak mobil.

Saat dibawa kerumah sakit Agatha tidak henti-hentinya menangis, sampai sebuah suara parau memanggil namanya. "Agatha sayang." Suara itu begitu lembut masuk ke indera pendengaran Agatha.

"Mama sayang Gatha, jadilah gadis yang cerdas dan bijak jangan nakal lagi ya." Ucap suara itu dengan usaha lebih, karena sekarang ia sulit berbicara di tubuhnya sudah terpasang banyak alat dan tangis Agatha semakin pecah, dia hancur gadis berumur 7 tahun ini terlihat rapuh.

"Gea, mama juga sayang kamu jaga Papa dan Gatha jadilah contoh yang baik. Selalu lindungi Agatha dari anak nakal ya." Ucap sang mama sedikit tertawa kecil karena mengingat Gea selalu melindungi Agatha, ia sangat menyayangi sang adik.

"Mas, aku titip anak-anak ya." Ucap mama Agatha dan setelah itu bunyi mesin yang tak pernah ingin didengar oleh semua orang pun berbunyi, saat itu juga tangis Gea dan Agatha pecah.

"Mama!" jerit mereka sedangkan sang papa hanya menangis melihat sang istri harus meninggalkan ia dan anak-anaknya untuk selama-lamanya.

Flashback Off

Agatha meneteskan air mata saat mengingat kejadian terpahit di hidupnya, sejak hari itu ia selalu berjanji akan terus belajar menjadi anak terpintar karena itu yang selalu mamanya inginkan, dia berusaha selalu jadi yang terbaik di sekolah mendapatkan rangking pertama di angkatannya sejak ia SD bahkan sampai sekarang, ia selalu menjadi pemimpin, ia tidak akan mau kalah dengan yang lain dia tidak mau lagi kalah oleh takdir yang sudah memisahkan sang mama dengan keluarganya.

"Gatha kangen Mama." Lirihnya dan meneteskan air matanya lagi sampai sebuah mobil lewat di sampingnya dan melaju cepat sehingga membuat air yang tergenang mengenai Agatha yang memang sedang berjalan di trotoar alahasil seragamnya basah serta novel kesukaan yang sedang digenggamnya jatuh dan basah.

"Arggghh!!!...." Umpatnya pada mobil itu yang tidak meminta maaf.

"Jadi orang bermoral dikit dong!" Teriaknya kesal ia sedih melihat novel yang baru ia beli harus terjatuh.

"Malah ini edisi lama lagi, susah tau nyarinya!" Gerutunya karena memang ia sangat sulit menemukan novel ini bahkan ia harus menunggu sekitar 3 bulan agar novel ini mau dijual oleh pemilik novel sebelumnya.

"Udah bagus cuman kecipratan, daripada ketabrak." Sebuah suara tak asing menginterupsi Agatha saat di lihat ada seorang cowok yang sedang duduk manis di atas motor sportnya dengan menghisap rokok.

"Lo lagi?! Mending gue ketabrak!" Ucap Agatha kesal, ya memang lebih baik Agatha tertabrak sehingga ia dapat bertemu dengan sang mama.

"Gini nih ciri-ciri orang yang gak menghargai hidup." Ucap Aldo berdecak masih tetap dengan gaya cool-nya di atas motor, ia sudah berjanji akan lebih bersikap baik kepada gadisnya tapi entah kenapa dia selalu senang jika melihat gadisnya marah dengan wajah memerah dengan tangan terkepal dan selalu berkata dia cowok bad, itu yang membuat Aldo tidak akan berhenti mengganggu Agatha sungguh ia suka pada gadisnya.

"Terus lo kira gue peduli?!" Sentak Agatha geram karena lagi-lagi cowok bad didepannya ini menghantui hari-harinya.

"Dasar nenek sihir!" Ucap Aldo singkat jelas namun menusuk dan membuat yang dikatai amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun.

"Elo!! Mau pergi atau gue timpuk?!" Teriak gadis itu pada cowok di seberang jalan itu.

"Gue gak takut tuh, wleeee..!!" Aldo mengeluarkan lidahnya mengejek Agatha, yang diejek geram dan sekarang mengepalkan tangannya mengambil buku yang tadi sudah jatuh dan basah lalu menimpuk dengan cukup kencang orang yang di sebrang sana, yang dilempar kaget saat buku yang cukup tebal itu mengenai tepat kepalanya.

Yang melempar tertawa sampai geli. "Hahaha..!! Makanya jangan songong cowok bad!" Ucap Agatha memegangi perutnya dan Aldo dengan mata sangat tajam bahkan kelewat tajam menatap gadis yang tertawa itu seakan melihat mangsa empuk.

Aldo berjalan dengan sedikit pincang menyebrangi jalan dan menghampiri gadis yang sekarang sudah mulai meredakan tawanya kemudian ia semakin mendekat dan Agatha terus mundur begitu seterusnya sampai Agatha kaget saat dibelakangnya ada pohon yang menahan dirinya sehingga ia tidak bisa kemana-mana lagi dalam hati Agatha sangat takut, Aldo memiliki aura mengintimidasi saat ini bagaimana ia bisa keluar dari situasi menyebalkan ini, Agatha sadar bahwa sekarang jaraknya dan Aldo sangat dekat bahkan Agatha dapat merasakan nafas Aldo yang sedikit memburu rasanya jantung Agatha akan copot mengapa dirinya hanya diam saja seolah seluruh tubuhnya tidak dapat bergerak, ini aneh.

Aldo menahan posisinya yang terus mendekati Agatha, saat di lihat gadisnya memejamkan mata Aldo semakin mendekati wajah gadis itu dan menyeringai sungguh dalam hati Aldo ingin tertawa kencang bagaimana mungkin seorang Ketua OSIS bisa diam saja saat seorang bad boy sekolah mendekatinya dengan jarak tidak wajar.

Aldo menahan posisinya tepat sekitar 1 cm didepan wajah Agatha. "Berharap banget dicium sama gue?" Kalimat itu terucap begitu saja dari mulut Aldo dan membuat Agatha terkaget dan mendorong Aldo dengan kekuatan penuh, setelah dilihatnya Aldo tersungkur ia segera lari dari tempat itu. "Gatha...Gatha!!" Ucap Aldo menggeleng sambil bangun dari tempatnya, memegang kepalanya, saat ia jatuh tadi ia juga merasakan kakinya sedikit sakit, jadi ia memutuskan segera pulang tapi, saat ia melihat buku yang tadi ditimpukan kepada dirinya ia menyeringai dan segera memasukan buku itu ke dalam tas.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel