Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7 - HARI TERSIAL

Alvin telah memarkirkan motornya setelah selesai mengantar juniornya, ia langsung memasuki rumah megah bernuansa hitam putih. Rumah ini bagai tak bernyawa, bagai tidak ada yang tinggal di dalamnya, rumah yang diberikan oleh sang papa untuk Alvin dan Aldo agar mereka nyaman namun tidak pada kenyataannya setiap kali kedua anak laki-laki itu pulang hanya ada suasana sepi nan hening hanya ada 3 pekerja rumah tangga untuk menjaga rumah tetap bersih dan rapi.

“Bi, Aldo belum pulang?” Pertanyaan itu selalu Alvin tanyakan ketika melihat motor sport adik satu-satunya itu tidak ada di halaman.

“Belum den.” Ucap Bi Aiyah bersedih hampir setiap hari pertanyaan itu keluar dari putra sulung dari Tuan Dirgantara dan Ny. Farah, dulu keluarga ini adalah keluarga idaman dimana semuanya terasa lengkap sampai terdengar kabar bahwa Tuan Dirgantara selingkuh dan memilih menceraikan Ny. Farah kejadian itu membuat luka menganga dihati Alvin maupun Aldo, ketika dulu keduanya memang saling berjuang untuk menjadi juara sekarang tinggal Alvin lah yang memperjuangkan itu sedangkan Aldo terpuruk hebat dan merubah dirinya menjadi bocah laki-laki nakal dengan segudang tindakan yang tak patut dicontoh, Alvin sadar ia belum bisa menjadi kakak yang baik terlalu tinggi dan tebal tembok yang Aldo bangun sehingga Alvin sulit menembusnya, dilubuk hati yang paling dalam ia merindukan masa-masa bercanda bersama dan saling bertengkar hanya demi sebuah mainan.

“Makasih bi, saya ke kamar dulu,” ucap Alvin lalu naik menuju kamarnya di lantai dua. Jujur ia teramat merindukan adiknya itu. Ia berusaha selalu menjaga adiknya walaupun seringkali itu diabaikan oleh Aldo seperti tadi..

Aldo terlihat berjalan dengan santai dengan rokok yang ia selipkan di mulut, Alvin tahu bahwa Aldo ingin kabur dari ulangan susulan, Zaki yang memberikan informasi itu jadi segera Alvin membuat kedua ban motor Aldo kempes.

“Shit! Siapa yang berani-berani ngempesin ban motor gue?!” Teriak Aldo kesal memandang ke sekeliling lapangan.

“Pasti si KeTos keras kepala itu!” Pekiknya lagi sambil menendang ban motornya kemudian masuk kembali ke sekolah sedangkan Alvin tersenyum dibalik pilar, hanya itu yang ia dapat perbuat demi saudara satu-satunya yang ia punya.

*******

“Tha, gimana semalem? Udah lo cek? Ada yang harus diperbaiki?” Putri mensejajarkan arahnya dengan Agatha saat masuk gerbang.

“Udah kok, hmm paling lain kali kalau lo mau buat presentasi coba lebih teliti sama pengetikannya terus background-nya jangan nutupin apa yang mau kita presentasikan ya.” Agatha memang orang yang sangat teliti dan perfeksionis dalam segala hal khususnya masalah OSIS.

“Oke deh tha, btw lo udah sembuh?” Tanya Putri melihat Agatha seperti tidak sakit.

“Gue gak sakit, cuman abis jatuh kemarin. Lagian gue bingung siapa yang bajak HP gue buat sms lo?” Tanya Agatha terlebih pada dirinya sendiri.

“Sekali-kali lo emang mesti istirahat, seharusnya lo makasih sama yang bajak itu.” Putri menepuk pelan pundak Agatha.

*******

Hari ini semua murid SMA BIMA GARUDA berbahagia pasalnya kegiatan belajar mengajar akan ditiadakan sampai nanti habis istirahat kedua Pk 12.30 karena semua guru akan mengadakan rapat untuk persiapan penerimaan murid baru di sekolah favorite ini.

Semua murid langsung berhamburan ada yang menuju kantin ada juga yang berdiam di kelas membuat perkumpulan tidak jelas dan pastinya anak-anak kutu buku akan langsung menuju perpustakaan yang merupakan surga bagi mereka.

