
Ringkasan
Ketika semua yang kamu inginkan tak selalu kamu dapatkan. Alvin titisan Dewa Yunani memiliki tubuh atletis dan dikaruniai otak yang cerdas, ini pasti pria yang diimpikan banyak perempuan tak terkecuali Agatha si ketua osis SMA BIMA GARUDA nan perfeksionis, pecandu buku, dan siswi terpintar seangkatannya. Tapi, kenapa sulit sekali untuk mendekati Alvin kenapa sepertinya semakin Agatha mendekat semakin Alvin menjauh seperti memberikan jarak yang tak mampu Agatha tempuh. Hanya ada satu jalan yaitu melalui Aldo, bad boy sekolah yang selalu ada diperingkat terakhir, pergi ke sekolah bermodal sebuah buku dan juga sebuah pena, tidak lebih. Aldo yang suka membuat guru-guru pusing tujuh keliling dan membuat buku pelanggaran sekolah penuh dengan namanya. Aldo adalah adik Alvin, ketampanan mereka sudah tidak diragukan lagi, hampir dari segi fisik mereka sama tapi hanya otak dan tingkah laku yang membedakan mereka. Agatha tidak akan pernah mau memasuki daerah teritorial Aldo, baginya sangat membuang waktu berurusan dengan manusia yang tidak berguna seperti itu. Apa kalian pernah mendengar seorang yang pintar, berbakat, serta sangat disiplin berurusan dengan orang yang suka bertengkar, pemalas, dan suka membuat onar? Sanggupkah seorang Agatha mendekati Alvin yang dingin dan kaku? Namun, sebelumnya 'Sanggupkah Agatha mencuri celah melalui Aldo, adik Alvin?' Atau justru Agatha dan Aldo terperangkap perasaan asing yang perlahan menyelinap melalui celah-celah pertemuan tak terduga yang dikerjakan oleh takdir?
BAB 1 – KEPUTUSAN SULIT
“Kalian bantuin gue dong buat deketin Kak Alvin.” ucap Agatha saat berada di kamarnya yang bernuansa putih hitam.
“Ini udah keseribu kalinya lo minta bantuan kita, jawabannya tetap sama.” Ucap Riska jengkel sambil terus mempercantik kukunya.
“Aldo jalan satu-satunya, Tha.” Febri masih fokus memperhatikan laptopnya.
“Lo berdua bukannya kasih solusi malah kasih bencana.” Agatha kesal tapi masih dengan memandangi foto Alvin yang di pajang di dinding kamarnya.
“Mau sampai kapan lo cuman liatin dia dari jauh dan cuman memendam perasaan lo?” Riska mulai geram dengan perbuatan Agatha yang dari awal masuk di SMA BIMA GARUDA.
“Gak ada satu cewek pun yang pernah deket sama dia, kalian tau itu kan? Gak gampang!” Sentak Agatha menutup wajahnya dengan bantal. “Setidaknya dia kenal lo siapa itu udah awal yang baik loh” ucap Febri.
“Tidak mengatakan perasaanmu kepada dia yang kamu sukai adalah cara tercepat untuk patah hati.” kata-kata itu keluar dengan sangat mulus dari bibir Riska yang sedang membaca sebuah quotes dari novel milik Agatha dan hanya membuat Agatha dia sejenak memikirkan nasib percintaannya.
“Dia pasti tau gue lah, gue kan Ketua Osis.” Agatha kembali mengutamakan egonya.
“Maksudnya dia ga tau kalau lo suka dia.” Ucap Riska akhirnya.
“Jadi gue mesti gimana?” Agatha memijat keningnya pusing.
“Cuman ada dua cara Tha, lo deketin Kak Alvin secara langsung atau minta bantuan Aldo.” Ucap Riska mulai mendekat dan duduk disamping Agatha yang terlihat frustasi.
“Seorang Ketua Osis deketin bad boy yang nakalnya itu tujuh turunan?” Agatha mulai bertambah stress.
“Lupain image lo dulu, inget waktu lo gak lama loh, setelah Kak Alvin lulus dia bakal ke China dan lo tinggal say goodbye.” Febri mengingatkan tentang waktu yang Agatha punya.
“Iya-iya gue inget jangan di bahas terus dong gue makin stress nih!” Agatha kembali berpikir keras.
“Jadi mulai kapan lo mau kenalan lebih dekat sama si raja sekolahan kita?” tanya Febri serius.
“Besok” Agatha berdiri dan memantapkan pilihannya.
“Oke, kita lihat besok ya, Tha.” Riska tersenyum geli ke arah Febri seakan ingin melihat sejauh mana seorang yang pintar, rajin, disiplin, juara paralel, dan juga si perfeksionis seperti Agatha mampu berdekatan dengan Aldo sang badboy sekolah yang perilakunya 180 derajat berbeda dengan Agatha.
**********
Pagi ini Agatha sudah duduk di bangkunya menunggu seseorang yang dia tunggu datang, tapi mustahil kalau seorang Aldo datang tepat waktu, Agatha sangat paham teman sekelasnya itu pasti ia akan datang ketika menyelesaikan hukuman dari guru piket.
“Oke, kalau hari ini dia telat sampai Pak Rama masuk gue bakal coba deketin dia besok. Tapi, kalau dia datang sebelum Pak Rama gue akan mulai beraksi hari ini.” Agatha sudah membuat perjanjian dengan dirinya sendiri. Dia harus menunggu selama 15 menit lagi karna ya inilah Agatha dia harus datang paling telat 20 menit sebelum bel sekolah di bunyikan, bukan untuk menyontek PR tapi, untuk membersihkan kelasnya dan setelah itu ia akan duduk sambil membaca novel-novelnya itu dunianya.
Bel sekolah berbunyi dan Agatha pun mulai berdebar saat semua anak sudah duduk di tempatnya masing-masing, ia melihat bahwa kursi Aldo masih kosong baru ada Rangga dan Okky yang mengisi bangku di depan Aldo.
“No, lu liatin dong kalau Pak Rama udah dateng jagain pintu.” Ucap Damar yang sedang berpeluh keringat dengan gerakan super cepat dalam menulis. Reno yang memang tempat duduknya paling strategis untuk melihat kedatangan guru sedangkan yang lainnya sibuk menyalin pekerjaan rumah.
“Ada yang datang nih.” Ucap Reno memberikan kode, seketika itu juga semua murid di dalam kelas terdiam dan duduk di tempatnya semula.
“Aduh gimana dong, PR gue belum selesai lagi.” Terdengar suara Rangga kencang membuat yang lainnya sedikit tertawa namun ada juga yang memiliki ketakutan yang sama.
“Baaa..” Ucap seseorang menampilkan wajahnya dengan mulut terbuka lebar membuat satu kelas kaget dan menahan napas.
“Gila lo ya.” Gina yang merupakan wakil ketua kelas melemparnya dengan buku.
“Kok lu lempar gue sih? Gue kan lagi coba ngelucu.” Ucap Aldo dengan santainya dan berjalan ke arah tempat duduknya paling pojok belakang menurutnya itu tempat strategis untuk tidur.
“Tumben kelas ricuh lo diem aja?” tanya Riska bingung dengan perubahan sikap Agatha yang lebih pendiam, biasanya kalau kelas ribut dan pelajaran akan dimulai Agatha sudah berdiri di depan kelas dan menegur orang-orang yang berisik tidak segan untuk dicatat.
“Maju Tha, kelas berisik banget gue pusing tau.” Febri yang sedang berkonsentrasi mempelajari teknik basket yang sedang ia perhatikan dari buku. Agatha kembali terdiam dan justru memperhatikan Aldo yang sedang berjalan menuju kursinya saat Agatha serius memperhatikannya Aldo menengok mata mereka bertemu seolah waktu berhenti membuat keheningan dalam hati Agatha padahal berbanding terbalik dengan suasana kelas saat ini.
“Pak Rama datang” ucap Reno dan berhasil membuyarkan padangan Aldo dan Agatha.
Aldo dan Agatha memang tidak pernah saling bersinggungan, masing-masing memiliki daerah teritorial selama Aldo dan gengnya tidak mengganggu kelas dan acara OSIS maka Agatha tidak akan pernah mengganggu Aldo.
“Tumben lo jadi pendiam gini? Lo sakit ya?” Riska memegang dahi Agatha.
“Gue baik-baik aja.” Agatha sedang mempersiapkan mentalnya karena ingin berhadapan dengan seorang Aldo, biasanya ketika berbicara di depan ratusan murid ia akan sangat berani membicarakan visi dan misi OSIS tapi ini berbeda, yang dia hadapi memang hanya satu orang tapi ini si bad boy, seseorang yang sangat tidak disukai Agatha.
“Kapan mau mulai deketin Aldo?” tanya Febri saat kelas sedang sepi.
“Hari ini.” Jawab Agatha lesu tanpa semangat.
“Ayo dong, lo mesti semangat kan demi cinta lo buat Kakak Alvin tersayang.” Riska menyemangati.
“Iya-iya gue paham.” Agatha membiarkan lengannya menjadi bantalannya ia ingin tidur sebentar berharap semua mimpi. Kedua sahabatnya hanya kasihan mereka tahu Agatha tidak pernah mau bersinggungan dengan Aldo karena memiliki pengalaman buruk.
Flashback on
“Lo mau ikutin aturan sekolah atau gue laporin guru?” Agatha yang statusnya menjadi ketua kelas sangat disiplin dalam hal penampilan.
“Kalau gue gak mau, lo mau apa?” Aldo menantangnya.
“Lo bolot ya? Gue bakal laporin lo ke guru atau KepSek sekalian biar lo gak usah sekolah di sini.” Agatha memang kesal karena dari awal mereka masuk Aldo tidak pernah memakai atribut seragam yang baik dan benar.
“Bodo amat, gue gak peduli.” Aldo menjulurkan lidahnya.
“Eloo..” ini sisi lain dari Agatha dia mudah emosi tapi ini wajar, Aldo sudah kelewat batas sudah cukup selama tiga bulan Agatha berdiam diri dan menerima teguran karena tidak bisa membimbing anak kelasnya.
“Apa? Mau pukul? Nih oh atau mau nyium gue ya?” Aldo menyodorkan pipinya .
‘Plak’
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Aldo, semua anak dikelas kaget dengan perlakuan Agatha begitupun dirinya sendiri dan terutama Aldo, ia menatap tajam Agatha. Setelah hari itu mereka tidak pernah bersinggungan untuk saling menyapa bahkan terkesan saling menghindar karena tidak mau membuka luka lama.
Flashback off
**********
“Permisi, apa saya boleh nitip buku ini buat Aldo?” Tanya seseorang yang membuat Agatha, Riska, dan Febri kaget terutama Agatha yang tadinya sedang menutup mata dan mengenang memori buruk.
Mereka bertiga saling berpandangan karena kaget sekaligus bingung untuk pertama kalinya Alvin datang ke wilayah adik kelas, mustahil. Alvin masih menunggu jawaban dari ketiga orang yang berada di dalam kelas, ia bingung reaksi mereka seperti melihat setan di siang bolong.
“Saya titip ke lo aja.” Dia menepuk bahu seseorang yang di ketahui sebagai Zaki yang ingin masuk ke kelas itu.
“Buat siapa kak?” Tanya Zaki bingung.
“Aldo.” Jawabnya singkat lalu pergi tanpa ucapan terimakasih atau sekedar ucapan pamit. Agatha, Riska, dan Febri memberikan ucapan terimakasih karena Zaki seperti malaikat penolong di saat mereka tidak tahu harus bersikap seperti apa terlebih Agatha yang mengutuk tingkahnya yang bodoh di depan Kak Alvin.