Agatha jengah dengan suara berisik yang ditimbulkan oleh kelasnya. “Sekarang semua boleh bebas tapi, setelah istirahat kedua gak ada lagi yang keluar kelas.” Perintah Agatha dari depan kelas dan melirik ke setiap penjuru kelasnya semua anak terdiam tidak berkutik anehnya mata Agatha menangkap signal tidak baik dari pojok kelas ya geng Aldo.

“Eh yang dipojokan, gak sopan banget sih gue lagi ngomong malah kalian asik sendiri!” Ya Agatha memang disiplin bahkan kelewat disiplin sehingga siapa saja yang menyalahi aturan akan ditindak tegas.

“Kita bertiga punya nama, kalau lo gak suka kita di sini. Yauda.” Ucap ketua geng yang sanggup membungkam Agatha, sedari dulu Agatha memang tidak pernah ingin mengganggu Aldo lagi tapi, mengapa seolah takdir terus mempertemukan mereka jadilah Aldo, Rangga, dan Okky beranjak pergi dari kelas.

Agatha kesal namun ia harus menjaga moodnya agar tetap baik sampai memimpin rapat sekarang, pada waktu belajar ditiadakan maka saat itulah Agatha mengambil kesempatan untuk mengadakan rapat.

“Selamat Pagi semua, terimakasih karena sudah menghadiri rapat pada kali ini.” Begitu ucap sang Ketua OSIS di ruang rapat dan di depan pengurus OSIS lainnya.

“Rapat kali ini, kita akan membahas tentang penerimaan murid baru yang akan di adakan lusa. Kira-kira kalian punya usul untuk acara ini?” Dan rapat diadakan selama dua jam kedepan. Agatha memang cerdas, ia menggunakan waktu kosongnya untuk rapat, sehingga mereka tidak perlu pulang terlalu sore nanti.

*******

“Tha, gimana cerita lo yang diantar Kak Alvin?” Tanya Febri.

“Ya gitu, semuanya seolah kebetulan.” Agatha memakan bakso kesukaannya, setelah memimpin rapat tadi, ia memilih langsung ke kantin saat jam istirahat.

“Wah kemajuan dong lo sekarang udah dibonceng, cewek pertama yang ngerasain duduk di motor Kak Alvin.” Goda Riska yang sedang meminum es teh manis.

“Gila lo, yakali mamanya gak pernah dibonceng.” Agatha tertawa namun sebuah suara menginterupsi mereka.

“Agatha, lo bisa bantuin Mila?” Tanya Rendi anak IPS 3.

“Dia kenapa?” Tanya Agatha bingung.

“Dia di bully sama Steffi, Lulu, dan Fita ditangga.” Ucap Rendi salah seorang anggota OSIS yang memang satu kelas dengan Mila, Agatha yang mendengar nama Steffi langsung bangkit berdiri rasanya darahnya berdesir semua amarahnya sudah sampai puncak.

Ini kesekian kalinya Steffi membuat masalah dengan mem bully adik kelas.

Agatha dan kedua sahabatnya segera menuju ke tempat dimana Mila di bully atas petunjuk Rendi. “Kok tuh orang masih gatau diri ya, udah kelas 12 bukannya tobat.” Ejek Riska yang berjalan bersama Agatha dan Febri.

Mila tengah menangis di sudut tangga dan melihat surat yang ia buat untuk orang yang di sukainya di sobek-sobek oleh Steffi , kedua tangannya dipegangi Lulu dan Fita sehingga ia tidak berdaya.

“Gue benci senioritas!” sebuah suara lantang datang dari arah belakang, Steffi langsung membalikan badannya dan matanya yang tajam langsung bertemu dengan mata Agatha yang lebih tajam.

“Girls, kita kedatangan tamu, say hai!” Ucap Steffi dengan gayanya bak putri. Steffi dan kedua temannya memang terkenal karena suka mem-bully dan ia selalu saja lolos hukuman karena ayahnya memiliki pengaruh besar di sekolah.

“Hai KeTos!” Ucap kedua teman Steffi.

“Hai cewek-cewek kampung.” Ketus Agatha tegas sambil nyengir.

“What? Lo bilang apa? Cewek kampung? Lo cari masalah ya sama gue?” Tanya Steffi kini mendekati Agatha, yang didekati juga tak kalah berani.

“Gue gak pernah takut sama lo, selama lo masih mau sekolah disini harusnya lo sadar diri buat patuh sama aturan yang ada!” Tegas Agatha.

“Dan gue gak peduli sama peraturan yang ada!” Tantang Steffi dengan seringaian jahat.

“Ok kalau gitu, kita selesaikan di ruang guru.” Ucap Agatha langsung menarik Steffi menuju ruang guru.

“Ris, Feb tolong pegangin cewek-cewek kampungan itu.” Perintah Agatha.

“Mila, lo boleh balik bareng Rendi.” Ucap Agatha langsung mengarahkan Rendi agar menemani Mila.

“Gue tau lo punya jabatan, tapi gak seharusnya lo seenaknya!” Sebuah suara menginterupsi pergerakan Agatha yang sedikit lagi sampai ke ruang guru.

“Lo?!” Agatha heran karena seseorang menghadangnya.

“Lo tau apa? Ini anak udah ngelanggar dan lo mau belain dia?” Tanya Agatha menantang cowok di hadapannya ini, sesuatu hal yang sudah lama tidak terjadi dan tentu tidak ingin Agatha ulangi nampaknya memiliki babak baru.

“Gue tahu dia salah, gue juga tahu kewajiban lo sebagai Ketua OSIS tapi, yang gue gak habis pikir kenapa bisa sekolah ini milih orang yang kasar dan gak tahu cara menghargai orang lain?!” Kali ini cowok itu menghempaskan tangan Steffi dari Agatha, tentu saja Agatha sedikit terguncang namun segera ia memperbaikinya. Steffi tersenyum sinis kepada Agatha menandakan dia menang kali ini.

“Cowok bad emang pantesnya sama cewek bad!” Ucap Agatha tertawa sakratis sambil menatap Aldo dan Steffi.

“Astaga ada ribut-ribut apa ini Agatha?” Tanya Ibu Alda selaku wakil kepala sekolah.

“Ini bu, saya mau bawa Steffi ke ruangan ibu karena dia telah mem-bully anak IPS 3.” Jawab Agatha.

“Benar begitu Steffi?” Tanya bu Alda.

“Maaf bu, saya lancang. Steffi memang salah karena mem-bully adik kelas tapi, apa sepantasnya seorang Ketua OSIS yang menjadi panutan kita semua bertindak kasar kepada senior?” Tanya Aldo menatap tajam Agatha.

“Apa benar Agatha kamu kasar terhadap Steffi?” Tanya bu Alda.

“Iya bu, maaf saya salah.” Ucapan itu keluar dari mulut Agatha, kali ini ia kalah telak setelah dua orang bad di sekolahnya perlahan membuat namanya buruk di sekolah ini.

Bu Alda menghela nafas. “Yasudah kasus ini saya anggap selesai karena ini hanya kesalahpahaman, kalian bisa bubar.” Suara Bu Alda membuat langkah Aldo yang menyeret tangan Steffi menuju kantin dan diikuti satu persatu teman Steffi .

“Aneh ya tuh orang kemarin baik sama lo eh sekarang malah bikin reputasi lo hancur?”Tanya Riska menatap kepergian dua orang yang membuat Agatha kesal.

“Setau gue dulu sebelum di SMA ini, Aldo sama Steffi sempet pacaran.” Ucap Febri memberikan informasi tapi, Agatha langsung saja berlalu menuju ruang OSIS.

“Gue ngebelain lo, bukan berarti lo bisa seenaknya!” Tegas Aldo melepas dengan kasar cengkramannya.

“Terus buat apa lo ngebelain gue? Supaya gue tutup mulut kalau seorang bad boy sekolah menyukai musuh bebuyutannya?” Tanya Steffi dengan meninggikan suara.

“Tutup mulut lo!” Aldo emosi dengan mengepalkan tangan dan nafasnya mulai tidak teratur.

“Lagian gue bingung apa sih bagusnya si nenek lampir yang kerjanya marah kalau ada pelanggaran? Gue bingung kenapa lo yang seorang bad boy bisa suka sama dia?” tanya Steffi kesal.

“Karena dia jauh lebih baik dari lo!” Ucapan Aldo yang tenang namun lebih pada penekanan.

“Kita buktiin dia atau gue yang bisa dapetin lo!” ucap Steffi kesal dan meninggalkan Aldo.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel